Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Staphylococcus hominis
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Staphylococcus hominis (S. hominis) merupakan salah satu spesies mikroba yang paling umum ditemukan pada kulit manusia. Bakteri ini termasuk patogen oportunistik dan telah terdeteksi pada darah bayi baru lahir serta pada pasien yang menerima terapi imunosupresif.[1]

Remove ads
Karakteristik biologis dan fisiologisnya
S. hominis merupakan salah satu spesies Staphylococcus yang umum ditemukan pada kulit manusia, dengan populasi yang paling banyak terdapat di ketiak, selangkangan, dan area perineal. Pada kulit halus lengan dan kaki, proporsinya sering lebih tinggi dibandingkan bagian tubuh lain. Berbeda dengan Staphylococcus epidermidis, yang dapat bertahan selama bertahun-tahun, keberadaan S. hominis pada kulit biasanya bersifat sementara, berlangsung hanya beberapa minggu hingga beberapa bulan. Ukuran bakteri ini kecil dengan diameter sekitar 1–2 mm setelah 24 jam pertumbuhan pada media agar darah pada suhu 35°C, berwarna putih hingga krem. Bakteri ini mampu memfermentasi glukosa, fruktosa, sukrosa, trehalosa, dan gliserol secara aerobik, serta beberapa strain dapat memfermentasi turanosa, laktosa, galaktosa, melezitosa, manitol, dan mannosa. Dinding sel S. hominis memiliki kadar rendah asam teikoat dan asam glutamat, dengan asam teikoat mengandung gliserol dan glukosamin.[2][3]
Remove ads
Resistensi antibiotik dan relevansi klinis
Ringkasan
Perspektif
Di antara spesies Coagulase-Negative Staphylococci (CoNS), S. hominis semakin menjadi fokus penelitian karena termasuk salah satu dari tiga spesies yang paling sering diisolasi dari pasien dengan infeksi aliran darah. Meskipun S. epidermidis umumnya lebih dominan, S. hominis telah ditemukan dalam persentase tinggi dari sampel darah yang positif CoNS, misalnya hingga 60% di sebuah pusat kanker di New Delhi, India, serta di rumah sakit perawatan tersier di Cina. S. hominis juga dapat menyebabkan peradangan pada endokardium, peritoneum, tulang, sendi, bola mata, dan vulva, serta infeksi purulen pada kulit dan jaringan subkutan. Dua subspesies telah diidentifikasi, yaitu S. hominis subsp. hominis (SHH) dan S. hominis subsp. novobiosepticus (SHN), yang berbeda dalam resistensi terhadap novobiocin dan kemampuan menghasilkan aerobik dari D-trehalosa dan N-asetilglukosamin (NAG). SHN paling sering diisolasi dari darah bayi baru lahir, terutama mereka dengan berat lahir rendah, dan dikenal memiliki resistensi ganda. Dalam pengobatan infeksi Staphylococcus, antibiotik β-laktam yang menghambat sintesis dinding sel merupakan yang paling umum digunakan. Namun, banyak strain CoNS, terutama yang diisolasi dari darah, menunjukkan resistensi terhadap metisilin (MRCoNS) karena adanya gen mecA, yang mengkode protein pengikat penisilin (PBP2a) dengan konformasi yang berubah sehingga menurunkan afinitas terhadap β-laktam. Resistensi terhadap metisilin menjadi masalah serius karena membatasi opsi terapi, dan seringkali disertai resistensi terhadap antibiotik lain. Infeksi darah akibat stafilokokus resisten metisilin biasanya diobati dengan antibiotik glikopeptida, seperti vancomycin atau teicoplanin, meskipun kasus dengan penurunan sensitivitas terhadap obat ini semakin sering ditemukan. Alternatif lain termasuk antibiotik kelompok MLS, yaitu makrolida, linkosamida, dan streptogramin, yang mengganggu sintesis protein dengan mengikat subunit 50S ribosom. Resistensi terhadap kelompok MLS dapat terjadi melalui inaktivasi antibiotik oleh enzim spesifik yaitu macrolide phosphotransferase (mph), lincosamide nucleotidyltransferase (lnu), streptogramin A acetyltransferase (vat), streptogramin B lyase (vgb), pompa efluks (msr, vga), atau modifikasi target antibiotik melalui metilasi rRNA (erm), yang dapat menyebabkan resistensi silang terhadap makrolida, linkosamida, dan streptogramin B (MLSB).[4]
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads
