![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/82/Madame_de_Pompadour.jpg/640px-Madame_de_Pompadour.jpg&w=640&q=50)
Madame de Pompadour
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jeanne Antoinette Poisson, Marquise de Pompadour, juga disebut sebagai Madame de Pompadour (29 Desember 1721 – 15 April 1764 ) adalah wanita bertalenta dan cantik yang memiliki pengaruh budaya, intelektual, dan politik yang kuat di Istana Versailles Prancis. Ia menjadi salah satu selir kepala resmi Raja Louis XV dari tahun 1745 hingga 1751, dan tetap berpengaruh serta menjadi favorit Istana Versailles hingga akhir hayatnya.[1]
Jeanne Antoinette Poisson Marquise de Pompadour | |
---|---|
![]() Madame de Pompadour Potret karya François Boucher | |
Lambang | ![]() |
Pasangan | 1) Charles Guillaume Le Normant d'Étiolles (m. 1741) 2) Louis XV (1745) |
Anak 1) Charles Guillaume Louis (1741–1742) 2) Alexandrine Jeanne d'Étiolles (1744–1754) | |
Bapak | François Poisson |
Ibu | Madeleine de la Motte |
Lahir | (1721-12-29)29 Desember 1721 Paris, Prancis |
Meninggal | 15 April 1764(1764-04-15) (umur 42) Paris, Prancis |
Pekerjaan | Selir dari Louis XV |
Ia mengambil tanggung jawab jadwal Raja Louis XV dan berperan sebagai penasehat raja, meskipun kesehatannya lemah dan banyak lawan politik. Ia mengamankan gelar bangsawannya untuk dirinya dan keluarganya dengan membangun jaringan relasi dan pendukung. Ia bersahabat dengan banyak elit politik seperti Montesquieu dan Voltaire.
Dia sangat berhati-hati untuk tidak mengasingkan Ratu Marie Leszczyńska. Pada 8 Februari 1756, Marquise de Pompadour dinobatkan sebagai wanita ketiga belas dalam menunggu ratu, posisi yang dianggap paling bergengsi di istana, yang memberinya penghormatan.[2]
Ia merupakan "pelindung" (patron) dari karya seni dekorasi tinggi seperti lukisan, porselen, dan arsitektur bangunan. Salah satu pelukis istana favoritnya adalah François Boucher yang beberapa kali melukis potret dirinya.
Ia juga merupakan "pelindung" (patron) dari filsuf gerakan Age of Enlightenment (Zaman Pencerahan), salah satunya yaitu Voltaire.
Para pengkritik yang bermusuhan pada saat itu umumnya menganggapnya sebagai pengaruh politik yang jahat, tetapi para sejarawan lebih baik, menekankan kesuksesannya sebagai "pelindung" (patron) seni dan "juara" kebanggaan Prancis.[3]
Sejarawan seni Melissa Hyde berpendapat bahwa kritik Pompadour didorong oleh ketakutan atas jungkir-balik hierarki sosial dan gender sehingga kekuatan dan pengaruh Pompadour, sebagai seorang wanita yang tidak dilahirkan ke dalam aristokrasi (kebangsawanan), terwakili.[4]