Ketuhanan dalam Buddhisme
konsep ketuhanan dalam agama Buddha / From Wikipedia, the free encyclopedia
Ketuhanan dalam Buddhisme tidak berdasarkan kepada suatu sosok pribadi Yang Maha Kuasa sebagai pencipta dan pengatur alam semesta.[1] Buddhisme menyatakan bahwa alam semesta diatur oleh Hukum Alam (Niyāma), yakni Utu Niyāma, Bija Niyāma, Kamma Niyāma, Citta Niyāma, dan Dhamma Niyāma yang berjalan dengan sendirinya. Sang Buddha sendiri tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Buddha merupakan guru umat Buddha sebagai penemu Dhamma, bukan pencipta Dhamma.[2] Hal ini berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain, terutama agama rumpun Abrahamik (Samawi). Sebagai akibatnya, konsep-konsep agama Buddha yang berkaitan dengannya juga berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain. Buddhisme tidak melibatkan keberadaan pencipta dunia pada pemahamannya mengenai iman, berdoa, terbentuknya alam semesta, munculnya manusia, kiamat, hingga keselamatan atau kebebasan.[3]
Dalam arti Yang Maha Esa, maka Nibbāna yang impersonal dapat diinterpretasikan sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai Pancasila Indonesia. Alih-alih fokus pada suatu sosok Tuhan personal, ibadah umat Buddha lebih fokus pada keyakinan terhadap Tiratana, perenungan Empat Kebenaran Mulia, dan penerapan Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk mencapai pencerahan diri (Nibbāna) sehingga sampai pada akhir dari nafsu (taṇhā) yang menyebabkan semua penderitaan kelahiran, usia, tua, penyakit, kematian, kepedihan, ratapan, dan keputusasaan.