Hubungan Katolik Roma–Ortodoks Timur
From Wikipedia, the free encyclopedia
Hubungan Katolik Roma–Ortodoks Timur telah menghangat selama satu abad terakhir, karena kedua gereja menganut dialog amal. Konsili Vatikan Kedua (1962-1965) membuka era baru hubungan Gereja Roma dengan Gereja Ortodoks, dengan menggambarkan Gereja Ortodoks sebagai “saudara yang terpisah” dengan sakramen-sakramen yang sah dan imamat apostolik.[1] Gereja Ortodoks, sebaliknya, mendorong gereja-gereja lokal untuk mempersiapkan dialog di masa depan dalam Konferensi Pan-Ortodoks Ketiga di Rhodes (1964), dan sejak itu terlibat dalam beberapa upaya ekumenis dengan Vatikan.[2][3] Menariknya, pada tahun 1965 Paus Paulus VI dan Patriark Ekumenis Athenagoras I dari Konstantinopel saling mencabut ekskomunikasi mereka masing-masing.[4]
Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur memutuskan persekutuan selama Skisma Timur-Barat tahun 1054. Walaupun ada perpecahan informal antara Timur dan Barat sebelum perpecahan, hal ini merupakan pertikaian internal, di bawah payung Pengakuan Iman Nicea yang diakui sebagai “Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik ”. Hanya setelah perpecahan formal pada abad ke-11 barulah terlihat adanya dua gereja yang berbeda, dan dengan demikian dimulailah hubungan. Perpecahan ini, di kedua belah pihak, sangat disesalkan,[5][6] karena hal ini mengalahkan nasihat Yesus Kristus “supaya mereka semua menjadi satu" (Yohanes 17:21). Penderitaan di masa lalu telah memacu kedua belah pihak, khususnya dalam beberapa dekade terakhir, berupaya memulihkan persatuan umat Kristiani melalui upaya ekumenis.