Buri Wolio
From Wikipedia, the free encyclopedia
Buri Wolio adalah sebuah sistem tulisan yang digunakan untuk menulis bahasa Wolio, salah satu bahasa resmi Kesultanan Buton.[1] Buri Wolio merupakan modifikasi aksara Arab yang terdiri dari 15 huruf Arab asli dan 5 huruf tambahan agar sesuai dengan fonem asli Wolio, yaitu (چ /t͡ʃ/, ڠ /ŋ/, ڨ /p/, ݢ /g/, dan ۑ /ɲ/).[1] Aksara ini diciptakan pada abad ke-16 oleh Raja La Elangi.[2] Aksara dan bahasa ini memiliki fungsi sebagai berikut:
- Sebagai bahasa resmi Kerajaan Buton. Bahasa ini digunakan dalam berbagai dokumen, prasasti, dan sastra kerajaan, seperti lontara, syair, dan hikayat.
- Sebagai bahasa penghubung antara berbagai suku di Sulawesi Tenggara. Bahasa ini menjadi bahasa perantara yang memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara masyarakat Buton dengan masyarakat Muna, Moronene, Kulisusu, dan lainnya.
- Sebagai bahasa yang menyimpan nilai-nilai budaya dan sejarah Buton. Bahasa ini mengandung berbagai ungkapan, peribahasa, dan kosakata yang mencerminkan kearifan lokal, adat istiadat, dan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Buton.[1]
Fakta Singkat Jenis aksara, Bahasa ...
Buri Wolio بُرِ وٚلِيٚ | |
---|---|
Jenis aksara | |
Bahasa | Wolio |
Periode | Abad ke-16 |
Aksara terkait | |
Silsilah | |
Aksara kerabat | Jawi Pegon |
Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan ⟨ ⟩, Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi. |
Tutup
Artikel ini memuat huruf Arab. Tanpa bantuan render yang baik, anda mungkin akan melihat tanda tanya, kotak-kotak, atau simbol lainnya.
Aksara ini juga digunakan untuk menulis kaḃanti (کَبَنْتِ). Tradisi penulisan kaḃanti di Buton, mencapai puncak kepopulerannya pada masa pemerintahan sultan Buton ke-24, Muhammad Idrus Kaimuddin.[3]