Juliana dari Belanda
Ratu Belanda (1948–1980) / From Wikipedia, the free encyclopedia
Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau (30 April 1909 – 20 Maret 2004 ) adalah Ratu Kerajaan Belanda dari 6 September 1948, sampai tanggal 30 April 1980, ulang tahunnya ke-71, ketika putrinya, Beatrix naik takhta.
Juliana | |||||
---|---|---|---|---|---|
Ratu Belanda | |||||
Berkuasa | 4 September 1948 – 30 April 1980 (31 tahun, 239 hari) | ||||
Pendahulu | Ratu Wilhelmina | ||||
Penerus | Ratu Beatrix | ||||
Informasi pribadi | |||||
Kelahiran | (1909-04-30)30 April 1909 Den Haag, Belanda | ||||
Kematian | 20 Maret 2004(2004-03-20) (umur 94) Baarn, Belanda | ||||
Pemakaman | 30 Maret 2004 Nieuwe Kerk, Delft | ||||
Wangsa | Wangsa Oranye-Nassau | ||||
| |||||
Ayah | Hendrik dari Mecklenburg-Schwerin | ||||
Ibu | Wilhelmina dari Belanda | ||||
Pasangan | Bernhard dari Lippe-Biesterfeld | ||||
Anak | Beatrix dari Belanda Irene, Duchess Parma Putri Margriet Putri Christina | ||||
Agama | Protestan |
Juliana menikah dengan Bernhard dari Lippe Biesterfeld, seorang bangsawan Jerman, pada tanggal 7 Januari 1937 dan mendapatkan empat anak Beatrix (1938), Irene (1939), Putri Margriet (1943), dan Marijke (1947) yang namanya kemudian diganti menjadi Christina.
Ratu Juliana naik takhta menggantikan ibunya, Ratu Wilhelmina, antara tahun 1947 – 1948. Pada 27 Desember 1949, ialah yang secara resmi menyerahkan kedaulatan Hindia Belanda kepada ketua delegasi Indonesia, Mohammad Hatta, dalam pertemuan di Istana Dam, Amsterdam.
Rakyat Belanda menyukainya karena ia tidak terlalu menjunjung formalitas. Putrinya, Beatrix, malah dikenal lebih formal, seperti ayahnya, Pangeran Bernhard.
Ratu Juliana pernah ke Indonesia pada tahun 1971[1] sambil membawa "oleh-oleh", antara lain naskah manuskrip Kakawin Nagarakretagama. Naskah lontar ini berasal dari Lombok dan sampai ke Belanda karena dijarah oleh KNIL pada tahun 1894, sewaktu tentara Belanda menaklukkan Lombok.
Meski telah mengundurkan diri dari politik sejak tahun 1980, ia masih aktif di bidang sosial sampai tahun 1995. Setelah itu, Juliana diketahui mengidap penyakit demensia dan alzheimer hingga wafatnya pada 20 Maret 2004.
Dialah Ratu Belanda yang akhirnya mengakui kedaulatan negara Indonesia setelah pertemuannya dengan Mohammad Hatta dalam penyelesaian Diplomasi di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949.