Loading AI tools
museum di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Museum Balla Lompoa adalah sebuah museum yang terletak di tengah-tengah Kelurahan Sungguminasa. Museum ini didirikan pada tanggal 11 Desember 1973. Balla Lompoa merupakan arsitek rumah etnis Makassar dapat diartikan rumah besar dalam bahasa Makassar atau istana bagi raja-raja dari Kerajaan Gowa. Museum ini dibangun di areal seluas 7663 m2 tahun 1936 di masa Raja Gowa ke-XXXV. Luas bangunan kayu 1144 m2. Bangunan ini terbuat dari bahan kayu jati bercorak arsitektur tradisional Makassar. Ada juga terdapat teknik modern di beberapa bagian tertentu, misalnya di persambungan kayu menggunakan baut, bahkan bagian dapurnya menggunakan bahan batu bata.[1]
Jenis koleksi yang terdapat di Museum Balla Lompoa seperti koleksi sejarah, etnografi, numismatik, dan heraldik. Koleksi histori terdiri dari seperangkat alat-alat kerajaan seperti:
Waktu kunjungan yang disediakan pihak museum dimulai hari Senin sampai dengan Kamis pukul 08.00 - 13.00 WITA. Hari Jumat dibuka pukul 08:00 - 11.00 WITA sedangkan hari Sabtu pukul 08.00 - 12.00 WITA. sedangkan untuk tiket Masuk Museum tidak ditentukan bayarannya atau sukarela saja.[1]
Museum Balla Lompoa juga dilengkapi dengan fasilitas seperti Ruang Administrasi, Gudang, Ruang Konservasi , Ruang Auditorium, Ruang Pameran Tetap, Ruang Admnistrasi, Ruang Konservasi dan Preparasi.[1]
Alamat Museum Balla Lompoa di Jalan Sultan Hasanuddin No. 44 Sangguminasa Kecamatan Samba Opu. Kabupaten Gowa. Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak tempuh Museum Balla Lompoa dari Bandara Hasanuddin ke museum berjarak sekitar 1 km. Dari Terminal Bis Mallengkeri ke museum 3 km, sedangkan dari Pelabuhan Laut Soekarno Hatta ke museum berjarak sekitar 23 km.[1]
Museum Balla Lompoa utamanya digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda kerajaan Gowa. Pemerintah Kabupaten Gowa juga menggunakan museum Balla Lompoa sebagai tempat pelaksanaan upacara-upacara adat yang menjadi agenda tahunan yatu ''accera kalompoang.'' Upacara adat ini merupakan kegiatan pencucian benda-benda pusaka kerajaan yang dilaksanakan setiap bulan Zulhijah atau pada hari raya Idul Adha dan telah berlangsung sejak masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, yaitu Sultan Alauddin. Masyarakat meyakini bahwa perubahan berat benda pusaka setelah dicuci akan menentukan nasib Kerajaan Gowa (di masa lalu) dan Kabupaten Gowa (di masa kini). Bertambahnya berat benda pusaka dianggap sebagai pertanda baik, sedangkan berkurangnya berat benda pusaka dianggap sebagai pertan buruk. Masyarakat Kabupaten Gowa menganggap musem Balla Lompoa sebagai tempat keramat dan mempunyai kekuatan magis. Kunjungan ke museum Balla Lompoa bagi masyarakat setempat bertujuan untuk meminta berkah kepada Tuhan melalui benda-benda pusaka Kerajaan Gowa. Ini ditandai dengan adanya sebuah kamar khusus yang digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka. Di dalam kamar tersebut dilengkapi dengan sesajian seperti seperangkat alat makan, lilin merah, foto Syekh Yusuf dan Sultan Hasanuddin, dan pisang raja sebagai persembahan yang digunakan untuk melaksanakan ritual. Di dekat sesajian terdapat ranjang kecil dengan kelambu berwarna merah dan kasur beralas kain berwarna kuning. Pada ranjang kecil itu terdapat kotak kayu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda kerajaan peninggalan Tumanurung.[2]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.