Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

MNC Vision

Layanan televisi berlangganan asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

MNC Vision
Remove ads

PT MNC Sky Vision Tbk, beroperasi dengan merek dagang MNC Vision (dahulu dikenal sebagai Indovision dan Top TV), adalah sebuah perusahaan penyedia layanan televisi satelit berlangganan di Indonesia. Didirikan pada 8 Agustus 1988 dan mulai beroperasi pada 1 Oktober 1994, anak perusahaan MNC Vision Networks ini telah resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak 29 Juni 2012.

Fakta Singkat Nama dagang, Nama sebelumnya ...
Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Awal beroperasi

PT MNC Sky Vision Tbk awalnya didirikan dengan nama PT Malicak Nusa Semesta pada 8 Agustus 1988, yang pada 29 Juli 1989 berubah nama menjadi PT Matahari Lintas Cakrawala.[1] 61% kepemilikan PT Matahari Lintas Cakrawala (disingkat Malicak) awalnya dimiliki oleh PT Datakom Asia, perusahaan patungan sejumlah pengusaha yang terafiliasi dengan elit Cendana.[a] Selain PT Datakom, pemegang saham minoritas lainnya di PT Malicak terdiri dari beberapa individu dan perusahaan, seperti Henry Pribadi dan Sudwikatmono.[2][3][4]

Pada Oktober 1993, PT Malicak mendapatkan izin untuk mengoperasikan televisi berlangganan dengan merek dagang Indovision yang diluncurkan pada 16 Januari 1994, serta mulai beroperasi pada 1 Oktober 1994.[5] Televisi satelit berlangganan pertama di Indonesia ini memulai operasionalnya dengan 5 saluran televisi mancanegara: CNN, HBO, Discovery Channel, ESPN, dan TNT (kemudian Cartoon Network). Kerjasama dengan CNN dan ESPN sudah disepakati sejak Oktober 1991, HBO sejak Oktober 1993,[6] dan saluran lain sejak Maret 1994.[7] Sebelumnya, siaran asing tersebut masih bisa ditangkap bebas dengan antena parabola,[8] yang selanjutnya "diacak" setelah Indovision diluncurkan.[9] Untuk penyiarannya, Indovision awalnya menggunakan jasa satelit Palapa B2P. Target awalnya adalah 150.000 pelanggan pada akhir 1994, tetapi karena harga dekoder dan sewa yang mahal (Rp 1.475.000 untuk dekoder, Rp 82.000/bulan untuk berlangganan),[6] maka layanan ini sempat kurang peminat dan hanya meraih 5.000 pelanggan di tahun awalnya.[10]

Demi menarik pelanggan baru, Indovision meneken kerjasama dengan STAR TV pada 28 Maret 1996[11] untuk menyuplai empat kanal, yaitu Star Sports, Star Plus, Star Movies, dan Channel V, sehingga kini terdapat 25 saluran yang bisa dinikmati dengan harga yang lebih murah (Rp 63.000/bulan).[12] Sayangnya, kerjasama dengan STAR TV kemudian dihentikan pada Desember 1998[13] (diduga karena persengketaan mengenai penyewaan satelit),[14][15] walaupun sebagai penggantinya, per 1 November 1998 Indovision menghadirkan saluran lain seperti Animal Planet, AXN, dan Cinemax, ditambah 5 stasiun televisi swasta yang ada.[12][16] Per April 1996, pelanggan Indovision didominasi industri perhotelan (sekitar 30.000), sedangkan pelanggan rumahan dan individu hanya sekitar 20.000.[12]

Di tahun 1997, Indovision melakukan inovasi dengan mengubah sinyal penayangannya dari analog menjadi digital, yang dimulai dengan 19 saluran di satelit C-Band Palapa C2 yang diresmikan pada 3 Februari (termasuk saluran in-house di bawah nama "Citra TV") dan diklaim sebagai TV berlangganan pertama di Asia yang menawarkan beragam saluran hiburan,[17] serta penambahan 6 saluran domestik pada September.[18] Dengan sistem digital, pelanggan Indovision dapat menikmati kualitas gambar jernih setara laser disc dan audio sejernih CD. Adapun saat itu Indovision hanya menyediakan layanannya, sedangkan dekodernya dijual terpisah (awalnya bermerek Pace dan RCA)[19][20] dengan harga maksimal Rp 1,774 juta. Untuk instalasinya, diperlukan LNB baru (digital-ready) untuk memastikan penerimaan siaran dapat berjalan baik.[21] Menurut Peter F. Gontha sebagai komisaris saat itu, layanan Indovision dianggap merupakan sebuah bisnis yang sangat prospektif karena negara berkembang tengah menggandrungi home entertainment yang tergolong murah dan sudah mengucurkan dana sebesar US$ 70 juta untuk bersiaran secara digital serta memiliki target awal 5% kepemirsaan televisi di Indonesia (atau 1 juta pelanggan).[22]

Pada November di tahun yang sama, diluncurkan satelit Indostar I (atau disebut juga Cakrawarta I) - dikelola oleh anak usaha Datakom bernama PT Media Citra Indostar, yang berarti Indovision tidak perlu menyewa satelit lagi sejak 12 November 1998 (awalnya direncanakan akan meluncurkan tiga satelit lain).[23] Satelit Cakrawarta I membawa 5 transponder aktif dengan 2 cadangan dan menggunakan frekuensi S-Band dengan sistem kompresi 8:1 yang dapat memuat 40 saluran. Adapun kontraknya diteken bersama dengan CTA International pada 8 Desember 1993 dan menelan biaya US$ 271 juta. Dengan adanya sistem baru ini, diharapkan dapat menjangkau populasi yang tidak terlayani siaran televisi terrestrial (32% atau 57 juta) dan radio (20% atau 36 juta). Selain itu, pelanggan hanya memerlukan antena parabola berukuran 70 cm hingga 1 meter untuk dapat menerima siaran dengan kualitas terbaik.[23][18]

Layanan Indovision sebelum krisis ekonomi 1997-1998 ditargetkan meraih 600.000 pengguna, tetapi seiring penurunan ekonomi akibat krismon, angka tersebut diturunkan menjadi 50.000. Tercatat pada 1999-2000 Indovision dapat dinikmati 3,3 juta orang dan memiliki pengguna sekitar 20.000-70.000.[10] Pada awal 1998, Indovision resmi mengoperasikan sistem S-Band, yang dilanjutkan perluasan saluran menjadi 40 per April 1998. Kedua perubahan ini mulai dilaksanakan secara penuh sejak 1999.[18]

Perkembangan selanjutnya

Pada Oktober 2001 induk PT Malicak, PT Datakom Asia diakuisisi oleh Salim Group berpatungan dengan Bhakti Investama (51%), milik Hary Tanoesoedibjo (HT). Inilah awal dari kepemilikan HT di TV berbayar ini sampai sekarang.[24] Kemudian kepemilikan Salim di PT Datakom menghilang, meninggalkan HT sebagai pengendali utama televisi berbayar terbesar di Indonesia ini. Saham PT Malicak (Indovision) masih dikuasai oleh PT Datakom sebesar 96% pada 2006, hingga ketika pada 2006-2008 sahamnya dijual kepada Global Mediacom, Bhakti Investama dan perusahaan lainnya.[4] Dalam hal ini, PT Malicak bisa dikatakan hanya berpindah perusahaan induk, bukan kepemilikan. Pada 3 Juni 2006, seiring proses akuisisi, nama PT Malicak diubah menjadi PT MNC Sky Vision, meskipun produknya tetap menggunakan merek Indovision.[1] Sementara itu, bagi pengelola satelitnya, PT Media Citra Indostar (MCI) awalnya tetap dimiliki oleh PT Datakom, tetapi lewat sebuah perjanjian obligasi konversi,[25] sejak 23 Desember 2016 PT MCI menjadi anak perusahaan PT MNC Sky Vision.[26]

Pada bulan April 2008, PT MNC Sky Vision meluncurkan merek televisi berlangganan lainnya, Top TV. Produk ini menargetkan kalangan masyarakat menengah ke bawah dan daerah rural yang tidak terjangkau siaran televisi terestrial.[27] Per tahun 2012, Top TV memiliki 583.000 pelanggan dengan pangsa pasar 24%[28] yang dilayani 40 saluran,[25] dan di bulan Desember 2016 sudah memiliki 898.000 pengguna.[27]

Beberapa perkembangan lain MNC Sky Vision, seperti pada 16 Mei 2009 meluncurkan satelit Indostar II/Protostar II yang menggantikan Indostar I. Satelit ini memiliki 32 transponder, termasuk 10-transponder aktif dan 3 transponder cadangan yang berfungsi sebagai penguat gelombang frekuensi S-Band.[29][30][31] Kemudian, Indovision juga meluncurkan saluran resolusi tinggi (HD) yang awalnya hanya ada dua (National Geographic Channel HD dan HBO HD).[32][33]

Sejak 9 Juli 2012, PT MNC Sky Vision resmi melepas 20% sahamnya di Bursa Efek Indonesia, dengan harga Rp 1.520/lembar. Pada saat itu, sempat masuk pemodal asing, yaitu dari Saban Capital dan Creador Capital, masing-masing sekitar 17% dan 13%.[34] Pelanggannya terus bertambah hingga mencapai 2,3 juta di akhir 2013, menjadikannya pemain terbesar di industri televisi berlangganan dengan pangsa pasar 74%.[28] Meskipun menjadi pemimpin pasar, kinerja MNC Sky Vision tidak terlalu baik, terlihat dari hutang yang cukup besar (dalam mata uang asing) dan beberapa kali merugi. Hal ini diperkirakan terjadi akibat fluktuasi kurs rupiah dan persaingan yang ketat dengan layanan televisi kabel/IPTV.[35] Di tahun 2014, MNC Sky Vision menyebar perangkat Indovision ke 365 Komando Rayon Militer (Koramil) di daerah terpencil. Diharapkan, kegiatan tersebut memudahkan petugas untuk mendapatkan informasi dan hiburan.[36]

Pada 2016, saham Global Mediacom di MNC Sky Vision kemudian dialihkan kepada anak usahanya, PT Sky Vision Networks.[27] Kemudian, mulai 12 Desember 2017, Indovision dan Top TV (ditambah OkeVision, dikelola oleh perusahaan afiliasi bernama PT Nusantara Vision) resmi berganti nama menjadi MNC Vision. Saat ini, MNC Vision tergabung dalam MNC Vision Networks (sebelumnya bernama PT Sky Vision Networks) bersama K-Vision, MNC Play, dan Vision+.

Perkembangan mutakhir

Pada 12 Mei 2023, MNC Vision resmi menghapus 14 kanal dari Warner Bros. Discovery dikarenakan masalah kontrak yang tak lagi dilanjutkan.[37] Memasuki periode ini, kinerja MNC Sky Vision makin tertekan dengan maraknya layanan over-the-top (OTT), yang memangkas pelanggannya menjadi 1,3 juta saja. Jumlah ini sama dengan penurunan 50% dibanding pelanggannya di tahun 2016 yang mencapai 2,5 juta.[1] Akibatnya, mereka mulai membidik pasar di luar kota besar demi mencari peluang baru.[38]

Di tahun 2025, merek MNC Vision berganti nama lagi ke Indovision. Dalam laporan tahunan MNC Sky Vision 2024, disebutkan bahwa penggantian itu disebabkan karena nama Indovision sudah sangat melekat dan dikenal masyarakat Indonesia. Perubahan nama tersebut juga merupakan strategi untuk menyempurnakan penawaran dan layanan agar tetap relevan.[39] Adapun perubahan nama tersebut mulai terlihat di beberapa pengguna dengan logo yang tidak jauh berbeda dari logo sebelumnya.[40][41] Meski begitu, perubahan tersebut hingga saat ini masih belum diresmikan.

Sebagai permulaan, diluncurkan paket "Indovision" di K-Vision yang menawarkan semua saluran K-Vision dengan harga terjangkau dan berlaku efektif mulai 16 Mei 2025.[42] Bukan kali ini saja MNC Sky Vision dan K-Vision melakukan kerjasama produk, sebelumnya pada 2021 diluncurkan paket "VisionKU" yang dipasarkan oleh MNC Sky Vision dan juga menawarkan semua saluran K-Vision dengan harga terjangkau.[43][44][45]

Remove ads

Kepemilikan

Berikut ini adalah daftar kepemilikan perusahaan berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025.[46]

Informasi lebih lanjut Nama Pemegang Saham, Persentase Kepemilikan (%) ...

Identitas

Slogan

  • World Class TV Programs for The World Class Viewer (1994–1995)[47]
  • Direct Broadcast Satellite Television / Televisi Satelit Siaran Langsung (1995–1997)[48][49]
  • Satu Visi, Banyak Aksi (1997–2005)
  • Bukan yang Lain (2005–2020)
  • Pay TV Keluarga Indonesia (2020–sekarang)

Catatan

  1. Secara spesifik, struktur kepemilikan PT Datakom Asia pada saat itu terdiri dari:
    PT Asriland (Bambang Trihatmodjo): 33,3%
    PT Lembahsubur Adipertiwi (Anthony Salim): 28,57%
    PT Persada Giri Abadi (Peter F. Gontha): 24,23%
    PT Azbindo Nusantara (Aziz Mochdar): 6,88%
    PT Indosat (Persero) Tbk: 5%
    PT Trisadnawa Solusi Komunikasi (Youk Tanzil): 2%[2][3]

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads