Suku Māori
penduduk pribumi Polinesia di Selandia Baru / From Wikipedia, the free encyclopedia
Suku Māori (/ˈmaʊri/; Pengucapan Māori: [ˈmaːɔɾi] simakⓘ[6]) adalah penduduk asli asal Polinesia yang tinggal di Selandia Baru. Suku ini berasal dari pendatang Polinesia timur yang tiba di Selandia Baru dalam beberapa gelombang migrasi menggunakan waka (kano) di antara tahun 1320 dan 1350.[7] Setelah terisolasi beberapa abad, para pendatang ini mengembangkan budaya mereka sendiri dengan bahasa, mitologi, teknik kriya, serta seni pertunjukan yang berbeda dengan budaya Polinesia timur lainnya. Beberapa penduduk awal suku Māori pindah ke Kepulauan Chatham; keturunan penduduk awal ini kemudian menjadi kelompok etnis Selandia Baru yang lain, yaitu Suku Moriori.[8]
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Selandia Baru | 775.836 (sensus 2018)[1] |
Australia | 142.107 (sensus 2016)[2] |
Britania Raya | sekitar 8.000 (2000)[3] |
Amerika Serikat | 3.500 (2000)[4] |
Kanada | 2.500 (2016)[5] |
Daerah lain | sekitar 8.000[3] |
Bahasa | |
Māori, Inggris | |
Agama | |
Kebanyakan Kristen atau tidak beragama Rātana Agama Māori | |
Kelompok etnik terkait | |
Bangsa Polinesia yang lain |
Gaya hidup orang Māori banyak mengalami perubahan setelah orang Eropa datang ke Selandia Baru pada abad ke-17. Orang Māori kemudian perlahan-lahan mengadopsi berbagai aspek budaya dan kehidupan masyarakat Barat. Pada awalnya, hubungan antara orang Māori dan Eropa relatif baik. Sejak Perjanjian Waitangi di tahun 1840, kedua budaya tersebut hidup bersama. Pada tahun 1860, mulai terjadi perpecahan akibat konflik penjualan lahan, yang berujung pada penyitaan lahan dalam skala besar. Perpecahan sosial dan epidemi penyakit yang dibawa dari luar menyebabkan populasi suku Māori turun secara tajam. Jumlah penduduk suku Māori baru kembali meningkat pada awal abad ke-20. Sejak saat itu, mulai banyak upaya untuk mengembalikan keadilan sosial dan kedudukan suku Māori di masyarakat Selandia Baru secara umum.
Dengan demikian, budaya tradisional Māori mengalami kebangkitan kembali yang besar, yang juga diperkuat dengan adanya gerakan protes Māori di tahun 1960-an. Sayangnya, suku Māori masih mengalami kesulitan ekonomi dan sosial yang besar. Secara umum, perkiraan umur dan pendapatan mereka pun lebih rendah daripada kelompok etnis lain yang hidup di Selandia Baru. Suku ini juga mengalami angka tingkat kejahatan, masalah kesehatan, serta ketertinggalan pendidikan yang lebih parah daripada kelompok etnis lain di Selandia Baru. Beberapa inisiatif sosio-ekonomis telah dilakukan dengan tujuan untuk menutup jarak antara orang Māori dan penduduk Selandia Baru lainnya. Ganti rugi politis dan ekonomis untuk berbagai kerugian historis juga masih terus berlanjut.
Dalam Sensus Selandia Baru 2018, terungkap bahwa terdapat 775.836 penduduk di Selandia Baru yang menyatakan dirinya orang Māori, yaitu sekitar 16,5% dari populasi nasional. Kelompok ini merupakan kelompok etnis terbesar kedua di Selandia Baru, tepat di bawah penduduk Selandia Baru asal Eropa ("Pākehā"). Terdapat pula 140.000 orang Māori yang tinggal di Australia. Bahasa Māori digunakan oleh sekitar seperlima penduduk Māori atau 3% dari total penduduk. Orang Māori aktif dalam seluruh aspek kehidupan dan kebudayaan Selandia Baru, dengan representasi yang jelas dalam media, politik dan olahraga.