Negasionisme sejarah
From Wikipedia, the free encyclopedia
Negasionisme sejarah[1][2] atau denialisme adalah penyimpangan tidak sah atas catatan sejarah. Hal ini sering kali secara tidak tepat atau sengaja disalahartikan sebagai revisionisme sejarah, meski istilah itu juga menunjukkan upaya akademis yang sah untuk menafsirkan ulang catatan sejarah dan mempertanyakan pandangan yang diterima.[3]
Dalam upaya untuk merivisi masa lalu, revisionisme sejarah yang tidak sah dapat menggunakan teknik yang tidak dapat diterima dalam wacana sejarah yang benar. Di antaranya seperti menyajikan dokumen yang dikenal palsu sebagai dokumen asli, menciptakan alasan ulung tetapi tidak masuk akal mengenai keaslian dokumen, mempertalikan kesimpulan dengan buku atau sumber yang menyatakan sebaliknya, memanipulasi seri statistik untuk mendukung sudut pandang yang diinginkan, dan secara sengaja salah menerjemahkan dokumen (dalam bahasa lain).[4]
Beberapa negara seperti Jerman, telah mengkriminalisasi revisi negasionis dari peristiwa-peristiwa tertentu, dan negara lainnya mengambil posisi yang lebih hati-hati karena berbagai alasan, seperti perlindungan kebebasan berbicara, sementara lainnya mengamanatkan pandangan negasionis.
Contoh-contoh utama dari negasionisme termasuk penyangkalan pembantaian tertuduh komunis pada 1960-an di Indonesia, penyangkalan Holokaus, penyangkalan Genosida Armenia, Alasan Kekalahan Konfederasi, penyangkalan kejahatan perang Jepang[5][6] dan penyangkalan kejahatan Soviet.
Dalam literatur, konsekuensi negasionisme sejarah telah digambarkan secara imajinatif dalam beberapa karya fiksi, seperti Nineteen Eighty-Four karya George Orwell. Pada masa modern, negasionisme dapat menyebar melalui media baru seperti internet.