Taman Nasional Bukit Duabelas
taman nasional di Indonesia / From Wikipedia, the free encyclopedia
'Taman Nasional Bukit Duabelas (disingkat TN Bukit Duabelas) adalah sebuah taman nasional yang terletak di Provinsi Jambi, Sumatra, Indonesia. Dalam pembagian administratif, lokasinya masuk ke dalam Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Sarolangun. Luas lahan yang digunakan adalah 54.780,41 hektare.[1] Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan kawasan perlindungan. Namanya berasal dari kondisi geografis daerahnya yang berbukit-bukit. Beberapa bukit tertingginya yaitu bukit Punai (164 meter), Panggang (328 meter), dan Kuran (438 meter). Daerah ini merupakan daerah tangkapan air dari daerah aliran sungai dari Sungai Batanghari.[2] Di Taman Nasional Bukit Duabelas ada lebih kurang 120 jenis flora yang hidup, termasuk ulin, menggeris setinggi 80 meter, jelutung berdiameter 2 meter, dan rotan jerenang.[2]
Taman Nasional Bukit Duabelas | |
---|---|
IUCN Kategori II (Taman Nasional) | |
Letak TN Berbak di Pulau Sumatra | |
Letak | Jambi, Indonesia |
Kota terdekat | Kota Jambi |
Koordinat | 1°51′0″S 102°39′0″E |
Luas | 54.780,41 hektare (547,8 km²) |
Didirikan | 2000 |
Pihak pengelola | Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan |
Situs web | www |
Di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas ini berdiam Suku Anak Dalam atau Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku ini telah lama mengatur zonasi kawasan jauh sebelum taman nasional ini terbentuk. Suku ini bekerja sama dengan pengelola Taman Nasional Bukit Duabelas dalam melakukan pemetaan taman nasional. Jalur tebing hutan dinamai masyarakat sekitar sebagai Tali Bukit dan dilarang untuk ditebangi pepohonannya. Adapun zona hutan yang mempunyai tanaman buah-buahan, maka ia masuk zona pemanfaatan Taman Nasional Bukit Duabelas. Jumlah Orang Rimba di sini pada tahun 2018 mencapai 2960, naik dari tahun 2013 sebanyak 1775 orang.[3]
Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perwakilan bagi hutan hujan tropis di provinsi Jambi. Bagian utara taman nasional ini terdiri dari hutan primer, sementara sisanya merupakan hutan sekunder, sebagai akibat dari penebangan kayu.[4]