Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Acara realitas
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Acara realitas atau tayang kenyataan (bahasa Inggris: reality show) adalah genre acara televisi yang mendokumentasikan situasi kehidupan nyata yang diklaim tidak memiliki naskah, sering kali menampilkan orang-orang biasa daripada aktor profesional. Acara realitas muncul sebagai genre yang berbeda pada awal tahun 1990-an melalui acara seperti The Real World, kemudian mencapai popularitas besar pada awal tahun 2000-an dengan kesuksesan seri Survivor, Idol, dan Big Brother, yang semuanya berkembang menjadi waralaba global.[1] Acara televisi realitas umumnya diselingi dengan segmen "pengakuan diri", yaitu wawancara singkat di mana para peserta memberikan refleksi atau konteks terhadap peristiwa yang ditampilkan di layar; format ini paling sering digunakan dalam acara realitas Amerika. Acara realitas berbasis kompetisi biasanya menampilkan proses eliminasi bertahap terhadap peserta, baik oleh panel juri, oleh penonton, maupun oleh sesama peserta.
Film dokumenter, berita televisi, acara olahraga, gelar wicara, dan acara kuis tradisional umumnya tidak digolongkan sebagai acara realitas. Beberapa genre program televisi yang sudah ada sebelum tren acara realitas muncul kemudian diklasifikasikan kembali sebagai bagian dari acara realitas, termasuk acara kamera tersembunyi, ajang pencarian bakat, seri dokumenter tentang kehidupan masyarakat umum, acara permainan dengan konsep unik, program perbaikan rumah, dan acara pengadilan yang menampilkan kasus serta persoalan nyata.
Sejak meningkatnya popularitasnya, acara realitas telah mendapat banyak kritik. Para pengkritik berpendapat bahwa dengan menempatkan peserta dalam situasi buatan, mengarahkan perilaku mereka, menyusun alur cerita sebelumnya, menata adegan, serta menyunting rekaman secara menyesatkan, acara televisi realitas tidak benar-benar mencerminkan kenyataan. Beberapa acara bahkan dituduh melakukan rekayasa agar peserta favorit atau yang dianggap lemah dapat memenangkan kompetisi. Kritik lain terhadap acara realitas mencakup tudingan bahwa acara tersebut mempermalukan atau mengeksploitasi peserta; menjadikan individu yang tidak berbakat atau sosok kontroversial sebagai selebritas; serta menampilkan dan memuliakan perilaku yang dianggap tidak pantas.
Remove ads
Sejarah
Format televisi yang menampilkan orang biasa dalam situasi tanpa naskah sudah hampir setua dengan medium televisi itu sendiri. Produser sekaligus pembawa acara Allen Funt memperkenalkan Candid Camera, sebuah acara di mana orang-orang yang tidak curiga dihadapkan pada situasi lucu dan tidak biasa, lalu direkam dengan kamera tersembunyi. Program ini pertama kali tayang pada tahun 1948. Pada abad ke-21, seri tersebut sering dianggap sebagai prototipe dari program televisi realitas.[2][3]
Remove ads
Subgenre
Ringkasan
Perspektif
Telah ada berbagai upaya untuk mengklasifikasikan acara televisi realitas ke dalam beberapa subgenre yang berbeda:
- Sebuah penelitian tahun 2006 mengusulkan enam subgenre: romansa, kejahatan, informasional, drama realitas, kompetisi atau permainan, dan bakat.[4]
- Sebuah penelitian tahun 2007 mengusulkan lima subgenre: infotainment, docusoap, gaya hidup, acara permainan realitas, dan program eksperimen gaya hidup.[5]
- Sebuah penelitian tahun 2009 mengusulkan delapan subgenre: "gamedoc", program kencan, program makeover, docusoap, kontes bakat, acara pengadilan, sitkom realitas, serta variasi selebritas dari program lain.[6]
Klasifikasi lain membagi televisi realitas menjadi dua jenis: acara yang berupaya mendokumentasikan kehidupan nyata, dan acara yang menempatkan peserta dalam situasi baru. Dalam sebuah makalah tahun 2003, teoretikus Elisabeth Klaus dan Stephanie Lücke menyebut kategori pertama sebagai "docusoap", yang terdiri dari "realitas naratif", sedangkan kategori kedua disebut "reality soap", yang terdiri dari "realitas performatif".[7]
Sejak tahun 2014, Primetime Emmy Awards menggunakan klasifikasi serupa, dengan kategori penghargaan terpisah untuk program "realitas tidak terstruktur" dan "realitas terstruktur", serta kategori ketiga untuk "kompetisi realitas".
Remove ads
Kritik dan analisis
Ringkasan
Perspektif
"Realitas" sebagai istilah yang keliru
Keaslian acara realitas sering kali dipertanyakan oleh para pengkritiknya. Istilah “realitas” dalam genre ini kerap dianggap tidak akurat karena adanya klaim bahwa program tersebut sering kali mencakup unsur-unsur seperti penulisan naskah yang sudah direncanakan sebelumnya (termasuk praktik yang disebut "soft-scripting"), akting, dorongan dari kru di belakang layar untuk menciptakan situasi tertentu yang penuh konflik atau drama, serta penyuntingan yang menyesatkan. Acara realitas sering digambarkan sebagai “penulisan naskah tanpa kertas”.
Dalam banyak kasus, keseluruhan konsep acara bersifat rekayasa, didasarkan pada kompetisi atau situasi yang tidak biasa. Beberapa acara dituduh melakukan kepalsuan demi menciptakan tayangan yang lebih menarik, seperti menyiapkan alur cerita terlebih dahulu, memberikan dialog kepada peserta, hanya menampilkan perilaku peserta yang paling ekstrem, serta memodifikasi alur kejadian melalui proses penyuntingan dan pengambilan gambar ulang.[8][9]
Acara seperti Survivor dan The Amazing Race yang menawarkan hadiah uang tunai diatur di Amerika Serikat berdasarkan hukum federal tentang “acara permainan”, 47 U.S.C. § 509, dan diawasi selama proses syuting oleh staf hukum serta staf standar dan praktik dari jaringan televisi induk. Acara-acara tersebut tidak boleh dimanipulasi dengan cara apa pun yang memengaruhi hasil kompetisi. Namun, penyuntingan yang menyesatkan tidak termasuk dalam kategori pelanggaran terhadap keadilan permainan.
Selain persoalan keaslian, para kritikus media juga berpendapat bahwa acara realitas dapat menimbulkan dampak sosial yang lebih luas. Pada tahun 2022, kritikus televisi majalah Time, Judy Berman, menulis bahwa “sejauh Amerika Serikat telah menjadi tempat yang lebih keras, dangkal, marah, dan terpecah di abad ke-21, televisi realitas — yang turut menormalkan kekejaman, sikap konfrontatif, kedangkalan, dan pengkhianatan, serta memberi penghargaan bagi mereka yang memanfaatkan sifat-sifat tersebut — turut memikul sebagian tanggung jawab.”[10]
Dampak politik dan budaya
Keberhasilan global televisi realitas telah menjadi, menurut pandangan sejumlah analis, sebuah fenomena politik yang penting. Di beberapa negara otoritarian, pemungutan suara dalam acara televisi realitas memberikan kesempatan pertama bagi banyak warga untuk berpartisipasi dalam "pemilihan" yang bebas dan adil dalam skala besar. Selain itu, keterbukaan yang ditampilkan dalam beberapa acara realitas sering kali menghadirkan situasi yang dianggap tabu di budaya konservatif tertentu, seperti dalam acara Star Academy Arab World yang mulai tayang pada tahun 2003 dan menampilkan peserta pria dan wanita yang hidup bersama dalam satu tempat.[11] Versi Pan-Arab dari Big Brother dibatalkan pada tahun 2004 setelah kurang dari dua minggu tayang karena protes publik dan demonstrasi di jalanan.[12] Pada tahun yang sama, jurnalis Matt Labash menyoroti kedua fenomena tersebut dan menulis bahwa “harapan terbaik bagi munculnya Amerika kecil di Timur Tengah mungkin justru berasal dari televisi realitas yang diproduksi oleh dunia Arab.”[13]
Di Indonesia, acara televisi realitas telah melampaui sinetron sebagai program siaran yang paling banyak ditonton.[14] Salah satu program populer, Jika Aku Menjadi, menampilkan anak muda dari kalangan menengah yang sementara waktu ditempatkan dalam kehidupan masyarakat kelas bawah, di mana mereka belajar menghargai kondisi hidup mereka sendiri dengan merasakan keseharian kaum yang kurang beruntung.[14] Para kritikus berpendapat bahwa program ini dan acara serupa di Indonesia justru memperkuat idealisme materialisme dan konsumerisme yang berakar pada budaya Barat.[14] Namun, Eko Nugroho, produser acara realitas sekaligus presiden Dreamlight World Media, menegaskan bahwa acara-acara tersebut tidak bermaksud mempromosikan gaya hidup Amerika, melainkan menjangkau penonton melalui nilai-nilai dan keinginan yang bersifat universal.[14]
Sebagai pengganti drama berskenario
Wakil presiden eksekutif VH1, Michael Hirschorn, menulis pada tahun 2007 bahwa alur cerita dan topik yang diangkat dalam televisi realitas jauh lebih autentik dan menarik dibandingkan dengan drama berskenario. Ia berpendapat bahwa televisi jaringan dengan naskah “masih didominasi oleh variasi dari prosedur kepolisian... di mana sekelompok karakter (beragam secara etnis, gender, dan generasi) terus-menerus menghadapi versi baru dari dilema yang sama. Setiap episode memiliki pola yang dapat ditebak, layaknya teater Jepang Noh,” sementara televisi realitas merupakan “genre paling hidup di layar saat ini. Ia mengangkat isu-isu budaya sensitif — kelas sosial, seksualitas, dan ras — yang jarang disentuh oleh televisi arus utama yang ‘terhormat’.”[15]
Kritikus televisi James Poniewozik menulis pada tahun 2008 bahwa acara realitas seperti Deadliest Catch dan Ice Road Truckers menampilkan kehidupan masyarakat kelas pekerja — jenis karakter yang “dulunya lazim” dalam drama berskenario di televisi jaringan, tetapi menjadi semakin jarang pada era 2000-an. Ia menambahkan, “Demi menarik penonton kelas menengah ke atas, televisi telah ‘mengusir’ para montir dan buruh pelabuhan, menggantinya dengan para yuppie di kedai kopi untuk memperoleh ‘sewa’ yang lebih tinggi.”[16]
Remove ads
Lihat pula
- Penyiaran
- Daftar program televisi realitas
- Daftar waralaba acara televisi
- Budaya rendah
- Realitas berskenario
- Konsumsi televisi
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads