Pengguna:Lokamaya/Madzhab Teologi Islam
From Wikipedia, the free encyclopedia
Mazhab Teologi Islam adalah berbagai paham dan aliran dalam Islam terkait ʿaqīdah (akidah), keimanan dan ketuhanan. Di awal sejarah Islam pada abad 7-8 Masehi, pemikiran teologi dan keilmuan belum terbentuk sebagaimana di periode-periode berikutnya. Beberapa kelompok yang muncul umumnya masih prematur dan dipengaruhi oleh faktor politik, seperti perebutan kekhalifahan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Perpecahan yang awalnya lebih bersifat politis, seiring berjalannya waktu memunculkan perbedaan teologis,[1] dan hal ini menghadirkan berbagai madzhab teologi di dunia Islam. Di antar mazhab-madzhab Teologi Islam yang utama adalah Qadariyah, Falasifah, Jahmiyah, Murji'ah, Muktazilah, Batiniyah, Asyʿariyah, Māturīdīyah, dan Atsariyah.
Menurut Encyclopaedia of the Qur'ān (2006), "Al-Qur'an merangkum berbagai tema teologis dari berbagai ajaran agama sebelumnya, dan melalui nabinya, Muhammad, menyajikan visi yang utuh tentang Sang Pencipta, kosmos, dan manusia. Dan terkait perselisihan teologis di kalangan dunia muslim berikutnya terbukti beredar di seputar penafsiran pesan nash Al-Qur'an, yang itu terkait erat dengan perjalanan hidup Muhammad".[2] Namun, sejarawan modern dan pengkaji Islam lainnya menduga bahwa beberapa gagasan teologis yang muncul kemudian nampaknya dipengaruhi artefak pemikiran kaum politeistik di Arab pra-Islam, seperti kepercayaan pada fatalisme (qadariyah) yang muncul dalam pemikiran teologi muslim manakala membicarakan masalah-masalah metafisik seperti sifat-sifat Tuhan. takdir, dan kehendak bebas.[3] [4] Akidah (Arab: العقيدة, al-ʿaqīdah) berasal dari kata al-ʿaqdu yang secara harfiah berarti: ikatan, pengesahan, penguatan; adapun kata al-ʿaqīdah sendiri secara harfiah berarti: prinsip, dasar atau pondasi, pengikatan, doktrin, kredo, keyakinan, dan pengakuan.[5] Adapun pengertian secara terminologi adalah perkara-perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa.[5] Dalam kajian agama dan humaniora, istilah biasanya diterjemahkan sebagai "teologi" dan paham-paham di dalamnya disebut "madzhab teologi"—yang berbeda dari madzhab fiqih. Adapun pengajaran atau kajian di dalamnya termasuk pelajaran ilmu kalam, falsafah, dan ushuluddin.
Salah satu mazhab teologi yang paling awal berkembang adalah Muktazilah yang sudah muncul pada pertengahan abad ke-8 Masehi.[3] [6] Dari kasus perpecahan antara Khawarijmi, Sunni, dan Syiah di kalangan umat Islam yang terjadi setelah kematian nabi Muhammad SAW, golongan Khawarij mengembangkan doktrin ekstrim yang memisahkan mereka dari arus utama Sunni dan Syiah.[1] Kalangan Khawarij terkenal karena mengembangkan pendekatan radikal takfiri (ekskomunikasi) yang menuduh pengikut Sunni dan Syiah sebagai kafiratau munafik, dan karena itu menganggap mereka layak dihukum mati karena telah murtad (ridda).[1] Pada abad ke-10 lahir madzhab Asyʿariyah yang berkembang sebagai tanggapan terhadap Muktazilah yang diprakarsai oleh Imam Asy'ari. Berbagai madzhab teologi lain muncul di sekitar abad ke-8 hingga ke-10 seperti Qadariyah, Falasifah, Jahmiyah, Murji'ah, Muktazilah, Batiniyah, Asyʿariyah, Māturīdīyah, dan Atsariyah. Terdapat beberapa madzhab lain yang muncul belakangan, seperti Ahmadiyah, namun berbagai kalangan berbeda pendapat apakah mereka seluruhnya termasuk bagian dari agama Islam atau bukan.
ʿIlm al-Kalām ( bahasa Arab: علم الكلام , secara harfiah "ilmu wacana"), [7] biasanya disingkat menjadi kalam dan kadang-kadang disebut "teologi skolastik Islam" atau "teologi spekulatif", adalah upaya rasional yang lahir dari kebutuhan untuk menegakkan dan mempertahankan prinsip-prinsip iman Islam melawan orang-orang yang ragu-ragu. dan pencela. [8] ʿIlm al-Kalām menggabungkan penalaran dan logika Aristoteles ke dalam teologi Islam. [6] Seorang sarjana Muslim kalam disebut sebagai mutakallim (jamak: mutakallimūn ) yang dibedakan dari filsuf, ahli hukum, dan ilmuwan. [9] Ada banyak kemungkinan penafsiran mengapa disiplin ini awalnya disebut kalām ; satu adalah bahwa kontroversi terluas dalam disiplin ini adalah tentang apakah Firman Tuhan, seperti yang diungkapkan dalam Al-Qur'an, dapat dianggap sebagai bagian dari esensi Tuhan dan karena itu tidak diciptakan, atau apakah itu dibuat menjadi kata-kata dalam pengertian ucapan yang normal, dan karena itu diciptakan . [6] Ada banyak sekolah Kalam, yang utama adalah Mutazilah, [10] sekolah Ash'ari dan Maturidi dalam Islam Sunni. Teologi tradisionalis menolak penggunaan kalam, menganggap akal manusia berdosa dalam hal-hal gaib. [11]