Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Harun ar-Rasyid
Khalifah ke-5 dinasti Abbasiyah Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Abū Jaʿfar Hārūn bin Muḥammad ar-Rāsyīd, (bahasa Arab: أَبُو جَعْفَر هَارُون ٱبْنِ مُحَمَّد ٱلْمَهْدِيّ, translit. Abū Ja'far Hārūn ibn Muḥammad al-Mahdī) secara populer dikenal sebagai Hārūn ar-Rāsyīd (bahasa Arab: هَارُون ٱلرَّشِيد, translit. Hārūn ar-Rasyīd), adalah khalifah kelima dari Kekhalifahan Abbasiyah, memerintah dari September 786 hingga kematiannya pada Maret 809. Pemerintahannya secara tradisional dianggap sebagai awal dari Zaman Kejayaan Islam. Julukannya, ar-Rasyid diterjemahkan menjadi "Yang Adil", "Yang Jujur", atau "Yang Dibimbing dengan Benar".
Harun mendirikan perpustakaan legendaris Baitul Hikmah ("Rumah Kebijaksanaan") di Bagdad di Irak saat ini, dan selama pemerintahannya Bagdad mulai berkembang sebagai pusat pengetahuan, budaya, dan perdagangan dunia.[1] Selama masa pemerintahannya, keluarga Barmak, yang memainkan peran penting dalam pembentukan Kekhalifahan Abbasiyah, mengalami kemunduran secara bertahap. Pada tahun 796, ia memindahkan istana dan pemerintahannya ke Raqqa di Suriah saat ini. Di dalam negeri, Harun menjalankan kebijakan yang mirip dengan kebijakan ayahnya, Al-Mahdi. Ia membebaskan banyak anggota Dinasti Umayyah dan Banu Ali yang dipenjarakan oleh saudaranya, Al-Hadi dan menyatakan amnesti bagi semua kelompok politik Quraisy.[2] Permusuhan skala besar terjadi dengan Bizantium, dan di bawah kekuasaannya, Kekaisaran Abbasiyah mencapai puncaknya.[3]
Sebuah misi dari orang-orang Franka datang untuk menawarkan persahabatan kepada Harun pada tahun 799. Harun mengirimkan berbagai hadiah bersama para utusan tersebut sekembalinya mereka ke istana Karolus Agung, termasuk sebuah jam yang dianggap oleh Karolus Agung dan pengiringnya sebagai sebuah sihir karena suara yang dipancarkannya dan tipu daya yang ditampilkannya setiap kali jam berdetik.[4][5][6] Beberapa bagian dari dongeng Arab Seribu Satu Malam berlatar di istana Harun dan beberapa ceritanya melibatkan Harun sendiri.[7] Kehidupan dan istana Harun telah menjadi subyek banyak kisah lain, baik fakta maupun fiktif.
Remove ads
Wafat
Ringkasan
Perspektif
Setelah al Hadi meninggal pada tahun 786, naiklah saudaranya, Harun Al Rasyid. Pada zaman khalifah Harun Al Rasyid inilah, Kekhalifahan Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya, baik kekayaan negeri, wilayah administratif pemerintahan, hingga perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan hidup makmur karena mereka mendapat pendanaan dari khalifah. Penduduk kota Baghdad menjadi ramai, karena perdagangan yang makmur.
Beliau tidak memerangi keturunan Ali bin Abi Thalib sebagaimana yang dilakukan para pendahulunya. Keturunan Ali yang hidup di Baghdad tidak lagi diintip dan dicurigai. Hanya seorang saja yang diperangi oleh beliau, yaitu Yahya ibnu Abdullah yang melarikan diri pada zaman al-Hadi dan mendirikan kekuasaan di negeri Dailam. Setelah jelas bahwa pasukan Yahya akan menjadi besar, beliau mengirimkan tentara di bawah panglima Fadhal ibnu Yahya ibnu Khalid al-Barmaky untuk berangkat ke sana. Karena Yahya merasa dirinya akan terdesak, dia memohon perdamaian. Permohonan itu dikabulkan. Dailam akhirnya bergabung dalam kekuasaan Baghdad. Sementara itu, saudara Yahya yang bernama Idris terus melanjutkan pelarian ke Mesir. Dari Mesir, diteruskannya perjalanan ke Magrib (Afrika Utara). Di sana, dia mendirikan Daulah Alawiyin (Adarisah).
Harun al-Rasyid berulang kali mengerahkan pasukannya menyerang negeri Romawi. Mereka banyak mendapat kemenangan. Banyak negeri Romawi yang membayar jizyah dan mengakui kekuasaan Abbasiyah. Karel Agung pun mengirimkan utusannya ke Baghdad untuk mendekati Harun al-Rasyid. Karel Agung mengetahui bahwa Harun Al Rasyid memiliki musuh besar, yaitu Raja Kordova, Bani Umayah di Andalusia. Karel hendak membangga diri di hadapan musuhnya, yakni Raja Naqfur (Raja Konstantinopel, Roma Timur), bahwa ia telah sanggup menarik hati Raja Baghdad.
Harun al-Rasyid meninggal dalam perjalanan memimpin angkatan di negeri Thus, pada tahun 809.[8] Harun al-Rasyid memiliki dua orang putra, yaitu Al Amin dan Al Ma'mun. Selain itu, istri beliau Zubaidah adalah satu-satunya selir sah dari harem ( tidak ada lagi yang diketahui tentang Azizah) selama empat belas tahun.[9] Kekuasaan Abbasiyah diberikan kepada dua orang itu secara berganti-gantian. Hingga akhirnya, Al Amin tidak mau memberikan giliran memerintah kepada Al Ma'mun. Ia hanya mau memberikan giliran memerintah ke anaknya sendiri. Oleh sebab itu, Al Ma'mun menyatakan perang terhadap Al Amin. Al Amin kalah dalam peperangan dan dibunuh tentara Al Ma'mun yang datang menyerang Kota Baghdad di bawah pimpinan Panglima Thaher ibnu Husin pada tahun 813. Al Amin hanya memerintah selama 4 tahun.
Remove ads
Silsilah
Catatan:[10]
- k. merupakan tahun kekuasaan
- Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
- Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.
Remove ads
Catatan
- ahli waris pertama
- ahli waris kedua
- Al-Qasim adalah ahli waris ketiga, namun, ia disingkirkan oleh saudara-saudaranya yang lebih tua
- Al-Ma'mun tidak membuat ketentuan resmi apa pun untuk suksesinya selama masa pemerintahannya. Menurut catatan al-Tabari, di ranjang kematiannya al-Ma'mun mendiktekan sebuah surat yang mencalonkan saudaranya Abu Ishaq Muhammad sebagai penggantinya. Ia dinyatakan sebagai khalifah pada tanggal 9 Agustus, dengan gelar kerajaan al-Mu'tasihm bi'llah.
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads
