Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Sa'ad bin Mu'adz
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Sa'ad bin Mu'adz (bahasa Arab: سعد بن معاذ) adalah Sahabat Nabi Muhammad yang juga pemimpin Bani Aus di Madinah, keturunan Bani Asyhali. Ayahnya bernama Muadz ibin al-Nu‘man bin Imri’il Qais dan ibunya bernama Kabsyah binti Rafi.[1]
Remove ads
Biografi
Ringkasan
Perspektif
Sa'ad memeluk Islam pada tahun 622 M (1 H), sebelum Nabi Muhammad tiba di Madinah. Ia adalah salah satu dari figur kuat di antara golongan Anshar. Awalnya Mushab bin Umair berdakwah di Madinah lalu didatangi Sa'ad sambil marah-marah.[1]
Mush‘ab berkata, “Duduk dan dengarlah! Jika kau rida dengan apa yang akan kaudengar, pasti kau akan menerimanya. Tetapi jika kau ridak suka, kami akan berusaha menghilangkan ketidaksukaanmu.” Sa‘d menjawab, “Baiklah, aku akan mendengarkan.”
Ketika Mush‘ab baru saja membacakan separuh ayat Al-Quran, wajah Sa‘ad berubah menjadi berseri-seri. la bertanya kepada Mush'ab, “Bagaimana cara unruk masuk ke dalam agama ini?”
“Sucikan pakaianmu dan bersihkan dirimu! Kemudian bersaksilah dengan kesaksian yang benar. Setelah itu, dirikanlah shalat dua rakat. Dengan begitu, kau telah menjadi seperti kami.” Sa‘ad pun menjalankan semua ucapan Mush‘ab, kemudian ia kembali kepada kaumnya. Di hadapan mereka ia berkata lantang, “Wahai Bani al-Asyhal, bagaimana kalian mengenal aku? ”
Mereka menjawab, “Kau seorang pemimpin dan yang paling baik di antara kami dalam urusan berpikir. Engkau juga orang kepercayaan kami.”
Mendengar jawaban mereka, ia berkata, “Kalian semua, laki-Iaki maupun perempuan, tidak lepas dari keharaman hingga kalian beriman kepada Allah dan Rasulullah.” Setelah mendengar penjelasan Sa‘ad ibn Muaz, mereka yang berada di rumah Abdul Asyhal, baik laki-laki maupun wanita,berkenan memeluk Islam.[1]
Sa'ad adalah sahabat dari Umayyah bin Khalaf, bekas majikan Bilal bin Rabah.[2] Ketika Sa'ad berada di Mekkah, ia akan tinggal di rumah Umayah dan ketika Umayah ke Madinah, ia akan tinggal di rumah Sa'ad.[2]
Beberapa saat sebelum terjadi Pertempuran Badar, Sa'ad berkunjung ke Mekkah untuk melaksanakan Umrah bersama teman non-Muslimnya Umayah, ketika ia berjumpa dengan Abu Jahal terjadi perselisihan dan Sa'ad menjadi marah, sehingga mengancam Abu Jahal bahwa ia akan menghadang kafilah dagang dari Mekkah yang menuju Suriah dan berdasarkan informasi dari Umayah bahwa Abu Jahal merasa terancam kedudukannya dengan keberadaan Nabi Muhammad.[2]
Ketika Pertempuran Badar, Sa'ad bertugas sebagai pemimpin pasukan yang melindungi Nabi di perkemahan. Selesai pertempuran, tatkala banyak pasukan musuh yang menyerah dan kemudian ditawan, sementara saat itu Nabi berada di tenda bersama Sa'd bin Mu'adz yang berdiri di pintu tenda melihat ada rona ketidaksukaan di wajah Sa'ad atas apa yang dilakukan orang-orang. Nabi berkata kepadanya, "Demi Allah, sepertinya engkau tidak suka melihat apa yang dilakukan orangorang itu wahai Sa'ad."
"Demi Allah, begitulah wahai Rasulullah, jawabnya, "Ini adalah peristiwa pertama yang ditimpakan Allah terhadap orang-orang musyrik. Bagaimana pun membunuh orang-orang musyrik itu lebih kusenangi daripada membiarkan mereka tetap hidup."[3]
Menjelang Pertempuran Uhud, Pasukan bergerak ke arah utara. Sa'ad bin Mu'adz dan Sa'ad bin Ubadah berjalan di hadapan Nabi sambil mengenakan baju besi. Ketika terjadi kekacauan, Sa'ad tetap bertahan melindungi Nabi. Sepulang dari Uhud menuju Madinah, lalu datang Ummu Sa'ad bin Mu'adz sambil berlari-lari, sementara Sa'ad sedang memegang tali kekang kuda Nabi. Sa'ad berkata, 'Wahai Rasulullah, itu adalah ibuku."
"Selamat atas kedatangannya,'' kata nabi. Lalu nabi berdiri sendiri untuk menyongsongnya. Setelah dia dekat, Amr bin Mu'adz, anaknya yang lain berusaha menghiburnya. Namun Ummu Sa'ad berkata kepada Nabi, "Selagi kulihat engkau selamat, maka musibah yang menimpa kuanggap ringan."[3]

Setelah Pertempuran Khandaq pada tahun 627 (5 H), ketika Madinah gagal dikuasai oleh pasukan Mekkah, kaum Muslim mendakwa bahwa kaum Yahudi dari Bani Quraizah melakukan pengkhianatan dengan melaksanakan perjanjian dengan musuh sehingga mengancam dan membuat panik muslimin dari arah belakang. Saat itu Aisyah berada di benteng Bani Haritsah pada saat Perang Khandaq dan kebetulan ibunda Sa‘ad bin Muadz juga ada bersamanya. Aisyah menceritakan bahwa Sa‘ad lewat di tempat itu membawa tombak dan mengenakan baju perang yang sudah usang. Saking usangnya, pangkal lengan Sa‘ad terlihat. la berjalan sambil melantunkan syair;
Pakailah sedikit saja, ketika perang menjelang tak apa temui kematian jika memang ajal tiba
Mendengar lantunan syair itu ibunda Sa‘ad bin Muaz berkata,“Benar sekali anakku, demi Allah, kau terlambat untuk berperang.”[1]
Aisyah berkata menimpali, “Wahai ibunda Sa‘ad, aku sungguh ingin memperbaiki baju zirah milik Saa‘d.” Aisyah khawatir jika Sa‘ad akan mudah terkena anak panah musuh. Dan, benar saja, tak lama kemudian, dalam peperangan itu ia terkena anak panah yang dilemparkan oleh Hibban bin al-Ariqah dari Bani Amir bin Lu'ay. Saat melepaskan panah tersebut Hibban berkata kepada Sa‘ad, “Terimalah panahku itu, aku adalah putra al-Ariqah.”[1]
Sa‘ad menjawab, “Semoga Allah menceburkan wajahmu ke neraka. Ya Allah, seandainya Engkau berkehendak memanjangkan umurku untuk memerangi Quraisy, panjangkanlah umurku, karena tak ada satu golongan pun yang sangat ingin kuperangi selain golongan yang mendustai dan mengusir Rasul-Mu. Dan, jika Engkau berkenan menyudahi perang antara kami dan mereka (kafir Quraisy) maka anugerahilah aku kesyahidan. Dan jangan Engkau matikan aku sampai aku merasa tenang melihat (kekalahan) Bani Quraizah.”[1] Ketika Sa‘ad terkena panah, Nabi memerintahkan untuk membawanya ke tenda Rufaidah al-Aslamiyah di masjid agar beliau mudah menjenguknya.
Kaum Muslim melakukan pengempungan terhadap benteng Bani Quraizah, hingga Bani Quraizah menyerah tanpa syarat setelah pengepungan selama beberapa minggu.[4]
Beberapa anggota dari Bani Aus memohon kepada Nabi Muhammad menunjuk hakim dari Bani Aus untuk menghukum sekutu lama mereka Bani Quraizah, hingga Nabi Muhammad menunjuk Sa'ad bin Mu'adz atas keputusan itu Bani Quraizah juga menerima penunjukan itu.[5][6][7] Sa'ad yang mengalami luka dalam pertempuran Khandaq dan telah diambang kematian melihat pengkhianatan kaum yahudi telah dilakukan berkali-kali dan dalam situasi genting lalu memutuskan, bahwa setiap laki-laki dewasa dari Bani Quraizah dihukum mati dan semua wanita dan anak-anak dijadikan budak.[3]
Remove ads
Kematian
Amir bin Syurahbil berkata,"Saat luka Sa'ad bin Muadz kambuh, Rasulullah merawatnya sampai daraj dari luka-lukanya membasahi tubuhnya. Abu Bakar lalu datang dan berkata, ‘Punggungnya sobek.’ Nabi berkata,'Biarkan.' Lalu Umar berkata,'Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.'"[1]
Sa'ad meninggal beberapa hari setelah memberikan keputusan terhadap Bani Quraizah dikarena luka pada pertempuran Khandaq di tahun 627. Nabi berkata,"Arsy Allah Yang Maha Pemurah berguncang karena kematian Sa'ad bin Mu'adz."[3]
Remove ads
Pranala luar
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads