Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Roma 1

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Roma 1
Remove ads

Roma 1 (disingkat Rom 1) adalah bagian pertama Surat Paulus kepada Jemaat di Roma dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Pengarangnya adalah Rasul Paulus, tetapi dituliskan oleh Tertius, seorang Kristen yang saat itu mendampingi Paulus.[1][2]

Fakta Singkat Kitab, Kategori ...
Remove ads

Teks

Remove ads

Struktur

Pembagian isi pasal:

Ayat 1

Thumb
Roma 1:1-18 dalam bahasa Yunani dan Latin pada Uncial 0319 (abad ke-10).
  • Terjemahan Baru: Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.[3]
  • Terjemahan Baru Edisi Kedua: Dari Paulus, hamba Yesus Kristus yang dipanggil menjadi rasul dan dikhususkan untuk memberitakan Injil Allah.

Ayat 2

  • Terjemahan Baru: Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,[4]
  • Terjemahan Baru Edisi Kedua: Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam Kitab-kitab Suci,

Ayat 3

  • Terjemahan Baru: tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,[5]
  • Terjemahan Baru Edisi Kedua: tentang Anak-Nya yang secara jasmani berasal dari keturunan Daud,

Di sini Paulus mengakui Yesus Kristus adalah "anak" atau keturunan Daud, sebagaimana dapat ditelurusi melalui silsilah Yesus yang terdapat dalam Matius 1 atau Lukas 3.

Ayat 4

  • Terjemahan Baru: dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.[6]
  • Terjemahan Baru Edisi Kedua: dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati bahwa Dialah Anak Allah yang berkhasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

"Roh kekudusan" menunjuk kepada Roh Kudus, oknum ketiga dalam Trinitas ilahi. Kekudusan-Nya memisahkan Dia dengan jelas dari roh manusia, dosa, dan dunia serta mengungkapkan ciri khas dan karya-Nya (bandingkan Galatia 5:16–24).[7]

Remove ads

Ayat 16

  • Terjemahan Baru: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.[8]
  • Terjemahan Baru Edisi Kedua: Sebab, aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
    • "Aku" di sini adalah Paulus
    • Frasa "mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil" menurut bahasa aslinya lebih tepat diartikan: "tidak malu terhadap Injil" (bahasa Yunani: οὐ ἐπαισχύνομαι τὸ εὐαγγέλιον, ou epaiskhunomai to euangelion), yaitu Injil Kristus. Memang Paulus sadar bahwa orang percaya selalu tetap digoda untuk malu terhadap Injil Kristus. Dari segi pandangan manusia, Injil Kristus tidak membanggakan. Rajanya dibunuh dengan sebuah salib, suatu kematian yang amat hina. Paulus memberitakan kasih Allah, suatu berita yang mudah dicemoohkan.[9]
Remove ads

Ayat 17

  • Terjemahan Baru: Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."[10]
  • Terjemahan Baru Edisi Kedua: Sebab, di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin pada iman, seperti ada tertulis, "Orang benar akan hidup oleh iman."
    • Kalimat terakhir adalah kutipan dari Kitab Habakuk pasal 2 ayat 4:
    • "tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya"[11]
    • Kata "percaya" dalam Kitab Habakuk itu dalam bahasa aslinya adalah אָמַן [eman] yang artinya "percaya, iman".
Remove ads

Ayat 27

Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.[12]

Dosa homoseksualitas bagi sang rasul tampaknya merupakan bukti terbesar kemerosotan akhlak manusia akibat kebejatan dan ditinggalkan Allah (lihat Kejadian 19:4–5; Imamat 18:22). Setiap bangsa yang membenarkan dosa ini sebagai cara hidup yang dapat diterima berada dalam tingkat terakhir kerusakan moral (lihat Roma 1:24). Untuk ayat-ayat lainnya mengenai dosa yang mengerikan ini lihat Kejadian 19:4–9; Imamat 20:13; Ulangan 23:17; 1 Raja–raja 14:24; 15:12; 22:46; Yesaya 3:9; 1Kor 6:9–10; 1Tim 1:10; 2Pet 2:6; Yud 1:7).[7]

Ayat 28

Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:[13]

Ayat 29

penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.[14]

Ayat 30

Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua,[15]

Ayat 31

tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.[16]

Ayat 32

Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.[17]

Kefasikan dan kelaliman manusia

Sumber: Roma 1:28–32
Orang-orang yang merasa tidak perlu untuk mengakui Allah, diserahkan Allah kepada pikiran-pikiran yang "terkutuk" (dalam bahasa Yunani: ἀδόκιμον, adokimon, artinya "jelek", "tidak memenuhi syarat", "tidak ada harganya", "tidak tahan uji", "sesat"). Pikiran tanpa pegangan semacam ini hanya dapat menghasilkan hal-hal yang "tidak pantas" (bahasa Yunani: mē καθήκοντα , me kathekonta) atau hal-hal yang tidak cocok. Daftar dalam ayat 29-31 menunjukkan bahwa pikiran semacam itu berlawanan dengan dirinya sendiri dan dengan sesama manusia. Anarki dan kekacauan muncul dari pikiran yang tidak mau mengenal Allah. Pengumpat adalah orang yang suka gosip atau mengumpat dengan diam-diam. Pemfitnah adalah orang yang senang menghancurkan atau mencemarkan nama baik orang lain. Orang yang suka melakukan hal itu menjadikan dirinya sendiri dibenci orang lain. Perhatikan perpaduan tidak menyenangkan yang dikemukakan dalam ayat 31: tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. Ingatlah bahwa orang-orang yang dilukiskan di sini pernah memiliki kesempatan untuk mengenal tuntutan-tuntutan Allah. Selanjutnya, mereka mengetahui bahwa kematian merupakan hukuman atas perbuatan jahat. Sekalipun demikian mereka bukan hanya senang berbuat dosa, tetapi juga menyetujui orang lain yang berbuat dosa. Dosa mereka sudah mencapai taraf di mana mereka memperoleh kepuasan tersendiri di dalam perbuatan dosa orang lain.[18]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads