Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Rocky Gerung
filsuf dan akademikus Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Rocky Gerung (lahir 20 Januari 1959 )[2] adalah salah seorang komentator politik, akademikus, filsuf, dan intelektual publik Indonesia. Ia merupakan salah seorang pendiri Setara Institute dan fellow pada Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).[3] Ia pernah mengajar selama 15 tahun di Universitas Indonesia.[4]
Ia merupakan kakak dari Grevo Gerung yang saat ini menjadi dosen di Universitas Sam Ratulangi.[5]
Remove ads
Kehidupan awal dan pendidikan
Rocky mulai berkuliah di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1979. Ia pertama kali masuk ke Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,[6] yang saat itu tergabung dalam Fakultas Ilmu-ilmu Sosial. Namun, Rocky tidak menyelesaikan kuliahnya di jurusan tersebut. Rocky lulus sebagai Sarjana Sastra dari Jurusan Ilmu Filsafat. Selama berkuliah, Rocky dekat dengan para aktivis berhaluan sosialisme seperti Marsillam Simanjuntak dan Hariman Siregar.[7]
Remove ads
Karier
Ringkasan
Perspektif
Karier akademik
Setelah lulus, Rocky kembali ke UI dan mengajar di Departemen Ilmu Filsafat, yang kini tergabung di dalam Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, sebagai dosen tidak tetap hingga awal 2015. Ia berhenti mengajar disebabkan keluarnya UU No. 14 tahun 2005 yang mensyaratkan seorang dosen harus minimal bergelar magister; sedangkan Rocky hanya menyandang gelar sarjana. Ia tercatat mengampu mata-mata kuliah seperti Seminar Teori Keadilan, Filsafat Politik, dan Metode Penelitian Filsafat; ia juga pernah mengajar pada program pascasarjana. Salah seorang mahasiswa yang pernah ia bimbing ialah aktris Dian Sastrowardoyo.[8][9]
Bersama tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra, Rocky ikut mendirikan Setara Institute, sebuah wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, pada 2005.[10]
Rocky Gerung pernah mengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas),[11] lalu mengajar dan memberikan materi para perwira Polri dan TNI[12] dan pernah pula mengajar di Megawati Institute.[13]
Mendirikan partai politik
Dalam bidang politik, Rocky bersama Sjahrir dan istrinya, Nurmala Kartini Sjahrir pernah mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) pada 2002. Meski ikut mendirikan, ia tak aktif di kepengurusan partai. Belakangan, Rocky memutuskan keluar dan bergabung dengan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) pada 2011.[14] Ia didapuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI.[15][16] Partai tersebut bermaksud mencalonkan Sri Mulyani untuk pemilihan umum Presiden Indonesia 2014.[17] Namun, SRI gagal melewati proses verifikasi administrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga tidak dapat mengikuti pemilihan umum legislatif Indonesia 2014.[18]
Keorganisasian
Rocky juga pernah mengetuai Sekolah Ilmu Sosial (SIS), sebuah sekolah nonformal yang mendidik siswanya untuk memahami realitas sosial secara interdisipliner. Di bawah Yayasan Padi dan Kapas yang juga diketuai oleh Sjahrir. Pengajar di SIS ada sepuluh orang, beberapa di antaranya adalah Arief Budiman, Salim Said, dan Rahman Tolleng.[19]
Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Panjat Tebing Alam dan Rekreasi di Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) periode 2023–2027.
Remove ads
Pemikiran dan aktivitas
Ringkasan
Perspektif

Sebagai seorang ilmuwan filsafat, salah satu bidang kajian Rocky adalah filsafat feminisme. Ia banyak menulis di Jurnal Perempuan, sebuah terbitan ilmiah yang dikelola oleh Yayasan Jurnal Perempuan dan didirikan oleh Gadis Arivia, koleganya di Universitas Indonesia.[20] Rocky juga seorang pengajar Kajian Filsafat dan Feminisme (Kaffe) yang merupakan salah satu program Jurnal Perempuan.[21] Selain itu, Rocky juga terlibat sebagai penulis di Jurnal Prisma terbitan LP3ES dengan menulis tentang HAM dan tentang Pancasila.[3]
Rocky pernah mendapat kehormatan untuk memberikan pidato kebudayaan akhir tahun rutinan yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki pada akhir tahun 2010.[22] Saat itu, judul pidato Rocky adalah Memelihara Republik, Mengaktifkan Akal Sehat.[23]
Pemikiran Rocky Gerung mulai diperhatikan publik secara luas sejak ia muncul pertama kali di acara televisi Indonesia Lawyers Club di awal tahun 2017. Saat itu, Rocky Gerung mengkritik pemerintah dengan menyatakan pemerintah sebagai pembuat hoaks terbaik karena memiliki banyak perangkat untuk berbohong.[24][25] Sejak itu pula, Rocky terkenal sebagai salah satu intelektual yang tajam dan keras dalam mengkritik pemerintah sehingga sering diundang untuk menjadi narasumber di acara televisi, universitas, dan lain-lain.[26]
Rocky Gerung dikenal akan aktivitas dan hobinya dalam mendaki gunung.[27] Ia mengaku telah 50 tahun menjalani hobi ini.[28] Berbeda dengan kebanyakan pendaki lainnya, Rocky Gerung justru gemar mendaki secara solo atau sendirian.[29] Rocky Gerung mengilustrasikan aktivitas pendakian gunung seperti menikmati sebuah penampilan orkestrasi musik dalam bentuk bunyi-bunyian yang ada di hutan. "Bunyi-bunyian seperti angin, cuitan burung, desis ular, dahan yang patah akibat terinjak merupakan sebuah orkestrasi indah yang diberikan alam", ujarnya.[29]
Rocky Gerung tidak hanya mendaki gunung-gunung yang ada di Indonesia saja. ia kerap kali mendaki gunung yang berada di luar Indonesia seperti Himalaya.[30]
Remove ads
Kontroversi
Pada 10 April 2018, ia sempat melontarkan pernyataan kontroversial di Indonesia Lawyers Club yang menyebutkan bahwa "kitab suci itu fiksi".[31]
Ketua Umum Relawan Indonesia Bersatu, Lisman Hasibuan, melaporkan Rocky Gerung ke Polda Metro Jaya atas dugaan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo. Rocky Gerung dilaporkan usai ujaran yang dilontarkannya viral di media sosial, perkataan ini dinilai memiliki tendesi menghasut, kontroversial, dan memicu kegaduhan.[32]
Rocky Gerung pernah hampir dipukul oleh Silfester Matutina saat siaran langsung di iNews dan sempat dihadang oleh host acara Rakyat Bersuara karena Matutina tidak dapat menjawab pertanyaan Rocky Gerung hingga keluarlah kata-kata "bodoh" pada Matutina hingga membuat Matutina naik pitam.[33]
Remove ads
Warisan
Narasi dan retorika "magis" ala Rocky Gerung di Indonesia Lawyers Club mengundang decak kagum para audiens di ruangan maupun di televisi. Hingga akhrinya penerbit Komunitas Bambu (Kobam) yang dikelola oleh sejarawan JJ Rizal, menjadikan retorika-retorika Rocky Gerung tersebut ke dalam sebuah buku yang diberi judul Habis Dungu Terbitlah Bajingan Tolol: Filsafat untuk Indonesia Selamat.[34] Buku ini dapat dikatakan buku lanjutan Rocky Gerung terbitan Kobam sebelumnya yaitu Obat Dungu Resep Akal Sehat: Filsafat untuk Republik Kuat.[35] Hal yang membedakannya ialah buku terakhir ini resmi tulisan-tulisan Rocky Gerung sejak tahun 1985 yang telah ia publikasikan di berbagai surat kabar maupun artikel jurnal ilmiah.[35]
Remove ads
Karya
Ringkasan
Perspektif
Buku:
- Fay, Brian; Rocky Gerung; dan Budi Murdono (1991). Teori Sosial dan Praktik Politik. Jakarta: Penerbit Grafiti.[36]
- Saraswati, L. G.; dan Rocky Gerung (2006). Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Depok: Filsafat UI Press.[37]
- Gerung, Rocky. "Mengaktifkan Politik." Demokrasi dan Kekecewaan, Centre for the Study of Islam and Democracy, 2009.[38]
- Gerung, Rocky (2024). "Obat Dungu Resep Akal Sehat: Filsafat untuk Republik Kuat". Depok: Penerbit Komunitas Bambu[35]
- Gerung, Rocky (2024), "Habis Dungu Terbitlah Bajingan Tolol", Depok: Penerbit Komunitas Bambu[34]
Artikel Jurnal:
- Gerung, R. (2007). "Pluralisme dan Konsekwensinya: Catatan Kaki untuk Filsafat Politik’ Nurcholish Madjid”." Paper PSIK Universitas Paramadina.
- Gerung, R. (2008). "Feminisme versus Kearifan Lokal." Jurnal Perempuan 57.
- Gerung, R. (2010). "Representasi, Kedaulatan, dan Etika Publik." Jentera Jurnal Hukum 20 (5).
- Gerung, R. (2011). "Komunitarianisme versus - Hak Asasi Manusia.[pranala nonaktif permanen]" Jurnal Prisma 1 (2011)
- Gerung, R. (2014). "Feminist Ethics against Stigma of Theocracy-Patriarchy: a Reflection of 2014 Presidential Election." Jurnal Perempuan 19 (3): 175-182.
- Gerung, R. (2015). "Jalan Ideologi dalam Negara Demokrasi." Konfrontasi: Jurnal Kultural, Ekonomi Dan Perubahan Sosial, 2(2), 53-56.
- Gerung, R. (2016). "Feminist Pedagogy: A Political Position." Jurnal Perempuan 21 (3): 265-271.
- Gerung, R. (2018). "Pancasila: Ide Penuntun, Bukan Pengatur. Diarsipkan 2021-03-10 di Wayback Machine." Jurnal Prisma 2 (2018)
Artikel Majalah:
- "Cendekiawan, Kultur, dan Politik", Majalah Tempo Edisi 12 Agustus 2001
- "Tersesat di Jalan Yang Benar", Majalah Tempo Edisi 13 Agustus 2007
- "Rahim Laki-Laki", Majalah Tempo Edisi 7 Maret 2011
- "Demokrasi Kurva Lonceng", Majalah Tempo Edisi 14 November 2011
- "Consumo Ergo Sum", Majalah Tempo Edisi 20 Februari 2012
- "Demagogi", Majalah Tempo Edisi 7 Juli 2014
- "Politik dan Akronim", Majalah Tempo Edisi 29 September 2014
- "Charlie Hebdo dan Kita", Majalah Tempo Edisi 19 Januari 2015
Remove ads
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads