Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Layar tanja

Layar segi empat miring dari Nusantara Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Layar tanja
Remove ads

Layar tanja adalah jenis layar yang biasa digunakan oleh suku bangsa Austronesia lainnya, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Ia disebut sebagai tilted square sail, canted rectangular sail, rectangular balance lug, atau balance lug sail dalam bahasa Inggris.[1][2][3]:102-103[4]:608 Pada sumber-sumber sejarah, kadang-kadang layar tanja salah disebut dengan nama layar lateen atau layar persegi.[5]

Thumb
Sebuah lanong orang Lanun dengan layar tanja.
Remove ads

Etimologi

Thumb
Samudra Raksa dengan konfigurasi layar "terkembang seperti sayap angsa" (berlayar sebelum angin, menerima angin dari belakang).

Juga disebut layar tanjaq, tanjak, tanja', tanjung atau tanjong. Orang Mandar menyebutnya sombal tanjaq. Disebut demikian karena ketika angin bertiup bagian bawah layar (peloang) akan "mattanjaq" (harfiah: "menendang").[1][6] Pada catatan kolonial Inggris, ia kadang-kadang ditulis sebagai "lyre tanjong", sebuah kesalahan penyebutan layar tanjong.[7][1]

Remove ads

Sejarah

Ada beberapa teori berbeda mengenai asal-usul layar tanja.

Layarnya mungkin merupakan turunan dari layar cakar kepiting berbentuk segitiga yang digunakan bangsa Austronesia yang lebih tua. Ini dikembangkan dari versi tiang tetap layar cakar kepiting dan secara fungsional identik, dengan satu-satunya perbedaan adalah bahwa tiang atas dan bawah layar tanja tidak menyatu menjadi satu titik di tepi depan.[8][9]

Menurut H. Warington Smyth, layar tanja Melayu merupakan adaptasi dan pengembangan layar persegi primitif, dengan bom (galah) di bagian kepala (atas) dan kaki (bawah). Orang Melayu memiringkan layar itu ke depan, untuk membawa tack-nya tepat ke dek, mengubah layar itu menjadi yang paling kuat dari layar pengangkat pada angin.[10]

Remove ads

Karakteristik

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Kora-kora dari Halmahera, kepulauan Maluku, 1920

Layar tanja dapat dikenali dengan desainnya yang miring. Muka layar tidak simetris dan sebagian besar daerahnya memanjang ke samping, bukan ke atas seperti layar lug.

Buku abad ke-3 berjudul "Hal-Hal Aneh dari Selatan" (南州異物志) yang ditulis oleh Wan Chen (萬震) menjelaskan kapal-kapal besar milik orang K'un-lun.[catatan 1] Kapal-kapal itu disebut K'un-lun po (atau K'un-lun bo, 崑崙舶, artinya "kapal orang Kunlun [yang berkulit gelap]"). Ia menjelaskan desain layarnya sebagai berikut:

Keempat layar itu tidak menghadap ke depan secara langsung, tetapi diatur secara miring, dan diatur sedemikian rupa sehingga semuanya dapat diperbaiki ke arah yang sama, untuk menerima angin dan menumpahkannya. Layar-layar yang berada di belakang layar yang menghadap arah angin menerima tekanan angin, melemparkannya dari satu ke yang lain, sehingga mereka semua mendapat keuntungan dari kekuatannya. Jika sedang badai, (para pelaut) mengurangi atau memperbesar permukaan layar sesuai dengan kondisi. Sistem layar miring ini, yang memungkinkan layar untuk menerima angin dari satu dan lainnya, menghindarkan kecemasan yang terjadi ketika memiliki tiang tinggi. Dengan demikian kapal-kapal ini berlayar tanpa menghindari angin kencang dan ombak besar, dengan itu mereka dapat mencapai kecepatan tinggi.
— Wan Chen, Nánzhōu Yìwùzhì (Hal-Hal Aneh dari Selatan)[11]:207[12]:262

Thumb
Ukiran Kapal Borobudur, kapal orang Jawa dari abad ke-8 dan 9.

Gambaran dari layar tanja dapat dilihat pada beberapa ukiran dari abad ke-9 di candi Borobudur. Bangsa Cina, Arab dan Eropa semasa pelayaran awal berbicara tentang layar tanja sebagai layar khas dari "Pulau-Pulau di Bawah Angin".

Penciptaan layar jenis ini membuat berlayar di sekitar pantai Barat Afrika menjadi memungkinkan, karena ia memiliki kemampuan berlayar melawan angin.[13]:191-192

Kegunaan

Ringkasan
Perspektif

Selama dekade terakhir beberapa ekspedisi dengan kapal berlayar tanja telah membuktikan kemampuan mereka — misalnya perjalanan dari replika kapal Borobudur sepanjang sejarah rute perdagangan Samudra Hindia dari Indonesia ke Madagaskar, Ghana, dan mungkin mencapai sejauh Brasil.[14] Jenis kapal yang paling terkenal dengan layar tanja adalah perahu padewakang dari Sulawesi Selatan. Antara akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-20 mereka secara rutin berlayar ke pantai utara Australia untuk mencari teripang. Dalam publikasi Belanda abad lalu ada gambar padewakang dengan layar penuh yang berjudul "Sebuah kapal bajak laut Sulawesi di Teluk Persia". Saat ini, layar ini hanya digunakan pada kapal nelayan kecil.[15]

Thumb
Padua (padewakang) Bugis, gambaran Inggris, 1792

Kebanyakan kapal dari Asia Tenggara dan Austronesia menggunakan layar tanja. Layar jenis ini mungkin telah membawa pelaut Nusantara sampai sejauh Afrika Barat pada suatu waktu di milenium pertama masehi,[16]:41 dengan kelayakannya dibuktikan dengan ekspedisi yang dilakukan oleh kapal replika yang menggunakan layar tersebut pada tahun 2003,[16]:31-32 dan ada kemungkinan mereka sampai ke dunia baru sekitar tahun 1420 M.[17][14] Kapal-kapal yang menggunakan layar tanja adalah:

Remove ads

Catatan

  1. Pengertian K'un-lun berbeda sesuai konteks dan tahun penyebutannya. Dalam hal ini ia merujuk pada penduduk Asia Tenggara.

Lihat juga

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads