Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Perusahaan Hindia Timur Belanda
perusahaan dagang dari Belanda, 1602–1799 Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Perusahaan Hindia Timur Belanda, secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia Timur (bahasa Belanda: Vereenigde Oostindische Compagnie; disingkat VOC) didirikan pada 20 Maret 1602.[1] VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula Geoctroyeerde Westindische Compagnie yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia [2] sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.[3] Satu dari pemegang saham VOC terbesar adalah Isaac Le Maire, seorang pengusaha dan investor keturunan Yahudi dari Walonia (sekarang Belgia).
Meskipun sebetulnya VOC merupakan sebuah persekutuan badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas serta hak-hak istimewa (octrooi).[1] Misalnya VOC boleh memiliki tentara, memiliki mata uang, bernegosiasi dengan negara lain hingga menyatakan perang.[1] Banyak pihak menyebut VOC sebagai negara di dalam negara. VOC memiliki enam bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam.[4] Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII atau 17 tuan.[5] Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di kalangan orang Indonesia bahkan juga di Malaysia, VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni.[6] Istilah ini berasal dari kesalahan orang Indonesia ketika mengucapkan compagnie dalam bahasa Belanda yang merujuk pada makna perusahaan.[6] Setelah VOC berakhir, istilah "Kompeni" kemudian mulai digunakan secara umum dalam bahasa sehari hari untuk merujuk ke pemerintah dan tentara Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Indonesia.
Kelahiran VOC tidak bisa dilepaskan dari pemberontakan 17 provinsi di Delta Sungai Rhien atas dominasi Dinasti Hasburg (Spanyol) di Eropa, yang dikenal dengan Tachtigjarige Oorlog atau Perang Delapan Puluh Tahun.yang idenya didapat oleh pemikiran freemason,untuk menumbangkan Perancis yang dikenal sebagai revolusi Prancis[7] Akibat pemberontakan ini, Spanyol melakukan embargo atas para pemberontak yang memaksa mereka mencari jalan sendiri untuk mendapatkan rempah-rempah dan bahan perdagangan lain. Oleh karena itu VOC dipimpin oleh the heeren zeventienHeeren XVII (17 Direktur) yang mewakili 17 provinsi yang memberontak.
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif


Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika.[8] Sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan, demikian juga dengan bangsa Belanda.[9] Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan politik permukiman (kolonisasi) dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatra dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal adalah murni kolonisasi (permukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal.
Selama abad ke-16, perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda, kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerja sama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol, dan Italia menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan menjadi tidak melewati Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. Ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan "jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada 1595-1597 dengan kapal dan awak mereka mengalami banyak kerusakan.[10]
Pada 1596, empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, di sini mereka terlibat dalam perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur melalui pantai utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada kehilangan 12 orang awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka pada tahun berikutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Belanda namun rempah-rempah yang dibawa cukup untuk menghasilkan keuntungan.[11]
Pada 31 Desember 1600, Inggris memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia bernama Perusahaan Hindia Timur Britania dan berpusat di Kalkuta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Prancis pun tak mau ketinggalan dengan mendirikan Perusahaan Hindia Timur Prancis tahun 1604.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie. Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini,Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda yang waktu itu masih berbentuk republik, untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.
Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan monopoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan massal.
Pos perdagangan yang lebih tenteram terletak di Deshima, pulau buatan di lepas pantai Nagasaki. Daerah ini adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Hak oktrooi adalah keistimewaan yang dimiliki VOC untuk menjalankan perdagangan di kawasan Hindia.[12] Isi hak oktroi Octrooi memuat tujuan didirikannya VOC. Preambule octrooi berbunyi, "VOC dibentuk untuk menyediakan arah dan memberikan navigasi bagi perdagangan di Hindia Timur." Perdagangan di nusantara selama 200 tahun dikuasai VOC berdasarkan piagam octrooi pada tahun 1598 perusahaan yang ada kala itu digabungkan menjadi sebuah kongsi dagang.Pada bulan maret 1602 terbentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur, François Valentijn dalam Oud En Nieuw Oost-indien (1602) mencatat octrooi diberikan parlemen Belanda. Octrooi, piagam pendirian Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang memuat hak-hak istimewa VOC di Nusantara.[13]
Pada 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan dan pada 1610, Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), tetapi memilih Jayakarta sebagai pusat administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605-1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku (1621-1623). Sehingga pada tanggal 31 Desember 1799 banyaknya pejabat VOC yang terlibat korupsi menyebabkan beban utang VOC menjadi semakin banyak, sehingga VOC sendiri bangkrut dan pailit. VOC dinyatakan bubar oleh Gubernur Jendral VOC Van Overstraten, Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda.[14]
Remove ads
Hak istimewa

Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (piagam/charter) tanggal 20 Maret 1602 meliputi:
- Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri;
- Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:
- Memelihara angkatan perang,
- Memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,
- Merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
- Memerintah daerah-daerah tersebut,
- Menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan
- Memungut pajak.
Remove ads
Dampak Monopoli Dagang VOC
Monopoli dagang VOC mempunyai akibat yang signifikan, paling utama dalam perihal ekonomi serta sosial. Berikut dampak monopoli dagang VOC:
- Penyusutan Kesejahteraan Petani
- Penghisapan Sumber Energi Alam
- Kesenjangan Ekonomi serta Sosial
- Penyusutan Kedaulatan Lokal
- Pembelajaran Terbatas[15]
Garis waktu
Ringkasan
Perspektif


Pada 1652, Jan van Riebeeck mendirikan pos di Tanjung Harapan (ujung selatan Afrika, sekarang ini Afrika Selatan) untuk menyediakan kapal VOC untuk perjalanan mereka ke Asia Timur. Pos ini kemudian menjadi koloni sungguhan ketika lebih banyak lagi orang Belanda dan Eropa lainnya mulai tinggal di sini. Pos VOC juga didirikan di Persia (sekarang Iran), Benggala (sekarang Bangladesh) dan sebagian India), Ceylon (sekarang Sri Lanka), Malaka (sekarang Malaysia), Siam (sekarang Thailand), Cina daratan (Kanton), Formosa (sekarang Taiwan) dan selatan India. Pada 1662, Koxinga mengusir Belanda dari Taiwan.
Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%.
Perusahaan ini hampir selalu mengalami konflik dengan pihak Inggris; hubungan keduanya memburuk ketika terjadi Pembantaian Ambon pada tahun 1623. Pada abad ke-18, kepemilikannya dipusatkan di Hindia Timur. Setelah peperangan keempat antara Provinsi Bersatu dan Inggris (1780-1784), VOC mendapatkan kesulitan finansial, dan pada 17 Maret 1798, perusahaan ini dibubarkan, setelah Belanda diinvasi oleh tentara Napoleon Bonaparte dari Prancis. Hindia Timur diserahkan kepada Kerajaan Belanda oleh Kongres Wina di 1815.
Remove ads
Tujuan
Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari 1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Yang dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 – Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.
Remove ads
Kebangkrutan dan Pembubaran
Ringkasan
Perspektif


Setelah tahun 1730, kemajuan VOC mulai mengalami kemunduran. Lima faktor utama yang berkontribusi terhadap kemerosotannya dalam periode 50 tahun antara 1730 dan 1780 adalah:[16]
- Terjadi erosi yang stabil dalam perdagangan intra-Asia karena perubahan dalam lingkungan politik dan ekonomi Asia yang sedikit dapat dilakukan oleh VOC. Faktor-faktor ini secara bertahap meminggirkan perusahaan dari Persia, Suratte, Pantai Malabar, dan Bengal. Perusahaan terpaksa membatasi operasinya hanya pada wilayah yang secara fisik dikuasainya, dari Ceylon hingga kepulauan Indonesia. Volume perdagangan intra-Asia ini, dan profitabilitasnya, karenanya harus menyusut.
- Cara perusahaan diorganisir di Asia (terpusat pada penghubungnya di Batavia), yang awalnya memberikan keuntungan dalam mengumpulkan informasi pasar, mulai menimbulkan kerugian di abad ke-18 karena ketidakefisienan dalam mengirimkan segala sesuatu terlebih dahulu ke titik pusat ini. Kerugian ini paling terasa dalam perdagangan teh, di mana pesaing seperti EIC dan Perusahaan Ostend mengirim langsung dari Tiongkok ke Eropa
- "Keburukan moral" (dalam arti korupsi dan tidak dilaksanakannya tugas) pegawai VOC, meskipun merupakan masalah bagi semua Perusahaan Hindia Timur pada masa itu, tampaknya melanda VOC dalam skala yang lebih besar daripada pesaingnya. Memang benar bahwa perusahaan bukanlah "majikan yang baik". Gaji rendah, dan "perdagangan akun pribadi" secara resmi tidak diizinkan. Praktik ini berkembang pesat di abad ke-18 sehingga merugikan kinerja perusahaan. Mulai sekitar tahun 1790-an, frasa "binasa karena korupsi" (vergaan onder corruptie, yang juga disingkat VOC dalam bahasa Belanda) mulai merangkum masa depan perusahaan
- Masalah yang juga dialami oleh perusahaan lain adalah tingginya angka kematian dan kesakitan di antara karyawannya. Hal ini mengurangi jumlah personel perusahaan dan melemahkan banyak yang selamat
- Masalah lebih lanjut disebabkan oleh kebijakan dividen VOC. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan telah melebihi surplus yang diperolehnya di Eropa dalam setiap dekade dari 1690 hingga 1760 kecuali 1710-1720. Namun, dalam periode hingga 1730, direksi mengirim sumber daya ke Asia untuk membangun modal perdagangan di sana. Pembukuan konsolidasi mungkin akan menunjukkan bahwa total keuntungan melebihi dividen. Selain itu, antara 1700 dan 1740 perusahaan melunasi 5,4 juta gulden utang jangka panjang. Perusahaan karenanya masih berada pada posisi keuangan yang aman di tahun-tahun ini. Ini berubah setelah 1730. Sementara keuntungan merosot, para bewindhebbers hanya sedikit mengurangi dividen dari tingkat sebelumnya. Dividen yang dibagikan karenanya melebihi pendapatan di setiap dekade kecuali satu (1760-1770). Untuk mencapai ini, modal stok Asia harus dikurangi sebesar 4 juta gulden antara 1730 dan 1780, dan modal likuid yang tersedia di Eropa berkurang 20 juta gulden dalam periode yang sama. Para direksi karenanya terpaksa mengisi kembali likuiditas perusahaan dengan menggunakan pembiayaan jangka pendek dari pinjaman antisipatif, yang dijamin oleh pendapatan yang diharapkan dari armada yang pulang ke negeri asal.[17]
Meskipun ada masalah-masalah ini, VOC pada tahun 1780 tetap merupakan operasi yang sangat besar. Modal perusahaan di Republik, terdiri dari kapal dan barang dalam persediaan, berjumlah 28 juta gulden; modalnya di Asia, terdiri dari dana perdagangan likuid dan barang dalam perjalanan ke Eropa, berjumlah 46 juta gulden. Total modal, bersih dari utang yang belum dibayar, mencapai 62 juta gulden. Prospek perusahaan pada saat ini karenanya tidaklah tanpa harapan, seandainya salah satu rencana reformasi berhasil dilaksanakan. Namun, Perang Inggris-Belanda Keempat terjadi. Serangan angkatan laut Inggris di Eropa dan Asia mengurangi armada VOC hingga separuhnya; menghilangkan kargo berharga dari kendalinya; dan mengikis kekuatan yang tersisa di Asia. Kerugian langsung VOC selama perang dapat dihitung sebesar 43 juta gulden. Pinjaman untuk menjaga perusahaan tetap beroperasi mengurangi aset bersihnya menjadi nol.[18]
Dari tahun 1720, pasar gula dari Indonesia menurun karena persaingan dari gula murah dari Brasil meningkat. Pasar Eropa menjadi jenuh. Puluhan pedagang gula Tionghoa bangkrut, yang menyebabkan pengangguran massal, yang pada gilirannya menyebabkan munculnya gerombolan kuli yang menganggur. Pemerintah Belanda di Batavia tidak menanggapi masalah ini dengan memadai. Pada tahun 1740, rumor tentang deportasi gerombolan dari wilayah Batavia memicu kerusuhan yang meluas. Militer Belanda menggeledah rumah-rumah orang Tionghoa di Batavia untuk mencari senjata. Ketika sebuah rumah secara tidak sengaja terbakar, militer dan warga yang miskin mulai membantai dan menjarah komunitas Tionghoa.[19] Pembantaian terhadap orang Tionghoa ini dianggap cukup serius sehingga dewan VOC memulai penyelidikan resmi terhadap Pemerintah Hindia Belanda untuk pertama kalinya dalam sejarahnya
Setelah Perang Inggris-Belanda Keempat, masalah keuangan VOC memburuk secara signifikan. Setelah upaya reorganisasi yang sia-sia oleh Negara Bagian Holland dan Zeeland, dewan direksi VOC diberhentikan pada tahun 1796 dan manajemen perusahaan diserahkan kepada Komite untuk Urusan yang Berkaitan dengan Perdagangan dan Kepemilikan Hindia Timur (Belanda: Comité tot de zaken van de Oost-Indische handel en bezittingen).[20][21] Piagam VOC diperpanjang beberapa kali, tetapi dibiarkan kadaluarsa pada tanggal 31 Desember 1799.[22] Sebagian besar kepemilikan bekas VOC kemudian diduduki oleh Britania Raya selama perang Napoleon, tetapi setelah Kerajaan Bersatu Belanda yang baru dibentuk oleh Kongres Wina, beberapa di antaranya dikembalikan ke negara penerus Republik Belanda ini melalui Perjanjian Inggris-Belanda tahun 1814.
Remove ads
Kapal VOC
Lihat pula
- Garis waktu sejarah Indonesia
- Daftar Penguasa Hindia Belanda
- Jan Pieterszoon Coen
- Perusahaan Hindia Timur (disambiguasi)
- Perusahaan Hindia Timur Britania, didirikan pada 1600
- Perusahaan Hindia Timur Denmark, didirikan pada 1616
- Perusahaan Hindia Barat Belanda, didirikan pada 1621
- Perusahaan Hindia Timur Prancis, didirikan pada 1664
- Perusahaan Hindia Timur Swedia, didirikan pada 1731
- Perusahaan Rusia-Amerika
- Penaklukan Kepulauan Banda oleh Belanda
Remove ads
Referensi
Kepustakaan
Pranala luar

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Dutch East India Company.
- (Inggris) Saham tertua di dunia (VOC 1606)
- (Inggris) Mencicipi petualangan - Sejarah rempah-rempah juga sejarah perdagangan The Economist, 17 Desember 1998.
- (Indonesia) VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie)
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads