Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Hans Kohn

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Remove ads

Hans Kohn (15 September 1891 – 16 Maret 1971) adalah seorang filsuf dan sejarawan Amerika. Ia mempelopori studi akademis tentang nasionalisme, dan dianggap sebagai pakar dalam bidang tersebut.[1]

Hans lahir dari keluarga Yahudi berbahasa Jerman di Praha, Bohemia, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Austria-Hongaria. Setelah lulus dari Gimnasium Jerman (sekolah menengah atas) setempat pada tahun 1909, ia belajar filsafat, ilmu politik, dan hukum di Universitas Charles-Ferdinand bagian Jerman di Praha.

Tak lama setelah lulus, pada akhir tahun 1914, Hans dipanggil ke Angkatan Darat Austria-Hongaria. Setelah pelatihan, ia dikirim ke Front Timur di Pegunungan Carpathia, menghadapi Angkatan Darat Kekaisaran Rusia. Ia ditangkap pada tahun 1915 dan dibawa oleh Rusia ke kamp penjara di Asia Tengah (sekarang Turkmenistan). Selama perang saudara setelah revolusi Bolshevik, Legiun Cekoslowakia yang pro-Barat datang ke Asia Tengah dan ia dibebaskan. Ia melakukan perjalanan lebih jauh ke timur (disebut oleh orang Ceko sebagai "Anabasis Siberia"), hingga singgah di Irkutsk. Situasi politik kemudian memungkinkannya untuk kembali ke Eropa, tiba pada tahun 1920. Hans kemudian tinggal di Paris, di mana ia menikahi Jetty Wahl pada tahun 1921.

Pasangan itu pindah ke London, tempat Kohn bekerja untuk organisasi-organisasi Zionis dan menulis artikel untuk surat kabar. Ia pindah ke Palestina pada tahun 1925. Dari sana, ia sering mengunjungi Amerika Serikat. Ia mulai menulis buku-buku yang membahas geopolitik dan nasionalisme pada masa itu. Pada tahun 1929, ia menulis surat pengunduran diri dari Keren HaYesod berjudul "Yudaisme Bukan Zionisme".[2][3] Setelah pembantaian Hebron tiga bulan sebelumnya, ia menulis surat berikut:[4]

"Saya merasa tidak bisa lagi menjadi pejabat tinggi di Organisasi Zionis… Kita berpura-pura menjadi korban yang tidak bersalah. Tentu saja, orang-orang Arab menyerang kita pada bulan Agustus [1929]. Karena mereka tidak memiliki tentara, mereka tidak dapat mematuhi aturan perang. Mereka melakukan semua tindakan biadab yang menjadi ciri khas pemberontakan kolonial. Namun, kita wajib menyelidiki akar penyebab pemberontakan ini. Kita telah berada di Palestina selama dua belas tahun [sejak dimulainya pendudukan Inggris] tanpa sekali pun berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan persetujuan penduduk asli melalui negosiasi. Kita hanya mengandalkan kekuatan militer Inggris Raya. Kita telah menetapkan tujuan-tujuan yang pada hakikatnya pasti akan berujung pada konflik dengan orang-orang Arab… selama dua belas tahun kita berpura-pura bahwa orang-orang Arab tidak ada dan merasa senang ketika kita tidak diingatkan akan keberadaan mereka."[5]

Remove ads

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads