Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Tan Tjoei Hock
Wartawan dan pembuat film Tionghoa-Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Tan Tjoei Hock (15 April 1908 – 1984) dulu adalah seorang jurnalis dan pembuat film berlatar belakang Tionghoa-Indonesia. Lahir di Batavia, ia kemudian bertemu dengan The Teng Chun pada akhir dekade 1930-an. Tan adalah salah satu sutradara paling produktif di Hindia Belanda antara tahun 1940 hingga 1941, dengan menyutradarai sembilan film – terutama film aksi.
Remove ads
Biografi
Ringkasan
Perspektif
Tan lahir di Batavia (kini Jakarta), Hindia Belanda, pada tanggal 15 April 1908. Ia lalu berhenti sekolah saat masih tahun pertama di SLTA.[1] Pada akhir dekade 1930-an, Tan telah menjadi seorang pebisnis,[1] dan menghabiskan waktunya di malam hari dengan menjadi asisten sukarela di sebuah kelompok drama yang kerap tampil di Prinsen Park (kini Lokasari). Saat sedang menjadi asisten, Tan bertemu dengan The Teng Chun, yang kemudian mengajaknya untuk bekerja di Java Industrial Film (JIF) milik The.[2]
Fim pertama Tan di JIF adalah Dasima, yang menceritakan seorang wanita yang dimanfaatkan oleh pria yang menikahinya, karena pria tersebut sebenarnya tidak mencintainya. Cerita di film tersebut pun berbeda dengan di sumbernya,[3] yakni novel Tjerita Njai Dasima karya G. Francis tahun 1896.[4] Film tersebut kemudian diikuti oleh Matjan Berbisik, sebuah drama yang menceritakan dua anak laki-laki bersaudara yang bersaing ketat untuk mendapatkan cinta dari seorang wanita;[5] Sorga Palsoe, sebuah drama yang menceritakan perselisihan di dalam sebuah keluarga Tionghoa;[6] dan Melati van Agam, adaptasi kedua dari drama berjudul sama karya Parada Harahap.[7]
Pada tahun 1941, Tan menyutradarai sejumlah film lain, dimulai dengan Si Gomar. Film yang menceritakan dua orang bersaudara yang telah lama terpisah dan hampir menikahi satu sama lain tersebut merupakan film fitur pertama dari Tan Tjeng Bok, mantan bintang teater di Dardanella.[8] Tan kemudian melanjutkan dengan sejumlah film pada tahun 1941, seperti Srigala Item, sebuah adaptasi dari The Mark of Zorro;[9] Matula, sebuah film tentang cinta dan sihir;[10] Singa Laoet, yang menceritakan sekelompok perompak;[11] dan Tengkorak Hidoep,[12] yang disebut sebagai film horor pertama yang diproduksi di Indonesia.[a][13] Walaupun hanya aktif selama dua tahun, Tan adalah salah satu sutradara paling aktif di Hindia Belanda pada periode tersebut.[14]
Pada masa pendudukan Jepang, yang menyebabkan hampir semua perusahaan produksi film di Indonesia ditutup, Tan fokus di bidang jurnalisme.[2] Namun, Tan kemudian bercerita kepada sejarawan film Indonesian Misbach Yusa Biran bahwa ia berhasil menyelesaikan Air Mata Iboe selama pendudukan Jepang.[15] Selama masa pendudukan Jepang, Tan terutama menulis tentang olahraga, dan kemudian menulis kilas balik tentang kehidupan di Hindia Belanda.[1] Ia juga menulis sejumlah film untuk Young pada tahun 1949, walaupun tidak lagi aktif sebagai sutradara.[16] Selama dekade 1950-an, Tan menjadi kepala editor dari majalah Djaja,[1] dan menulis dengan pseudonim Tanu Trh. Ia pun tetap aktif hingga meninggal pada tahun 1984.[5]
Remove ads
Filmografi
Tan terlibat di proses produksi dari 12 film dalam jangka waktu sepuluh tahun, dengan menjadi sutradara di 9 film di antaranya.[16] Sejumlah film Tan berada di bawah naungan anak usaha JIF, yakni Action Film,[17] dan menargetkan penonton kelas bawah.[18] Sebagian besar film Tan cukup sukses,[2] walaupun sebagian lain, seperti Sorga Palsoe, tidak terlalu sukses.[6]
- Dasima (1940) – Sebagai sutradara
- Matjan Berbisik (1940) – Sebagai sutradara dan penulis naskah
- Sorga Palsoe (1940) – Sebagai sutradara
- Melati Van Agam (1940) – Sebagai sutradara
- Si Gomar (1941) – Sebagai sutradara dan penulis cerita
- Srigala Item (1941) – Sebagai sutradara dan penulis cerita
- Matula (1941) – Sebagai sutradara dan sinematografer
- Singa Laoet (1941) – Sebagai sutradara, penulis naskah, penulis cerita, sinematografer, dan manajer suara
- Tengkorak Hidoep (1941) – Sebagai sutradara, penulis naskah, penulis cerita, sinematografer, dan manajer suara
- Sehidup Semati (1949) – Sebagai penulis naskah
- Saputangan (1949) – Sebagai penulis naskah
- Bengawan Solo (1949) – Sebagai penulis naskah
Remove ads
Catatan
- JB Kristanto, dalam katalog film Indonesia buatannya, menyebut Lisa (1971) sebagai film horor pertama yang diproduksi di Indonesia; sementara Tengkorak Hidoep diklasifikasikan sebagai film petualangan di katalognya.[13]
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads