Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Ibnu Juraij

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Ibnu Juraij
Remove ads

Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij (80 H/699 M - 150 H/767 M) adalah seorang fakih, penafsir dan perawi hadis abad kedelapan serta termasuk kaum Tabi'ut tabi'in.

Fakta Singkat Informasi pribadi, Lahir ...
Remove ads

Biografi

Ringkasan
Perspektif

Ibnu Juraij lahir di Makkah tahun 80 H/699 M.[1] Ayahnya, Abdul Aziz dikenal sebagai seorang fakih dan kakeknya Juraij berasal dari Bizantium. Juraij adalah bentuk Arab dari nama Yunani, Grēgórios.[2][3] Ia dibesarkan sebagai seorang mawla pada keluarga Al-Khalid bin Asid dari klan Ban Umayyah, yang memiliki kakeknya sebagai budak.[1]

Pada usia 15 tahun, Ibnu Juraij diterima dalam majelis ilmu ahli fikih Makkah Ata bin Abi Rabah setelah sebelumnya ia sempat ditolak karena tidak memiliki pengetahuan membaca Al-Qur'an dan ilmu faraid. Ibnu Juraij belajar dari Ata selama sekitar delapan belas tahun sebelum berguru pada Amru bin Dinar hingga tahun 120 H/738 M. Di masa itu, ia juga mengikuti kajian dari ulama terkenal, seperti Mujahid bin Jabr, Ibnu Abi Mulaikah, dan Nafi Mawla Ibnu Umar. Belakangan ia memiliki murid-murid sendiri, antara lain sejarawan Al-Waqidi dan ahli fikih Sufyan bin Uyainah. Ia menikah dengan seorang perempuan salihah dan dari pernikahan itu, Ibnu Juraij memiliki seorang putra, Abdul Aziz, dan seorang cucu, al-Walid, sehingga ia memperoleh kunya Abu al-Walid.[3][4]

Meskipun Ibnu Juraij jarang bepergian ke luar Hijaz, menjelang akhir hayatnya ia sempat mengunjungi Irak dan Yaman dengan tinggal di Bagdad dan Sana'a. Ia wafat pada 11 Zulhijah 150 H/768 M.[3]

Remove ads

Peninggalan

Ringkasan
Perspektif

Karya

Kumpulan tradisi yang dihimpun oleh Ibnu Juraij, yang kabarnya berjudul Kitab Sunan, dianggap sebagai pelopor standar susunan tulisan-tulisan fikih dan menjadi awal metode mushannaf. Salah seorang muridnya, Abdurrazzaq bin Hammam mengklaim bahwa Ibnu Juraij adalah orang pertama yang menata tradisi berdasarkan topik/subjek tertentu, membagi topik-topik tersebut dalam bab-bab yang diberi nama 'kitab'. Ibnu an-Nadim, yang mengenal karya-karya Ibnu Juraij, menyatakan bahwa hal itu sama dengan Kitab Sunan, misalnya dengan adanya bab (kitab) tentang salat yang diikuti dengan bab tentang zakat.[3][5]

Ibnu Juraij juga dikabarkan menulis buku-buku tentang tafsir dan manasik, yang dalam sumber-sumber berikutnya dirujuk sebagai Kitab Tafsir dan Kitab Manasik.[6] Tetapi, menurut Ahmad bin Hanbal, karya tafsir itu sebenarnya kumpulan catatan murid-muridnya mengenai ceramah yang ia sampaikan.[3] Pada tahun 2020, tafsirnya dipublikasikan pertama kali setelah manuskrip karyanya ditemukan. Manuskrip tersebut berisi pendapat tentang surah An-Nisa' hingga Al-Waqi'ah.[7]

Hadis

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dapat ditemukan dalam semua enam kumpulan hadis Sunni yang menjadi rujukan.[8] Selama tinggal di Yaman, kajian-kajian Ibnu Juraij disertai oleh ʽAbdurrazzaq ash-Shanʽani, yang memasukkan sekitar 5.000 tradisi ajaran Juraij dalam mushannaf ash-Shan'ani.[9]

Status Ibnu Juraij sebagai perawi hadis dipandang positif oleh muridnya, Yahya bin Sa'id al-Qattani, meskipun ia meragukan hadis-hadis yang diriwayatkan berdasarkan ingatan dan tanpa rantai perawi yang jelas (tadlis). Penilaian bahwa Ibnu Juraij adalah perawi yang terpercaya juga berasal dari kritikus hadis generasi berikutnya, seperti Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Maʻin, dan Ali bin al-Madini.[3] Baru-baru ini, Harald Motzki menilai materi Ibnu Juraij dalam mushannaf Abdurrazzaq ash-Shanʽani dan menyimpulkan bahwa Ibnu Juraij tidak memalsukan hadis yang ia riwayatkan.[9] Tetapi, karena kecenderungannya menyembunyikan rantai perawi hadis, ahli hadis abad pertengahan Muhammad al-Bukhari berpendapat bahwa Ibnu Juraij tidak cukup dipercaya sebagai perawi.[10]

Remove ads

Lihat pula

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads