Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355)
kapal milik Angkatan Laut Republik Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355) merupakan kapal kelima dari Fregat kelas Ahmad Yani milik TNI Angkatan Laut. Dinamai menurut Abdul Halim Perdanakusuma, salah seorang pahlawan nasional yang namanya juga merupakan nama bandara dan Pangkalan Udara di Jakarta.
KRI Abdul Halim Perdanakusuma merupakan kapal fregat eks-Angkatan Laut Belanda bernama HNLMS Evertsen (F815) yang kemudian dibeli oleh Indonesia. Kapal ini bersaudara dekat dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli.[1] Dibangun tahun 1967 oleh Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1977-1980. Termasuk diantaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) ) Mistral menggantikan Seacat.
Bertugas sebagai armada patroli dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.
Pada tahun 2007, bersama dengan KRI Ahmad Yani (351), selesai menjalani pergantian mesin yang dijalaninya selama 2 tahun. Saat ini KRI Abdul Halim Perdanakusuma kembali memperkuat Komando Armada RI Kawasan Timur.[2][3]
Remove ads
Data Teknis
KRI Abdul Halim Perdanakusuma memiliki berat 2,945.6 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh mesin diesel, 2 x Caterpillar CAT DITA 3616, Reintjes WAV 1000 P gearboxes 16000 hp. Diawaki oleh maksimal 180 pelaut.[butuh rujukan]
Persenjataan
KRI Abdul Halim Perdanakusuma dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah:[butuh rujukan]
- Empat Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC) C-802 dengan jangkauan maksimum 120 Km, berkecepatan jelajah 0,8-0,9 mach, berpemandu inertial/GPS dan terminal active radar dengan hulu ledak seberat 150 Kg.
- Empat Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg. Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal.
- Satu Meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km untuk target udara.
- Dua Senapan mesin 12.7mm
- Dua Belas Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
Remove ads
Sensor dan elektronis
KRI Abdul Halim Perdanakusuma diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar CWE-610 dan PDE-700 (VDS). Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL.[4]
Penerbangan
Memiliki dek untuk 1 helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS 1 (kini pensiun) dengan fungsi sebagai heli anti kapal selam. Mungkin kini diganti dengan NBO-105 atau NAS 332L Super Puma.
Komandan
- Kolonel Laut (P) Sumarji Bimoaji (-2020)
- Letkol Laut (P) Maman Surachman (2020-)
- Kolonel Laut (P) Ludfy (-2022)
- Kolonel Laut (P) Ferry H. Hutagaol, M.Tr.Hanla., M.M. (2022-2023)
- Letkol Laut (P) Norman Faizal, M.Tr.Hanla. (2023-Sekarang)
Referensi
Lihat pula
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads