Seni Budaya dan Sastra di Kabupaten Maros
From Wikipedia, the free encyclopedia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan ragam suku, budaya dan adat yang begitu melimpah. Puluhan bahkan ratusan budaya terdapat dalam satu negara Indonesia. Dan salah satunya, yaitu budaya Sulawesi Selatan dan terkhusus budaya yang ada di Kabupaten Maros. Kabupaten Maros selain menjadi perlintasan dari Makassar ke Toraja, juga merupakan daerah peralihan dan pertemuan dari dua kebudayaan dari etnis Bugis dan Makassar. Budaya masyarakat Maros diwarnai oleh budaya Bugis dan Makassar itu sendiri, yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal perpaduan atau akulturasi yang memunculkan kekhasan budaya baru. Nuansa budaya Bugis dapat ditemukan di bagian timur, utara, dan tengah dari wilayah Maros, sedangkan nuansa budaya Makassar dapat ditemukan di bagian selatan dan barat dari wilayah Maros. Di desa Labuaja, kecamatan Cenrana, Maros, terdapat penggunaan tutur bahasa Dentong yang mana begitu berbeda dengan bahasa Bugis dan bahasa Makassar.
Artikel atau bagian mungkin perlu ditulis ulang agar sesuai dengan standar kualitas Wikipedia. |
Kabupaten Maros melahirkan unsur-unsur budaya yang berupa perpaduan antara nilai-nilai agama dan lingkungan alamnya yang dilatarbelakangi dan diwarnai dua etnis besar Makassar dan Bugis. Kedua etnis ini telah membentuk watak dan karakteristik masyarakat Kabupaten Maros yang mudah berinteraksi terhadap masyarakat pada umumnya di Sulawesi Selatan. Jika dilihat dari sejarah Kabupaten Maros yang termasuk keturunan dari kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar melalui suatu kaitan perkawinan. Hal inilah yang melahirkan suatu nilai-nilai budaya dan tradisi yang sampai saat ini masih dijunjung tinggi oleh kalangan masyarakatnya. Sebagai tanda-tanda tersebut dapat dilihat dari nama-nama kegiatan budaya yang pada dasarnya berasal dari bahasa Makassar dan/atau Bugis. Kekayaan budaya Kabupaten Maros juga memiliki potensi dan bahkan menjadi bagian dari kegiatan pariwisata karena budaya dan pariwisata adalah suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan. Beberapa ekspresi budaya yang dituangkan dalam suatu bentuk kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kehidupan manusia masa lampau di Kabupaten Maros.
Budaya Siri' Na Pacce atau Siri' Sibawang Pesse adalah salah satu filosofi budaya Masyarakat Bugis-Makassar yang harus dijunjung tinggi. Bagi masyarakat Bugis-Makassar di Kabupaten Maros, siri' mengajarkan moralitas dalam bentuk nasihat kesusilaan, pelarangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk melestarikan dan membela diri dan kehormatannya. Siri' adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi martabat manusia, siri' adalah sesuatu yang ‘tabu’ bagi orang-orang Bugis-Makassar dalam berinteraksi dengan orang lain. Sementara itu, Pacce/Pesse mengajarkan solidaritas dan kepedulian sosial secara tidak egois dan ini adalah salah satu konsep yang membuat orang Bugis-Makassar mampu bertahan dan dihormati diperantauan, pasrah dengan welas asih dan merasakan beban dan penderitaan orang lain.
Masyarakat Bugis dan Makassar yang mendiami Kabupaten Maros tinggal di sebuah kampung yang terdiri atas 10 – 20 buah rumah. Kampung pusat ditandai dengan pohon beringin besar yang dianggap keramat dan dipimpin oleh kepala kampung disebut matowa. Gabungan kampung disebut wanua sama dengan kecamatan. Lapisan masyarakat Bugis dan Makassar sebelum kolonial Belanda adalah:
- Ana' karung: yaitu lapisan kaum kerabat raja,
- To-maradeka: yaitu lapisan orang merdeka, dan
- Ata: yaitu lapisan budak.