Banjir dan longsor Nusa Tenggara 2021
bencana alam di Indonesia dan Timor Leste tahun 2021 / From Wikipedia, the free encyclopedia
Banjir dan longsor Nusa Tenggara 2021 adalah bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di sebagian wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia pada 4-6 April 2021. Bencana banjir dan tanah longsor ini merupakan akibat dari Siklon Seroja yang menyebabkan curah hujan tinggi dan badai petir di NTT, NTB, dan Timor Leste.[3][4]
Tanggal | 4 April 2021 (2021-04-04)ā6 April 2021 (2021-4-6) |
---|---|
Lokasi | 12 Kabupaten/Kota Kabupaten Alor, Kabupaten Bima, Kabupaten Ende, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Kupang, Kabupaten Lembata, Kabupaten Malaka, Kabupaten Ngada, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Sumba Timur, Kota Kupang[1] |
Tewas | 178 (71 Flores Timur, 43 Lembata, 27 Alor, 8 Malaka, 6 Kota Kupang, 3 Kupang, 2 Sabu Raijua, 2 Rote Ndao, 1 Ende, 1 Ngada, 1 Sikka, 2 Bima)[2] |
Cedera | 259 (71 Flores Timur, 46 Lembata, 5 Malaka, 2 Alor, 1 Ngada)[2] |
Hilang | 47 (14 Alor, 5 Flores Timur, 25 Lembata, 1 Kupang)[2] |
Kerugian harta benda | 65.111 rumah terdampak, 17.155 rumah rusak berat, 15.041 rumah rusak sedang, 31.195 rumah rusak ringan, 40 titik jalan tertutup, 5 jembatan putus, 115 unit fasilitas umum terdampak (Alor 11, Flores Timur 8, Malaka 65, Ngada 1, Sumba Timur 7), 26 fasilitas umum rusak berat dan 1 kapal penumpang tenggelam.[2] |
Sampai dengan 5 April pukul 23.00 WIB, total jumlah pengungsi sebanyak 8.424 warga serta 1.083 KK atau 2.683 warga lainnya terdampak. Jumlah ini terus mengalir dan terbesar berada di Kabupaten Sumba Timur: 7.212 jiwa (1.803 KK), Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 jiwa (153 KK), Sumba Barat 284 (63 KK) dan Flores Timur 256.
Sampai dengan 8 April, total jumlah pengungsi sebanyak 20.929 warga dengan total terdampak 6.019 KK. Jumlah ini terbagi diantaranya; Flores Timur 1,361 orang, Malaka 5.479 orang, Lembata 812 orang, Sumba Timur diperkirakan 10.000 orang, Rote Ndao 1.072 orang, Sabu Raijua 346 orang, Timor Tengah Selatan 776 orang, Alor 299 orang, Belu 628 orang, dan Timor Tengah Utara 156 orang.[2]
Disebutkan bahwa banjir bandang di NTB dan NTT ini disebabkan oleh curah hujan ekstrim. Dan selain itu diduga banjir bandang ini terjadi akibat kerusakan alam di hulu sebab adanya bekas kayu gergajian mesin yang terbawa mesin di daerah, seperti di Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang, Adonara. Berkaitan dengan ini, Bupati Flores Timur Anton G. Hadjon mengakui adanya kerusakan alam di pegunungan menjadi penyebab bencana dan dinas terkait akan diperintahkan untuk memetakan lokasi gundul agar direboisasi.[5] Daerah NTB yang mengalami banjir bandang ini, seperti Bima bagian selatan, juga diduga terdampak akibat alih fungsi lahan hutan menjadi ladang jagung.[5]