Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Donchee
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Seorang donchee atau dunchee (Khmer: ដូនជី ) adalah seorang perempuan awam anagārikā yang memegang Delapan atau Sepuluh Sila dan tinggal di sebuah wihara dalam Buddhisme di Kamboja karena garis keturunan penahbisan bikuni yang sebelumnya telah punah tidak lagi diakui secara resmi.
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Tradisi para petapa perempuan
Para petapa perempuan telah hadir sejak asal mula agama Buddha. Di Sri Lanka dan Myanmar, mereka telah mendirikan wihara-wihara untuk para anagārikā. Ordo serupa juga terdapat di Thailand.
Di Thailand, oleh karena perempuan dilarang menerima penahbisan sebagai bikuni, mereka disebut maechi (yang kemudian tradisi turunannya di Indonesia disebut sebagai aṭṭhasīlanī). Di Myanmar, seorang perempuan monastik delapan sila disebut thilashin atau sayalay, sedangkan perempuan yang telah ditahbiskan penuh disebut rahan-ma ("biksu wanita"). Di Kamboja, ordo serupa disebut donchee. Menurut Guthrie, dunchee adalah "pewaris bentuk asketisme perempuan kuno yang pernah diberi status tinggi di Kamboja".[1]
Pembaharuan para janda Khmer Merah
Selama tirani rezim Khmer Merah, praktik agama Buddha di tempat umum dilarang, para biksu dicopot dari jabatannya, dan wihara-wihara dihancurkan atau digunakan sebagai lumbung, penjara, atau tempat eksekusi. Setelah rezim digulingkan, para perempuan yang kehilangan suami dan putra mereka memulai kebangkitan agama Buddha dengan membersihkan wihara-wihara. Setelah sejumlah besar janda ditelantarkan akibat pembantaian penduduk Khmer antara tahun 1975 dan 1979, komunitas-komunitas donchee baru dibentuk sebagai tempat penampungan.[2]
Perempuan monastik kontemporer
Setelah jatuhnya rezim komunis pada tahun 1991, dunchee memainkan peran penting dalam rekonsiliasi Kamboja karena voat menjadi tempat para dunchee dapat membantu menyembuhkan luka dan trauma generasi muda.[3] Pada tahun 1997, sebuah konferensi diselenggarakan di Phnom Penh untuk membahas peran donchee yang muncul ini.[4]
Akan tetapi, peran dan status donchee dan perempuan monastik secara umum dalam Buddhisme Kamboja dipertanyakan. Kenyataan bahwa kesempatan monastik yang tersedia bagi laki-laki muda sebagian besar tidak tersedia bagi perempuan muda merupakan salah satu konsekuensi dari kenyataan bahwa penahbisan penuh perempuan tidak lagi tersedia dalam Buddhisme Theravāda klasik (yang dianggap memegang teguh aturan Disiplin sesuai kitab suci). Sebagian lain memandang ketidaksetaraan antara bhikkhu dan dunchee ini sebagai bentuk komplementaritas tempat seseorang dapat menemukan perlindungan.[5]
Remove ads
Karakteristik
Donchee, yang secara harfiah berarti "nenek" dalam bahasa Khmer, biasanya adalah para janda tua yang mencari perlindungan di pertapaan di sekitar wihara Khmer dalam bentuk béguinage. Mereka mencukur rambut dan mengenakan jubah putih atau kuning. Sebagian besar wihara memiliki tempat tinggal khusus untuk perempuan monastik, meskipun banyak yang memilih untuk tinggal di rumah, dibiayai oleh anak-anak mereka.[6]
Secara total, terdapat sekitar sepuluh ribu dunchee di seluruh Kamboja pada tahun 2000.[7]
Remove ads
Status
Para dunchee memiliki "posisi ambigu dalam Buddhisme Kamboja".[8] Status dunchee berada di antara seorang upāsikā (umat awam perempuan) biasa dan seorang bhikkhuni yang telah ditahbiskan penuh. Mereka biasanya diharapkan untuk bekerja di vihara, pada dasarnya mengamalkan pelayanan bagi para bhikkhu yang telah ditahbiskan, alih-alih sepenuhnya menerima pelatihan dan kesempatan untuk berlatih.
Salah satu pusat terbesar tempat para dunchee menerima pelatihan adalah Vipassana Dhura Meditation Center. Pusat ini, yang terletak di kaki Gunung Oudong, lima puluh kilometer di utara Phnom Penh, menampung sekitar 200 perempuan monastik. Namun, bahkan di sana, kesenjangan gender dalam peran yang dimainkan oleh para biku dan dunchee dalam Buddhisme Kamboja telah dikritik.[9]
Bibliografi
- Goonalitake, Hema, "The Role of Ancient Cambodian Women in the Promotion of Buddhism", Paper for the International Conference on Khmer Studies, UNDP, Phnom Penh, 1993.
- First Conference on the Role of Khmer Buddhist Don Chee and Lay Women in the Reconciliation of Cambodia, Heinrich Boll Foundation, Cambodia, 1995.
Lihat juga
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads