Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Narablog
orang yang menulis blog Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Narablog atau Blogger adalah bentuk jurnalisme dan ekspresi pribadi yang berkembang di era internet, merujuk pada tulisan-tulisan naratif yang diterbitkan di blog dan memadukan unsur pengalaman pribadi, opini, serta dokumentasi peristiwa dengan gaya yang lebih subjektif dan reflektif dibandingkan dengan jurnalisme konvensional.[1][2] Berbeda dengan blog informatif yang berfokus pada penyampaian data atau tutorial, narablog menempatkan penulis sebagai pusat narasi, di mana pengalaman hidup, pengamatan sosial, dan pandangan pribadi menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur tulisannya.[3]

Fenomena narablog mulai dikenal luas sejak awal tahun 2000-an, ketika platform-platform seperti Blogger, WordPress, dan LiveJournal memungkinkan siapa pun untuk menerbitkan tulisan secara bebas.[4][5] Di Indonesia, narablog mendapatkan tempat khusus dalam lanskap digital, karena memungkinkan warga biasa untuk menyuarakan opini dan pengalaman yang sebelumnya tidak terdengar di media arus utama. Banyak penulis narablog yang pada akhirnya menjadi penulis buku, jurnalis independen, atau penggiat isu-isu sosial, karena tulisan mereka berhasil menarik komunitas pembaca yang solid dan setia.[6] Gaya penulisan yang personal, jujur, dan tidak terikat oleh batasan editorial tradisional menjadi kekuatan utama narablog sebagai medium alternatif.
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Sejarah narablog, atau blogger, berawal dari perkembangan awal web di dekade 1990-an, ketika internet mulai menjadi medium publik dan individu mulai bereksperimen dengan membuat halaman pribadi. Pada masa itu, menulis di web masih memerlukan pemahaman HTML dasar, sehingga hanya segelintir orang yang bisa secara konsisten menerbitkan konten. Salah satu pelopor format blog modern adalah Justin Hall, yang pada tahun 1994 mulai menulis jurnal pribadinya secara daring di situs bernama Links.net.[7] Ia sering dianggap sebagai salah satu blogger pertama di dunia, meskipun istilah weblog baru diciptakan kemudian pada tahun 1997 oleh Jorn Barger untuk menggambarkan aktivitas "mencatat" dan mengomentari tautan serta isi web yang menarik.[7][8]

Istilah blog sendiri merupakan bentuk pendek dari weblog, yang mulai populer setelah Peter Merholz secara tidak resmi memecah kata "weblog" menjadi "we blog" pada tahun 1999.[9][10] Tahun yang sama juga menandai kelahiran platform Blogger.com, yang dikembangkan oleh perusahaan Pyra Labs. Inovasi ini memungkinkan pengguna membuat dan memperbarui blog tanpa harus menguasai kode HTML, menjadikan blogging lebih mudah diakses oleh masyarakat luas. Akuisisi Blogger oleh Google pada tahun 2003 memperkuat posisi blog sebagai bagian dari ekosistem digital global.[11][12] Bersamaan dengan munculnya platform lain seperti WordPress (2003), LiveJournal, dan Movable Type, era blogging pun mulai meledak, terutama di kalangan individu yang ingin menyuarakan opini, berbagi pengalaman, atau membangun komunitas.[13]
Di Indonesia, blog mulai dikenal pada awal 2000-an, mengikuti jejak perkembangan global. Para narablog awal di Indonesia memanfaatkan platform seperti Blogspot dan WordPress untuk menulis tentang kehidupan sehari-hari, opini politik, resensi buku, hingga refleksi pribadi.[14][15] Fenomena ini kemudian berkembang menjadi komunitas daring, seperti blogger Bekasi, blogger Makassar, dan berbagai kelompok lokal lainnya yang rutin mengadakan kopi darat, pelatihan, dan diskusi seputar konten daring.[16][17] Sekitar tahun 2007 hingga 2010, blog mencapai puncak popularitasnya di Indonesia, sebelum sebagian besar narablog mulai beralih ke media sosial seperti Twitter dan Facebook. Meski begitu, blog tetap menjadi medium penting bagi mereka yang ingin menyampaikan gagasan secara lebih panjang, mendalam, dan terstruktur.[18]
Narablog hari ini
Pada dekade 2010-an, penggunaan blog mengalami penurunan seiring meningkatnya dominasi media sosial dalam kehidupan digital. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi secara cepat dan ringkas, yang pada gilirannya menggeser perhatian dari blog sebagai media utama publikasi pribadi. Perubahan pola konsumsi konten, dari bacaan panjang menjadi bentuk visual dan teks pendek, turut memengaruhi minat terhadap blog. Banyak penulis yang sebelumnya aktif sebagai narablog mulai beralih ke media sosial atau mengintegrasikan blog mereka dengan platform-platform tersebut sebagai alat promosi dan distribusi tambahan.[19][20]
Meskipun popularitasnya menurun dalam skala umum, blog tetap digunakan oleh sejumlah kalangan sebagai media penerbitan yang fleksibel. Blog masih dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari dokumentasi pribadi, opini, dan resensi, hingga kebutuhan profesional seperti portofolio atau publikasi institusional.[21] Dalam beberapa bidang tertentu, seperti teknologi, pendidikan, dan sastra, blog tetap menjadi sarana berbagi informasi yang relevan, khususnya untuk topik-topik yang membutuhkan ruang penulisan yang lebih panjang dan terstruktur.[22][23]
Kemunculan platform buletin digital seperti Substack dan Revue juga turut memunculkan bentuk baru dari penulisan daring yang serupa dengan blog, meskipun dengan distribusi yang berbeda, yaitu melalui langganan email. Beberapa mantan pengguna blog berpindah ke format ini karena sifatnya yang lebih langsung dan terkurasi.[24] Meskipun format dan salurannya berubah, praktik menulis dan menerbitkan secara mandiri di internet tetap berlangsung, dan blog merupakan salah satu bentuk awal dari praktik tersebut yang masih dipertahankan oleh sebagian pengguna.
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads