Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Suhail bin Amr
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Suhail bin Amr (bahasa Arab: سهيل بن عمرو; meninggal tahun 18 H / 639 M) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang merupakan salah satu tokoh terkemuka di Makkah dan seorang khatib atau orator. Ia masuk Islam setelah penaklukan Makkah tepatnya setelah Pengepungan Thaif. Putranya, Abdullah bin Suhail, terlebih dahulu masuk Islam.
Remove ads
Kehidupan
Ringkasan
Perspektif
Suhail adalah salah satu tetua Mekkah pada masa-masa awal Islam. Ia termasuk di antara mereka yang bertugas memberi makan para jamaah haji. Ia adalah salah satu pemimpin yang menolak melindungi Muhammad sekembalinya dari Thaif pada tahun 620, dengan mengatakan, "Amir bin Luayy tidak memberikan perlindungan terhadap klan Kaab," yang terakhir merupakan mayoritas kaum Quraisy.[1]
Pada tahun 622, kaum Quraisy mendengar bahwa beberapa jamaah haji dari Madinah telah bertemu dengan Muhammad di Aqaba dan berjanji untuk memerangi mereka. Suhail dan beberapa orang lainnya mengejar orang-orang Madinah dan menangkap salah satu pemimpin mereka, Sa'ad bin Ubadah. Mereka mengikat tangannya ke leher dengan ikat pinggangnya sendiri dan menyeretnya dengan menarik rambutnya kembali ke Mekkah, sambil memukulinya di sepanjang perjalanan. Sa'ad berkata bahwa ia berharap Suhail akan memperlakukannya dengan baik, tetapi Suhail justru memberikan "pukulan keras di wajahnya". Namun, ketika Sa'ad meminta bantuan, kaum Quraisy menyadari bahwa ia memiliki sekutu di Mekah dan mereka pun melepaskannya.[1]
Pada tahun 624, Suhail dan putranya, Abdullah, berangkat bersama pasukan Quraisy untuk menemui kafilah Abu Sufyan. Ketika mereka tiba di Badar, tempat pasukan Muhammad menunggu, Abdullah meninggalkan kaum Quraisy dan bergabung dengan pihak Muslim dalam Pertempuran Badar. Setelah kalah dari pertempuran Badar, Suhail termasuk di antara mereka yang ditangkap dan ditawan dalam pertempuran tersebut. Umar menawarkan untuk merontokkan dua gigi depannya agar "lidahnya akan menjulur keluar dan ia tidak akan pernah bisa berbicara menentangmu lagi;" tetapi Muhammad tidak mengizinkannya.[2] Ia sempat melarikan diri dengan pura-pura kencing hingga lepas dari pengawasan Malik bin Ad-Dukhsyum, lalu dikejar kembali oleh muslimin hingga ditemukan di pepohonan.[3]
Suhail dibawa ke Madinah dengan tangan terikat di lehernya. Putrinya, Sahlah binti Suhail yang telah berislam hanya bisa melihat ayahnya dibawa sebagai tawanan. Suhail dibawa ke rumah mantan saudara iparnya, Sauda, yang mengenang,"Saya hampir tidak dapat menahan diri ketika melihat Abu Yazid dalam keadaan ini dan saya berkata, 'Wahai Abu Yazid, kamu menyerah terlalu mudah! Kamu seharusnya mati dengan mulia!'" lupa bahwa dia telah bertempur di pihak lawan-lawannya. Pada waktunya Mikraz bin Hafs ibn al-Akhyaf datang untuk menegosiasikan tebusan Suhail,[4] yang disetujui Muhammad untuk diambil dengan unta. Karena Mikraz tidak membawa hewan-hewan tersebut, ia tetap tinggal di Madinah sebagai jaminan sementara Suhail kembali ke Mekah untuk mengatur pembayaran.[1]
Suhail berperan penting dalam penyelesaian Perjanjian Hudaybiyyah pada tahun 628. Ia bersikeras agar perjanjian tersebut ditandatangani dari pihak Muslim sebagai Muhammad, putra Abdullah (Muhammad ibn Abdullah), bukan Nabi Muhammad, dengan mengatakan bahwa pihak Quraisy tidak menerima kenabiannya. Namanya tertulis sebagai perwakilan Quraisy.[5]
Sebelum perjanjian itu selesai, putra Suhail, Abu Jandal, muncul dan mengatakan bahwa ia seorang Muslim dan ingin pergi ke Madinah. Suhail menampar wajahnya dan mengingatkan Muhammad bahwa mereka baru saja sepakat bahwa tidak ada orang Mekah yang diizinkan membelot ke Madinah. Muhammad setuju, dan Abu Jandal harus kembali ke Mekah. Umar berjalan di sampingnya, menawarkan pedang, yang ia harap akan digunakan Abu Jandal untuk membunuh ayahnya; Namun Abu Jandal tidak menerimanya.[1]
Ketika Muhammad menunaikan Umrah Qadha, setelah hari ke-4, Suhail datang mengingatkan bahwa waktunya sudah selesai untuk kembali ke Madinah.[6]
Suhail bergabung dengan Ikrimah bin Abi Jahl dalam perlawanan terakhir Mekah melawan Muhammad di Jalur Khandama. Namun, perlawanan tersebut dipadamkan oleh pasukan berkuda Khalid bin al-Walid.[1] Ketika Muhammad memasuki Mekah sebagai penakluk, Suhail dimaafkan bersama semua orang lainnya setelah dibantu anaknya bicara dengan Muhammad. Muhammad memberinya hadiah seratus unta "untuk memenangkan hatinya" setelah Pengepungan Thaif, lalu ia berislam di Ji'ranah[7] (Utara Mekah), tempat Muhammad memulai niat untuk Umrah. Saat Haji Wada, Suhail berkurban beberapa ekor unta dan mengambil potongan rambut Muhammad.[3] Ia sering mendengar lantutan ayat Quran yang dibacakan Muadz bin Jabal selaku pendakwah di Mekah.[8] Ia ikut serta dalam pertempuran Yarmuk bersama kaum Muslim dengan membawa keluarganya dengan semangat tinggi.[9] Ia tidak berniat kembali ke Mekah setelah berjihad ke Syam.[10]
Remove ads
Kematian
Suhail meninggal sebagai penakluk Suriah selama Wabah Amwas.[11] Dalam riwayat lainnya ia terbunuh dalam Pertempuran Yarmuk bersama Ikrimah bin Abu Jahal.[12]
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads