Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Bahasa Bali

bahasa Melayu-Polinesia yang dituturkan di pulau Bali Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Bahasa Bali
Remove ads

Bahasa Bali (Basa Bali, Aksara Bali: ᬩᬲᬩᬮᬶ atau Bhāṣā Bali, ᬪᬵᬱᬵᬩᬮᬶ)[6] merupakan bahasa yang termasuk dalam kelompok Melayu-Polinesia dalam Rumpun bahasa Austronesia yang dituturkan oleh sekitar 3.3 juta jiwa (hingga 2000) yang utamanya terkonsentrasi di pulau Bali dan juga tersebar di Nusa Penida, Lombok bagian barat, dan Jawa bagian timur,[7] hingga Sumatra bagian selatan dan Sulawesi.[8] Kebanyakan penutur bahasa Bali dapat menuturkan bahasa Indonesia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2011, terdapat kurang dari 1 juta orang yang masih menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa utama mereka di Bali.

Fakta Singkat BPS: 0096 0 Basa Baliᬩᬲᬩᬮᬶ, Dituturkan di ...

Bahasa ini digolongkan sebagai bahasa yang "tidak terancam" oleh Glottolog.[9]

Di Lombok, bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, yaitu dialek bahasa Jawa orang Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 3,3 juta jiwa berdasarkan data sensus tahun 2000.

Remove ads

Tingkatan bahasa

Ringkasan
Perspektif

Bahasa Bali seperti halnya Bahasa Jawa dan Bahasa Korea juga memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya, dan Bali Kasar. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa Jawa menyebar ke Bali sejak zaman Majapahit menguasai Bali.

  • Basa Alus. Bahasa Alus atau bahasa singgih merupakan bahasa yang digunakan untuk menghormati atau meninggikan. Bahasa Bali Halus memiliki beberapa jenis sebagai berikut:
    • Basa Bali Alus Singgih (a.si), digunakan ketika berbicara kepada sulinggih (brahman), penguasa dunia, pejabat tinggi, dan orang-orang penting.
    • Basa Bali Alus Madia (a.ma), dipakai ketika berbicara dengan bahasa lembut, tetapi tidak diketahui apakah pembicara harus meninggikan atau merendahkan nada bicaranya.
    • Basa Alus Mider (a. mi), merupakan bahasa halus yang menghiasi penggunaannya ketika berbicara kepada ras atas maupun ras bawah yang seharusnya dihormati.
    • Basa Bali Alus Sor (a. so), dipakai oleh orang pada waktu bercerita atau menyebut dirinya apabila sedang berbicara dengan sanak saudara yang dihormati. Basa alus sor digunakan untuk merendahkan diri ketika berbicara kepada ras yang lebih tinggi atau seseorang yang seharusnya dihormati. Kata-kata yang digunakan untuk berbicara adalah kata-kata yang lembut.
  • Bali Mider / Madia, digunakan saat mengajar di banjar, sekolah, dan tempat lain yang banyak penduduknya. Bahasa ini bukan bahasa yang sombong atau kasar, akan tetapi digunakan untuk menghormati orang-orang yang patut dihormati dan orang-orang yang rendah hati (jaba/kawula) serta orang-orang yang tidak dikenal.
  • Bali Rendah atau Kapara, digunakan saat berbicara dengan teman, saudara, dan orang yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Bahasa Bali Halus memiliki beberapa jenis sebagai berikut:
  • Basa Bali Sor, adalah bagian dari bahasa Bali rendah yang digunakan untuk berbicara kepada orang yang dipanggil; kelas bawah, sesama orang asing, atau persahabatan dekat atau saat sedang berkelahi/adu mulut dengan lawan bicara.
    • Basa kasamén/kapara (b.s), kata lingganipun dari sami, mendapat awalan ka- diikuti akhiran -an menjadi kasamian, berpasangan dengan kasamén. Menjadi bahasa kasamén yang berarti bahasa rendah yang dapat digunakan oleh semua orang dan tidak bermaksud meninggikan atau merendahkan.
    • Basa Bali Kasar (b.k), Bahasa kasar ini juga merupakan bentuk bahasa rendah, yang digunakan terhadap teman dekat yang sudah akrab, tingkatan bahasa ini sering digunakan ketika sedang berkelahi/adu mulut, tingkatkan ini tidak dianjurkan digunakan untuk orang yang belum/baru dikenal, tingkatkan ini sebisa mungkin dihindari penggunanya tapi masih banyak yang memakainya terutama oleh kalangan anak-anak muda, berbeda dengan bahasa Bali halus yang kosakatanya sama di setiap wilayah, pemakaian kosakata dalam bahasa kasar dapat berbeda-beda tergenang dialek di masing-masing daerah atau kabupaten/kota di Bali.[10]
Remove ads

Klasifikasi

Bahasa Bali termasuk dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam rumpun Melayu-Polinesia, bahasa Bali berada di subcabang Bali-Sasak-Sumbawa.[11] Terdapat tiga dialek utama dari bahasa Bali, yakni bahasa Bali yang dituturkan di pegunungan dan dataran tinggi, bahasa Bali dataran rendah, dan penuturan di Nusa Penida.[9]

Demografi

Menurut sensus tahun 2000, bahasa Bali dituturkan oleh sekitar 3,3 juta orang di Indonesia yang utamanya terkonsentrasi di pulau Bali dan area sekitarnya.

Pada 2011, diperkirakan hanya terdapat tidak lebih dari 1  juta orang yang menuturkan bahasa Bali. Hal ini dikarenakan masyarakat pada wilayah perkotaan hanya mengajarkan bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa Inggris pada anak-anak mereka, serta penggunaan bahasa Bali dalam media massal terlah menghilang. Bentuk tertulis daribahasa Bali semakin asing bagi penutur bahasa itu sendiri dan sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali hanya sebagai alat komunikasi lisan, sering kali mencampurkannya dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Namun di daerah transmigrasi di luar Pulau Bali, bahasa Bali banyak digunakan dan diyakini berperan penting dalam kelangsungan bahasa tersebut.[12]

Fonologi

Ringkasan
Perspektif

Vokal

Terdapat 6 vokal di dalam kotak fonem bahasa Bali

Informasi lebih lanjut Depan, Madya ...

Ejaan formal dari bahasa Bali membuat fonem /a/ dan /ə/ ditulis sebagai a. Walaupun demikian, a sering kali dilafalkan sebagai [ə] hanya saat terletak pada akhir kata, serta pada awalan ma-, pa-, dan da-.[13]

Konsonan

Ada 18 konsonan di dalam kotak fonem Bahasa Bali:

Informasi lebih lanjut Dwibibir, Ronggagigi ...

Tergantung dialeknya, fonem /t/ dapat dilepaskan sebagai konsonan hentian rongga-gigi maupun tarik-belakang. Hal ini sangat berbeda ketimbang banyak bahasa di Indonesia, termasuk bahasa Indonesia, yang mempunyai konsonan dentalik /t/ dengan alofoni rongga-gigi.[8]

Alofon

Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafalkan sebagai [t] pada posisi akhir, tetapi pada posisi awal dan tengah dilafalkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).

Vokal /a/ pada posisi akhir terbuka dilafalkan sebagai [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafalkan sebagai [k'uʈĕ].

Sukukata

Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berbentuk KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berbentuk KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berbeda dengan bahasa Melayu dan Jawa:

Informasi lebih lanjut Melayu, Bali ...
Remove ads

Kekerabatan

Ringkasan
Perspektif

Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa bagian barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena aktivitas penaklukan Jawa pada masa lampau, terutama pada abad ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi akhir dalam bahasa Melayu, sering kali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuno dan Jawa Baru:

Informasi lebih lanjut Melayu, Bali ...
Informasi lebih lanjut Melayu, Bali ...

Pengaruh bahasa Jawa

Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:

Informasi lebih lanjut Melayu, Bali ...

Kosakata khas Bali

Di atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:

Informasi lebih lanjut Melayu, Bali ...

Konsep geografis

Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, tetapi masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berorientasi bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh karena itu arah mata angin bisa berubah-ubah sesuai tempatnya.

Kaja berarti arah menuju gunung. Oleh karena itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu adalah 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Selatan'. Kelod berarti arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' di atas, jadi stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu adalah 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Utara'. Kauh berarti Barat, dan kangin berarti Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan bertanya dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, karena perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai adalah titik pusat pulau Bali yaitu bagian pegunungan Batur dan Gunung Agung.

Remove ads

Tata bahasa

Susunan kalimat dalam bahasa Bali mirip dengan yang ada dalam bahasa Indonesia, serta infleksi morfologi yang terjadi pada verba dan nominanya sangat sedikit dan serupa. Meskipun demikian, morfologi derivasinya cukup luas dan imbuhan dapat ditambahkan untuk menunjukan artikel terhingga maupun tak terhingga, serta menunjukkan kasus posesiva.[13]

Thumb
Tingkat-tingkatan bahasa Bali

Variasi/dialek

Bahasa Bali memiliki variasi sejarah (waktu) dan variasi geografis (ruang). Dari berbagai prasasti yang dikeluarkan pada masa sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu (abad ke-10) diketahui ada varian bahasa Bali yang biasa disebut sebagai bahasa Bali Kuno. Kajian mengenai bahasa Bali Kuno pertama kali dilakukan oleh Roelof Goris pada tahun 1950-an dan kemudian dilanjutkan pada tahun 1970-an. Kamus Bahasa Bali Kuno - bahasa Indonesia telah dirilis oleh Kemendikbud pada tahun 1975.[14]

Suatu dialek yang masih digunakan saat ini adalah bahasa suku Bali Aga, dituturkan di beberapa desa di sekitar Danau Batur dan di wilayah lainnya.

Selain itu, bahasa masyarakat Bali umum (nonvariasi) adalah "bahasa Bali Kapara" atau Bali Lumbrah yang dipakai oleh mayoritas orang Bali sekarang.

Remove ads

Sistem penulisan

Bahasa Bali memiliki dua sistem penulisan, yakni aksara Bali dan alfabet Latin.

Aksara Bali

Thumb
Huruf-huruf dalam sistem penulisan aksara Bali
Catatan: huruf-huruf disini disusun sesuai dengan urutan Hanacaraka.

Aksara Bali (Aksara Bali, ᬅᬓ᭄ᬱᬭᬩᬮᬶ), yang juga disusun sesuai dengan Hanacaraka (ᬳᬦᬘᬭᬓ), merupakan sistem penulisan sejenis abugida yang berasal dari aksara Brahmi di India. Bukti paling awal dari aksara ini berasal dari abad ke-9 Masehi.[15] Pada masa sekarang, aksara Bali tidak digunakan secara massal dan hanya sedikit penutur bahasa Bali yang benar-benar paham cara menggunakannya.[16]

Alfabet bahasa Bali

Sekolah-sekolah serta media komunikasi tertulis yang menggunakan bahasa Bali pada masa kini sering kali menggunakan sistem penulisan berbasis alfabet Latin yang disebut sebagai Tulisan Bali.[17]

Remove ads

Galeri

Rujukan

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads