Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Rentang perhatian

waktu yang dihabiskan untuk berkonsentrasi sebelum terganggu Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Remove ads

Rentang perhatian adalah waktu seseorang dapat berkonsentrasi pada suatu tugas sebelum terganggu.[1] Distraktibilitas terjadi saat perhatian tergeser ke aktivitas atau sensasi lain secara tidak terkendali.[2] Pelatihan fokus merupakan bagian pendidikan agar siswa mampu tetap fokus dalam diskusi, mendengarkan, dan analisis.[3]

Remove ads

Berdasarkan usia

Ringkasan
Perspektif

Mengukur perkiraan rentang perhatian manusia tergantung pada untuk apa perhatian itu digunakan. Istilah "transient attention" dan "selective sustained attention" digunakan untuk membedakan antara perhatian jangka pendek dan perhatian yang terfokus. Transient attention adalah respons jangka pendek terhadap stimulus yang sementara menarik atau mengalihkan perhatian. Para peneliti tidak sepakat tentang jumlah pasti dari rentang perhatian sementara manusia, sedangkan selective sustained attention, juga dikenal sebagai perhatian terfokus, adalah tingkat perhatian yang menghasilkan hasil yang konsisten pada suatu tugas dari waktu ke waktu. Perkiraan umum rentang perhatian remaja dan orang dewasa yang sehat berkisar hingga sekitar lima jam. Hal ini dimungkinkan karena orang dapat berulang kali memilih untuk memusatkan kembali perhatian mereka pada hal yang sama.[4] Kemampuan untuk memperbarui perhatian ini memungkinkan seseorang untuk “memperhatikan” hal-hal yang berlangsung lebih dari beberapa menit, seperti menonton film yang panjang.

Anak-anak yang lebih tua mampu mempertahankan perhatian lebih lama dibandingkan anak-anak yang lebih muda.[5]

Untuk pengukuran waktu-pada-tugas (time-on-task), jenis aktivitas yang digunakan dalam tes memengaruhi hasilnya, karena orang umumnya mampu memiliki rentang perhatian yang lebih lama ketika mereka melakukan sesuatu yang mereka anggap menyenangkan atau memotivasi secara intrinsik.[4] Perhatian juga meningkat jika seseorang mampu melakukan tugas dengan lancar dibandingkan dengan orang yang mengalami kesulitan melakukannya, atau pada orang yang baru saja mempelajari tugas tersebut. Kelelahan, kelaparan, kebisingan, dan stres emosional dapat mengurangi waktu fokus pada suatu tugas.

Sebuah penelitian yang melibatkan 10.430 laki-laki dan perempuan berusia 10 hingga 70 tahun mengamati waktu perhatian berkelanjutan sepanjang rentang kehidupan. Penelitian ini mengharuskan peserta melakukan tes kognitif melalui situs web selama tujuh bulan. Data yang dikumpulkan menyimpulkan bahwa rentang perhatian bukanlah satu pola linear tunggal; pada usia 15 tahun, kemampuan yang berkaitan dengan rentang perhatian mulai bervariasi. Selama penelitian, bukti juga menunjukkan bahwa pada manusia, rentang perhatian mencapai tingkat tertinggi pada usia awal 40-an, kemudian secara bertahap menurun pada usia lanjut.[6]

Remove ads

Pengukuran

Berbagai tes tentang rentang perhatian telah digunakan pada populasi dan waktu yang berbeda. Beberapa tes mengukur kemampuan perhatian jangka pendek dan terfokus, yang umumnya di bawah rata-rata pada individu dengan gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Tes lain memberikan informasi mengenai seberapa mudah seseorang terdistraksi, yang juga menjadi masalah utama pada individu dengan ADHD. Tes seperti DeGangi’s Test of Attention in Infants (TAI) dan Wechsler Intelligence Scale for Children-IV (WISC-IV) sering digunakan untuk menilai masalah perhatian pada anak kecil ketika wawancara dan observasi tidak memadai.[7] Tes lama seperti Continuous Performance Test dan Porteus Maze Test telah ditolak oleh beberapa ahli karena dinilai tidak secara akurat mengukur perhatian, kurang sesuai untuk beberapa kelompok usia, dan tidak memberikan informasi klinis yang relevan.[7]

Variabilitas skor tes dapat disebabkan oleh perubahan kecil dalam lingkungan pengujian.[7] Sebagai contoh, peserta tes biasanya dapat bertahan pada tugas lebih lama jika penguji secara fisik hadir di ruangan dibandingkan jika penguji tidak terlihat.

Remove ads

Pengaruh berbagai jenis media

Ringkasan
Perspektif

Dalam penelitian awal mengenai pengaruh temperamen terhadap rentang perhatian, para ibu dari 232 pasangan anak kembar diwawancarai secara berkala tentang kesamaan dan perbedaan perilaku yang ditunjukkan anak-anak mereka selama masa bayi dan anak usia dini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap variabel perilaku (frekuensi temperamen, intensitas temperamen, iritabilitas, menangis, dan menuntut perhatian) memiliki hubungan terbalik yang signifikan dengan rentang perhatian. Dengan kata lain, anak kembar dengan rentang perhatian lebih panjang mampu melakukan suatu aktivitas tanpa gangguan lebih lama dan juga cenderung memiliki temperamen yang lebih tenang.[8]

Satu studi terhadap 2.600 anak menemukan bahwa paparan televisi pada usia sekitar dua tahun berkaitan dengan masalah perhatian di kemudian hari, seperti kurangnya perhatian, impulsivitas, disorganisasi, dan distraktibilitas pada usia tujuh tahun.[9][10] Studi korelasional ini tidak menetapkan apakah menonton televisi menyebabkan masalah perhatian, atau apakah anak-anak yang secara alami mudah teralihkan lebih tertarik pada stimulasi televisi, atau apakah terdapat faktor lain seperti keterampilan pengasuhan yang berperan.

Penelitian lain yang meneliti hubungan antara ketekunan dan rentang perhatian anak usia prasekolah dengan prestasi akademik menemukan bahwa kemampuan memperhatikan pada usia empat tahun secara signifikan memprediksi pencapaian matematika dan membaca pada usia 21 tahun setelah mengontrol faktor lain seperti tingkat prestasi pada usia tujuh tahun, status adopsi, kosakata, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan ibu.Anak-anak yang masuk sekolah tanpa kemampuan untuk memperhatikan, mengingat instruksi, dan mengendalikan diri cenderung mengalami lebih banyak kesulitan selama sekolah dasar hingga menengah.[11]

Dalam penelitian lain yang melibatkan 10.000 anak berusia 8–11 tahun, fluktuasi rentang perhatian diamati sepanjang hari sekolah, dengan tingkat perhatian lebih tinggi di sore hari dan lebih rendah di pagi hari. Studi ini juga menemukan bahwa kesadaran dan produktivitas siswa meningkat setelah akhir pekan dua hari, tetapi menurun secara signifikan setelah liburan musim panas.[12]

Kenaikan popularitas video bentuk pendek meningkat pesat, dengan platform seperti TikTok, Instagram, dan Facebook Reels menarik perhatian pengguna setiap hari. Platform ini memberikan informasi baru tentang bagaimana masyarakat mengonsumsi media dan dampaknya terhadap rentang perhatian. Sebuah studi tahun 2024 menemukan bahwa mahasiswa yang secara konsisten menonton video berdurasi pendek mengalami kesulitan dengan tugas akademik yang berbasis memori. Penelitian ini dilakukan dengan survei dan tes perhatian digital untuk menilai kebiasaan penggunaan media sosial dan dampaknya terhadap nilai akademik. Mahasiswa dengan rata-rata tiga jam waktu layar dan IPK 2,8 memiliki rentang perhatian yang jauh lebih pendek. Pengguna berat memiliki waktu reaksi lebih lambat dan lebih rentan melakukan kesalahan akademik karena otak mereka terbiasa dengan stimulasi cepat dan peralihan konten terus-menerus.[13] Kesimpulannya, artikel ini menunjukkan bukti tentang dampak negatif video berdurasi pendek serta korelasi antara video pendek dan performa akademik mahasiswa tingkat sarjana.

Platform yang menawarkan konten semacam itu dirancang agar konsumen tetap terlibat dengan algoritma yang sangat presisi sesuai preferensi pengguna. Studi terhadap teknologi ini melaporkan bahwa tata letak media sosial yang berbeda — matriks, masonry, dan linier — memberikan efek yang bervariasi. Tata letak matriks meningkatkan perhatian tetapi mengurangi durasi fokus, tata letak linier memperkuat perhatian berkelanjutan namun mempersempit lingkup, dan tata letak masonry berada di antara keduanya.[14] Desain ini memengaruhi kualitas perhatian visual (Visual Attention Quality, VAQ), yang mengukur bagaimana tata letak mempertahankan fokus dan keterlibatan pengguna.

Penelitian lain melalui kuesioner terstandar tidak menunjukkan efek besar terhadap rentang perhatian, tetapi menghasilkan alat yang berguna untuk penelitian lanjutan karena terbukti efektif saat digunakan untuk menilai pasien.[15]

Meskipun penelitian yang dilakukan mengenai media sosial menunjukkan adanya penurunan rentang perhatian, tidak semua bentuk media memiliki dampak yang sama terhadap publik. Sebagai contoh, permainan video tidak terlalu berbeda dari video berdurasi pendek. Beberapa penelitian dilakukan untuk menguji berbagai genre permainan video dan dampaknya terhadap para pemainnya. Mereka membagi peserta ke dalam empat kelompok: pemain game aksi, simulator olahraga, RPG, dan mereka yang tidak bermain game. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rentang perhatian antar kelompok tidak terlalu signifikan, namun ditemukan sedikit variasi antara pemain game dan non-pemain.[16] Penelitian tersebut juga menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk bermain game aksi berkorelasi dengan peningkatan perhatian visual, karena pemain jenis game tersebut menunjukkan koordinasi yang lebih baik; hasil serupa juga terlihat pada pemain simulator olahraga.

Rentang Perhatian di Abad ke-21

Rentang perhatian mengacu pada lamanya seseorang dapat berkonsentrasi pada suatu tugas tanpa menjadi terdistraksi. Pada abad ke-21, penelitian menunjukkan bahwa teknologi digital, media sosial, dan notifikasi yang terus-menerus berkontribusi terhadap pemendekan rentang perhatian baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Studi menunjukkan bahwa multitasking dan sering berpindah antarperangkat dapat mengurangi kemampuan fokus berkelanjutan serta daya ingat. Para pendidik dan psikolog menyampaikan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap pembelajaran, produktivitas, dan kesehatan mental, sehingga berbagai strategi dikembangkan untuk meningkatkan manajemen perhatian di lingkungan modern.

Remove ads

Penyakit psikologis terkait rentang perhatian

Ringkasan
Perspektif

Short attention span adalah kondisi di mana individu memiliki kemampuan terbatas dalam mempertahankan fokus pada suatu kegiatan dalam waktu lama. Kondisi ini ditandai dengan kecenderungan mudah terdistraksi, impulsif, dan sering berpindah perhatian dari satu aktivitas ke aktivitas lain sebelum menyelesaikannya.[17] Dalam penelitian tersebut, perhatian diukur sebagai durasi maksimum seseorang dapat mempertahankan keadaan fokus optimal tanpa kesalahan respons dan waktu respons yang konsisten selama tugas yang memerlukan perhatian terus-menerus. Hasilnya menunjukkan bahwa rentang perhatian bervariasi menurut usia, di mana individu dewasa muda memiliki rentang perhatian lebih panjang dibandingkan anak-anak dan lansia. Penurunan rentang perhatian dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi gangguan fungsi eksekutif otak, kelelahan, stres emosional, dan gangguan tidur, sedangkan faktor eksternal meliputi paparan media digital berlebihan, kebiasaan multitasking, serta lingkungan yang penuh distraksi.[18]

Gangguan rentang perhatian juga berhubungan dengan kondisi psikologis seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), depresi, serta kecemasan di mana individu menunjukkan kesulitan mempertahankan fokus atau mengatur respons terhadap rangsangan eksternal. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dan video berdurasi pendek secara berlebihan dapat memperburuk gejala short attention span. Paparan konten digital cepat membuat otak terbiasa dengan stimulus instan dan perubahan visual yang terus-menerus. Hal ini menurunkan kemampuan otak dalam mempertahankan fokus jangka panjang.[19] Selain itu, kebiasaan multitasking digital—seperti membuka beberapa aplikasi sekaligus atau belajar sambil menggunakan media sosial—terbukti mengganggu proses kognitif dan memori kerja.[20]

Remove ads

Dampak

Short attention span dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan individu. Secara kognitif, kondisi ini menurunkan kemampuan fungsi eksekutif seperti perencanaan, kontrol diri, dan memori prospektif. Individu menjadi sulit mengingat tugas atau janji setelah mengalami distraksi. Secara akademik, siswa atau mahasiswa dengan rentang perhatian rendah menunjukkan prestasi yang lebih buruk karena kesulitan mempertahankan fokus saat belajar.[21] Studi menunjukkan bahwa semakin sering seseorang beralih dari satu aktivitas digital ke aktivitas lain, semakin menurun pula kemampuannya untuk mempertahankan perhatian dalam jangka waktu panjang. Namun, dalam konteks tertentu, rentang perhatian yang pendek dapat memiliki nilai adaptif. Anak-anak dengan perhatian pendek cenderung merespons lebih baik terhadap metode belajar yang interaktif dan variatif seperti permainan edukatif, aktivitas fisik, atau media pembelajaran berbasis gerak dan lagu.[22] Dengan strategi pembelajaran yang sesuai, mereka dapat menunjukkan peningkatan keterlibatan dan pemahaman materi.

Remove ads

Pencegahan

Beberapa intervensi terbukti efektif untuk meningkatkan rentang perhatian.

  • Pelatihan mindfulness

Intervensi berbasis mindfulness di sekolah meningkatkan fokus, kontrol diri, dan pengaturan emosi siswa. Penelitian menunjukkan bahwa program ini membantu anak-anak mengurangi agresivitas dan memperpanjang durasi perhatian selama kegiatan belajar.[23]

  • Meditasi intensif

Latihan meditasi selama beberapa jam per hari dalam jangka panjang terbukti memperkuat perhatian berkelanjutan dan meningkatkan kemampuan membedakan rangsangan visual secara akurat.[24]

  • Manajemen waktu layar dan pengurangan multitasking

Mengatur waktu penggunaan perangkat digital, melakukan detoks media, serta berfokus pada satu tugas dalam satu waktu (single-tasking) terbukti memperpanjang durasi fokus dan menurunkan stres kognitif.[25]

  • Tidur cukup dan lingkungan belajar kondusif

Tidur 7–8 jam per malam dan mengurangi kebisingan lingkungan berpengaruh positif terhadap fungsi konsentrasi dan daya ingat.[21]

Remove ads

Lihat pula

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads