Arianisme
denominasi Kristen / From Wikipedia, the free encyclopedia
Arianisme (Yunani Koine:Ἀρειανισμός, Areianismós) adalah doktrin Kristologi[1][2][3] nontrinitarian[1] yang berpendirian bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah, yang diperanakkan Allah Bapa,[1] dan berbeda dari Allah Bapa sehingga lebih rendah daripada Allah, dan bahwa Putra Allah juga adalah Allah Putra tetapi tidak sama kekalnya dengan Allah Bapa.[1][4] Teologi Arian mula-mula dianggap berasal dari Arius[1][3] (ca. 256–336 M), seorang presbiter di kota Aleksandria, Mesir. Istilah kaum Arian berasal dari nama Arius, dan (sama seperti istilah orang Kristen) bukan sebutan yang mereka gunakan untuk menyebut diri sendiri, melainkan sebutan dari orang-luar.[5] Ajaran-ajaran Arius dan para pendukungnya mengenai kodrat Tritunggal dan kodrat Kristus pada hakikatnya bertentangan dengan pandangan-pandangan teologis yang dianut umat Kristen Homoousian. Konsep Kristus Arian didasarkan atas keyakinan bahwa Putra Allah tidak senantiasa ada, tetapi diperanakkan di dalam waktu oleh Allah Bapa, dan oleh karena itu Yesus tidak sama kekalnya dengan Allah Bapa.[1][4]
Arius | |
---|---|
Lahir | 256 Ptolemais (sekarang Libya), Kekaisaran Romawi |
Meninggal | 336 (aged 80) Constantinople, Thracia, Bizantium (sekarang Istanbul) |
Pekerjaan | Presbyter (penatua gereja) |
Karya terkenal | Thalia |
Kiprah di bidang teologi | |
Era | 3rd and 4th centuries AD |
Bahasa | Yunani Koine |
Tradisi atau gerakan | Arianisme |
Pertikaian terjadi antara kedua tafsir (Arianisme dan Homoousianisme) yang sama-sama didasarkan pada teologi ortodoks kala itu, masing-masing berusaha untuk memecahkan dilema teologinya.[4] Dengan demikian, sejak semula kedua tafsir yang sama-sama ortodoks ini sengaja memicu konflik guna menarik perhatian para pakar dan merumuskan ajaran ortodoks yang baru.[4] Homoousianisme secara resmi dikukuhkan sebagai tafsir yang benar oleh dua Konsili Ekumenis yang pertama. Konsili Nikaia Pertama pada 325 menyatakan Arianisme sebagai bid'ah.[6] Seluruh mazhab utama dalam agama Kristen sekarang ini menganggap Arianisme sebagai paham yang heterodoks dan sesat.[7]
Menurut Everett Ferguson, "Sebagian besar umat Kristen tidak benar-benar memahami ajaran-ajaran mengenai Tritunggal dan tidak memahami pokok masalah yang dipertikaikan."[6] Dalam Sinode Tirus pertama yang bertaraf regional pada 335, Arius diputuskan tidak bersalah.[8] Konstantinus Agung dibaptis oleh seorang uskup berpaham Arianisme, Eusebius dari Nikomedia.[9][10] Setelah kematian Arius dan Konstantinus, Arius sekali lagi dianatema dan dinyatakan sebagai ahli bid'ah dalam Konsili Konstantinopel pertama pada 381.[11] Kaisar Konstantius II (337–361) dan Kaisar Valens (364–378) adalah penganut Arianisme atau Semi-Arianisme, sama seperti Raja Italia pertama, Odoaker (433?–493), dan orang-orang Lombardia sampai abad ke-7.
Istilah Arianisme juga digunakan sebagai sebutan bagi ajaran-ajaran teologi anti-Tritunggal abad ke-4, yang mengganggap Yesus Kristus—Putra Allah, Sang Logos—sebagai makhluk yang diperanakkan (sama seperti ajaran Arianisme dan Anomoeanisme) ataupun sebagai makhluk yang tidak tak-tercipta maupun tidak tercipta sebagaimana makhluk-makhluk lain diciptakan (sama seperti ajaran Semi-Arianisme).