Perkembangan kanon Alkitab Ibrani
From Wikipedia, the free encyclopedia
Yudaisme Rabinik mengakui 24 kitab dari Teks Masoret, yang biasanya disebut Tanakh atau Alkitab Ibrani, sebagai otoritatif.[1] Keilmuan modern menunjukkan bahwa kitab-kitab yang paling baru dituliskan adalah Kitab Yunus, Ratapan, dan Daniel, yang mana semuanya itu mungkin telah disusun hingga akhir abad ke-2 SM.
Kitab Ulangan mencakup suatu larangan terhadap penambahan atau pengurangan (Ulangan 4:2, Ulangan 12:32), yang mungkin berlaku pada kitab itu sendiri (yakni suatu "kitab tertutup", larangan atas penyuntingan tulisan pada masa mendatang) atau pada instruksi yang diterima Musa di Gunung Sinai.[2]
Kitab 2 Makabe (tidak termasuk dalam kanon Yahudi) menggambarkan bahwa Nehemia (sekitar tahun 400 SM) "menyusun sebuah perpustakaan dengan mengumpulkan berbagai buku tentang para raja dan para nabi, karangan-karangan Daud dan surat-surat para raja mengenai sumbangan-sumbangan bakti" (2 Makabe 2:13). Kitab Nehemia menunjukkan bahwa Ezra (seorang imam dan ahli kitab) mengembalikan Torah (Taurat) dari Babilonia ke Yerusalem dan Bait Kedua pada kurun waktu yang sama. Baik Kitab 1 Makabe maupun 2 Makabe menunjukkan bahwa Yudas Makabe (sekitar tahun 167 SM) juga mengumpulkan kitab-kitab suci (1 Makabe 3:42–50, 2 Makabe 2:13–15, 2 Makabe 15:6–9).
Tidak ada konsensus keilmuan mengenai kapan kanon Kitab Suci atau Alkitab Ibrani ditetapkan; beberapa akademisi berpendapat bahwa kanon tersebut ditetapkan oleh dinasti Hashmonayim,[3] sementara lainnya berpendapat bahwa tidak ada penetapan hingga abad ke-2 M atau bahkan setelahnya.[4] Komisi Kitab Suci Kepausan mengatakan bahwa "kanon Ibrani yang lebih ketat terbentuk kemudian setelah pembentukan Perjanjian Baru".[5]