Soemitro Djojohadikoesoemo
Ekonom dan politikus asal Indonesia (1917-2001) / From Wikipedia, the free encyclopedia
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo (EYD: Sumitro Joyohadikusumo; 29 Mei 1917 – 9 Maret 2001 ) merupakan seorang ekonom dan politikus Indonesia. Sebagai salah satu ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya, Soemitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri, Menteri Keuangan, dan Menteri Riset baik selama era Orde Lama maupun Orde Baru. Dia juga pernah menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dari 1951 hingga 1957. Anaknya, Prabowo Subianto, akan menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-8.
Soemitro Djojohadikoesoemo | |
---|---|
Menteri Negara Riset Indonesia ke-3 | |
Masa jabatan 28 Maret 1973 – 28 Maret 1978 | |
Presiden | Soeharto |
Menteri Keuangan Indonesia ke-8 | |
Masa jabatan 12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Burhanuddin Harahap |
Masa jabatan 3 April 1952 – 30 Juli 1953 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Wilopo |
Menteri Perdagangan Indonesia ke-7 | |
Masa jabatan 6 Juni 1968 – 28 Maret 1973 | |
Presiden | Soeharto |
Masa jabatan 6 September 1950 – 27 April 1951[lower-alpha 3] | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Mohammad Natsir |
Informasi pribadi | |
Lahir | (1917-05-29)29 Mei 1917 Gombong, Kabupaten Karanganyar (sekarang Kebumen), Hindia Belanda |
Meninggal | 9 Maret 2001(2001-03-09) (umur 83) Jakarta, Indonesia |
Partai politik | Partai Sosialis Indonesia (1955–1960) |
Suami/istri | Dora Marie Sigar |
Hubungan | Soeharto (besan) Titiek Soeharto (menantu) |
Anak | Biantiningsih Miderawati Djiwandono Marjani Ekowati Lemaistre Prabowo Subianto Hashim Djojohadikusumo |
Orang tua | Margono Djojohadikoesoemo (ayah) Siti Katoemi Wirodihardjo (ibu) |
Alma mater | Universitas Sorbonne Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda |
Pekerjaan | Ekonom, politikus |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B | |
Soemitro berasal dari keluarga ningrat Jawa, dan merupakan anak sulung dari Margono Djojohadikusumo. Dia menempuh pendidikan ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam. Setelah Perang Dunia Kedua, Soemitro kembali ke Indonesia dan turut dalam delegasi Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Amerika Serikat. Dalam misi diplomatik ini, Soemitro berperan dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia. Dia juga turut serta dalam Konferensi Meja Bundar, dan setelahnya bergabung dalam Partai Sosialis Indonesia sebelum menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Natsir. Soemitro merupakan pencetus program Benteng, dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia ke proses industrialisasi. Dia kemudian juga menjabat Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap, sembari mengembangkan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai dekannya yang kedua.
Selama Orde Lama, Soemitro merupakan salah satu menteri yang mendukung masuknya modal dan investor asing ke Indonesia. Karena ini, dia ditekan oleh Soekarno dan politisi-politisi Partai Komunis Indonesia selama era Djuanda, yang menyebabkan Soemitro bergabung ke Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra. Peranan Soemitro dalam PRRI dilangsungkan dari luar Indonesia melalui aktivitasnya menggalang dana dan dukungan luar negeri. Setelah PRRI ditumpas, Soemitro tidak pulang sampai tahun 1967, setelah Soeharto menjadi presiden. Soeharto mengundangnya kembali ke Indonesia dan mengangkat Soemitro menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, dan belakangan sebagai Menteri Riset. Banyak bekas muridnya di Universitas Indonesia juga terlibat dalam pemerintah Soeharto, dan lebih dikenal sebagai mafia Berkeley. Soemitro tetap aktif di bidang ekonomi setelah tidak menjadi menteri, dan sering mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah sebelum krisis moneter melanda Indonesia.