Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Karlina Supelli
filsuf dan astronomer asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Karlina Leksono Supelli atau lebih dikenal Karlina Supelli (lahir: 15 Mei 1958) adalah seorang filsuf dan astronom perempuan pertama dari Indonesia.[1][2] Sejak kecil Karlina memiliki minat di bidang fisika, matematika, dan metafisika. Selain itu, ia juga seorang aktivis hak asasi manusia yang membela hak-hak korban kerusuhan Mei 1998 dan aktif dalam gerakan sosial Suara Ibu Peduli.[3][4][5]
Remove ads
Kehidupan awal
Ringkasan
Perspektif
Karlina lahir di Jakarta namun dibesarkan oleh keluarganya di Sukabumi. Ia adalah putri dari pasangan Supelli dan Margaretha yang berkebangsaan Belanda. Ia pernah menikah dengan Ninok Leksono Demawan. Ketertarikannya pada bidang astronomi muncul ketika ia mengamati bintang di langit dan sering bertanya mengenai pembentukan bintang dan memulai membaca bacaan terkait.[6]
Pendidikan
Setelah lulus SMA, Karlina melanjutkan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (MIPA), Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan program studi Astronomi.[7] Ia tertarik dengan fisika, matematika, dan metafisika, meski ia pada akhirnya memilih untuk mendalami filsafat. Ia meraih gelar doktor astronomi (M.Sc.) di bidang Ilmu Ruang Angkasa dari Universitas Kolese London, Inggris.[8] Ia juga meraih gelar doktor filsafat di Universitas Indonesia pada 1997 dengan disertasi berjudul Wajah-Wajah Alam Semesta, Suatu Kosmologi Empiris Konstruktif yang dipromosikan oleh B. J. Habibie dan Toeti Heraty.[9] Karier akademik selanjutnya dicurahkan untuk ilmu filsafat. Saat ini, ia merupakan salah satu dosen tetap pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara.[4] Selain mengajar di kampus tersebut, Ia juga memberikan kuliah umum di beberapa kampus lain.[10][11]
Aktivitas
Selain fokus sebagai akademisi, Karlina juga terlibat dalam aktivisme. Ia memulai kegiatan ini dengan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Astronomi di ITB. Kepeduliannya pada isu kemanusiaan dan kesetaraan gender mendorongnya untuk turut terlibat dalam gerakan Suara Ibu Peduli (1998). Pada 19 Februari 1998, ia turut berdemonstrasi bersama aktivis Suara Ibu Peduli menuntut turunnya harga susu dan menjadi sorotan media ketika ia bersama kedua rekannya, Gadis Arivia dan Wilarsih. Akibat dari keterlibatannya tersebut, Karlina didakwa dengan tuduhan melanggar Pasal 510 KUHP.[2] Pada 2011, ia menerbitkan sebuah buku berjudul Dari Kosmologi Ke Dialog: Mengenal Batas Pengetahuan Menentang Fanatisme.[12]
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads