Daftar karya Chairil Anwar
From Wikipedia, the free encyclopedia
Penulis Indonesia Chairil Anwar (1922–1949) menulis 75 puisi, 7 prosa, dan 3 koleksi puisi. Ia juga menerjemahkan 10 puisi dan 4 prosa. Kebanyakan puisi-puisi asli Anwar dimasukkan dalam versi koleksinya: Deru Campur Debu, Kerikil-Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (keduanya 1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950). Pada tahun 1956, HB Jassin mengumpulkan dan mendokumentasikan sebagian besar karya-karya Anwar yang masih tersisa dalam buku berjudul Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45,[1] dan pada tahun 1970 Burton Raffel menerbitkan terjemahan bahasa Inggris dari karya-karya asli Anwar dalam buku berjudul The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar.[2]
Foto Chairil Anwar yang sedang merokok. | ||
Terbitan | ||
---|---|---|
↙Koleksi | 3 | |
↙Puisi | 75 | |
↙Puisi terjemahan | 10 | |
↙Prosa asli | 7 | |
↙Prosa terjemahan | 4 |
Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, dan menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang dijalankan oleh pemerintahan kolonial Belanda sampai sekitar 1940, ketika ia dan ibunya pindah ke ibu kota, Batavia (sekarang Jakarta).[3] Ketika itu, ia mulai masuk dalam gelanggang sastra setempat.[4] Pada tahun 1942, ia menulis "Nisan", yang secara umum dianggap sebagai puisi pertamanya.[5] Ia menulis secara intensif pada masa pendudukan Jepang (1942–1945). Pada waktu itu, ia mengubah puisi-puisinya untuk menghindari penyensoran; contohnya, judul karya terbaiknya, "Aku" untuk beberapa waktu dikenal sebagai "Semangat" untuk menghindari penyensoran karena dianggap bertemakan individualitas.[6] Namun, individualisme Anwar cukup menonjol, seperti pada baris "Aku mau hidup seribu tahun lagi" dari "Aku" yang sering dikutip. Pada tahun-tahun berikutnya, individualisme ini berkembang menjadi rasa fatalis. Karena itu, mengidentifikasikan sebuah tema tunggal yang menyatukan seluruh karya Anwar adalah hal yang sulit.[7] Kata seorang pemain perempuan, ia wafat pada usia 27 tahun; beberapa sumber menyebut sifilis sebagai penyebab kematiannya.[8]
Setelah kematiannya, Anwar dikritik atas tuduhan plagiarisme pada beberapa karya yang dikeluarkan namun tidak ditulis sebagai hasil terjemahan puisi asing.[9] Karya-karya aslinya, tidak seperti puisi yang dibuat oleh penulis-penulis pada masa yang sama, penggunaan bahasa sehari-hari tidak digunakan dalam puisinya, mencampur kata-kata dari bahasa-bahasa asing.[10] Puisi-puisi Anwar dianggap multi-tafsir.[7] Dengan demikian, tuduhan plagiarisme tersebut – meskipun disebarluaskan pada waktu penemuannya – tidak mempengaruhi warisannya. Sarjana sastra Indonesia asal Belanda yang bernama A. Teeuw mendeskripsikan Anwar sebagai "penyair yang sempurna, [11] sementara Raffel mendiskripsikannya sebagai "tokoh sastra terbaik di Indonesia".[12] Tanggal kematiannya, 28 April, dirayakan sebagai Hari Puisi Nasional.[4]
Daftar berikut terbagi menjadi lima tabel berdasarkan jenis karya di dalamnya. Tabel-tabel ini awalnya disusun berdasarkan urutan abjad judulnya, tetapi bisa diurutkan berdasarkan elemen lain. Judul-judul aslinya yang menggunakan ejaan Van Ophuijsen dan Republik distandardisasikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan yang saat ini digunakan di Indonesia. Untuk karya tanpa judul, kata-kata pertamanya ditulis dalam kurung. Tahun-tahun yang digunakan berasal dari kalender Gregorian; karya-karya yang ditulis pada tahun 1942 dan 1945 kebanyakan menggunakan kalender Jepang kōki (皇紀). Selain yang diberi catatan, entri-entri daftar ini didasarkan pada kompilasi puisi buatan (Jassin 1968, hlm. 163–172) dan (Raffel 1970, hlm. vii–ix).