Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Abdullah al-Aftah
putra sulung Ja'far ash-Shadiq (meninggal 766) Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
ʿAbdullāh al-Afṭaḥ bin Jaʿfar aṣ-Ṣādiq (Bahasa Arab: عبدالله الأفطح بن جعفر الصادق, w. 766 M/149 H)[1] adalah putra sulung Ja'far ash-Shadiq (setelah kematian ash-Shadiq) dan saudara kandung Isma'il bin Ja'far.[2] Gelar Abdullah "al-Aftah" berasal dari kata Arab "aftah al-ra's" (berkepala lebar) atau "aftah al-rijlain" (berkaki lebar) yang digunakan untuk menggambarkan penampilannya.[3]
Kehidupan
Ringkasan
Perspektif
Pada masa kehidupan ayahnya, Abdullah al-Aftah pernah mendukung pemberontakan kerabatnya Muhammad an-Nafs az-Zakiya.[4]
Setelah wafatnya Ja'far ash-Shadiq, mayoritas pengikut Ja'far menerima Abdullah al-Aftah sebagai Imam baru mereka. Para pengikut ini dikenal sebagai kaum Aftahiyyah dan, menurut ahli tafsir Mu'tazilah Abul-Qasim al-Balkhi al-Ka'bi (w.319 H / 931 M), mereka adalah bagian terbesar dan terpenting dari para pengikut Ja'far ash-Shadiq.[5] Untuk mendukung klaimnya, Abdullah al-Aftah tampaknya telah mengklaim Nass ke-2 dari ayahnya (setelah wafatnya Ismail) dan para pengikutnya mengutip sebuah hadis yang diduga dari Ja'far ash-Shadiq yang menyatakan bahwa Imamah harus ditransmisikan melalui putra tertua Imam. Namun, ketika Abdullah al-Aftah meninggal tanpa anak[6][7] sekitar 70 hari setelah kematian ayahnya, sebagian besar pendukungnya beralih ke saudaranya Musa al-Kadzim.[8] Aftahiyyah lainnya menganggap Abdullah al-Aftah sebagai Imam ke-7 dan Musa al-Kadzim sebagai Imam ke-8,[7] sementara yang lain percaya Imamah berakhir ketika Abdullah al-Aftah meninggal.[5] Kelompok lain mengarang seorang putra untuk Abdullah al-Aftah, yang disebut Muhammad bin Abdullah al-Aftah, karena mereka tanpa syarat percaya Imamah hanya dapat diwariskan dari ayah ke anak, bukan dari saudara ke saudara. Kelompok ini juga mengklaim bahwa Muhammad bin Abdullah al-Aftah adalah Mahdi yang dijanjikan.
Remove ads
Sebagai "Sāhib al-Haqq"
Dalam surat yang dikirimkan kepada komunitas Ismailiyah di Yaman oleh khalifah Fathimiyah pertama, Abdullah al-Mahdi Billah, yang direproduksi oleh Ja'far bin Mansur al-Yaman, Abdullah al-Aftah disebut sebagai Sāhib al-Haqq atau penerus sah Ja'far ash-Shadiq, dalam upaya menjelaskan silsilah leluhurnya. Alih-alih menelusuri garis keturunannya hingga Isma'il bin Ja'far dan putranya Muhammad bin Isma'il, al-Mahdi Billah menunjuk al-Aftah sebagai leluhurnya. Menurut al-Mahdi Billah, al-Aftah menyebut dirinya "Isma'il bin Ja'far" demi taqiyyah, dan masing-masing penerusnya telah mengambil nama Muhammad. Al-Mahdi Billah menjelaskan silsilah para Khalifah Fathimiyah dan mengklaim dirinya sebagai keturunan Fathimiyah dengan menyatakan dirinya sebagai Ali bin al-Husain bin Ahmad bin Abadullah bin Abdullah bin Jafar ash-Shadiq. Namun, Imamah (doktrin Isma'iliyah) kemudian dirumuskan dengan cara yang berbeda karena penjelasan Abdullah al-Mahdi Billah tentang leluhurnya tidak diterima oleh para penerusnya.[9]
Posisi dalam doktrin Ismailiyah-Imāmah
Remove ads
Referensi
Bibliografi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads