Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Jalur kereta api Yogyakarta–Palbapang–Sewugalur
jalur kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Jalur kereta api Yogyakarta–Palbapang-Sewugalur adalah jalur kereta api yang pernah dioperasikan oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) Inspeksi VI Yogyakarta yang menghubungkan Stasiun Yogyakarta dengan Stasiun Palbapang. Jalur ini dahulu dilintasi oleh kereta api pengumpan, karena menghubungkan Stasiun Palbapang dengan Stasiun Yogyakarta.
Untuk kelanjutannya, segmen Palbapang–Sewugalur, tidak dilayani kereta api sejak dibongkar oleh pekerja romusa Jepang. Aset tanah dan bangunan di jalur Yogyakarta–Palbapang tidak dikuasai oleh PT KAI, tetapi milik Pemerintah Kota Yogyakarta (untuk emplasemen Stasiun Ngabean dan Stasiun Dongkelan), PT Madu Baru (untuk Stasiun Winongo), dan Pemerintah Kabupaten Bantul (untuk Stasiun Palbapang).
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif

(Kredit: Kassian Cephas)
Jalur ini adalah bagian dari segmen jalur kereta api Yogyakarta–Sewugalur. Jalur ini pertama kali mulai dioperasikan pada tahun 1895 dan untuk lintas Srandakan–Stasiun Sewugalur dioperasikan pada tahun 1915, berdasarkan pengajuan konsesi perusahaan swasta pengelola pabrik gula di Kabupaten Bantul sebagaimana disebut dalam Gouvernement Besluit No. 9 Tahun 1893.[1] Secara rinci jalur kereta api ini diresmikan pada tanggal 21 Mei 1895 untuk segmen Yogyakarta–Srandakan, dan dilanjut menuju Brosot pada tanggal 1 April 1915 dan berakhir di Sewugalur pada tanggal 1 April 1916.[2]
Jalur kereta api ini aslinya menggunakan lebar sepur 1.435 mm, seperti jalur Samarang–Vorstenlanden.[3]
Penutupan
Pada tahun 1943, pekerja romusa Jepang membongkar jalur kereta api untuk segmen Palbapang–Sewugalur untuk keperluan membangun jalur kereta api romusha dan mengubah jalur segmen Yogyakarta–Palbapang dari semula 1.435 mm menjadi 1.067 mm.[4][5]
Memasuki dekade 1970-an, muncul persoalan mengenai lintas cabang. Pertama, jalur ini dikenal memiliki banyak penumpang gelap, yang menyebabkan kebocoran pendapatan PJKA. Karena tak kunjung mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan perbaikan sarana-prasarana, PJKA menganggap bahwa jalur ini secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi. Narasumber yang memiliki kesaksian jalur kereta api ini menyatakan bahwa jalur ini mulai tidak beroperasi sekitar tahun 1977, sementara dokumen Lintas Cabang yang Masih Aktif dan Tidak Aktif PT KAI menyebutkan bahwa jalur ini berstatus "sementara ditutup" atau "semiaktif" mulai 1 April 1973.[6][1][7]
Pada akhir tahun 1978, dilaporkan bahwa Stasiun Palbapang sudah setahun tidak melayani keberangkatan kereta api penumpang, tetapi masih menjual tiket untuk kereta api antarkota.[8] Sementara itu pada tahun 1981, Tempo melaporkan bahwa Stasiun Pasar Bantul telah beralih fungsi menjadi warung makan.[9][10]
Tidak ada reaktivasi untuk jalur ini.
Remove ads
Jalur terhubung
Lintas aktif
Lintas nonaktif
- Secang–Yogyakarta
- Ngabean–Pundong
- Percabangan menuju PG Bantul
Daftar stasiun
Ringkasan
Perspektif
Galeri
- Jalur rel Yogya-Palbapang yang berubah menjadi gang kampung.
- Jalur rel sebagaimana disebut pada gambar di sebelah kiri berujung pada pagar pembatas kantor Camat Ngampilan karena sudah terpendam.
- Taman kota di Kampung Jlagran dulunya berupa jalur rel.
- Jalan kampung di dekat kampung nDaengan, dulunya bekas rel. Tampak patung Prajurit Dhaeng dalam sikap baris siap berdiri di pinggir jalan.
- Bekas jalur rel terletak persis di pinggir Jalan Bantul.
- Bekas jalur rel berbelok menuju Jembatan Winongo.
- Bekas jalur rel membelok ke kanan menuju Stasiun Palbapang.
- Tampak ramai perayaan "Grebeg" yang dimeriahkan dengan lokomotif NIS 157.
- Fasad Stasiun Yogyakarta sebelum direnovasi. Foto diambil pada tahun 1890.
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads