Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Bahasa Madura

bahasa Melayu-Polinesia yang dituturkan di pulau Madura Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Bahasa Madura
Remove ads

Bahasa Madura (Bhâsa Madhurâ; pelafalan [bʰɤsa maʈʰurɤ], Pèghu: ٻاْسا ماڊوراْ, Carakan: ꦧꦱꦩꦢꦸꦫ) adalah bahasa Austronesia yang digunakan suku Madura di Jawa Timur, Indonesia. Bahasa ini digunakan oleh sekitar 10 hingga 13,6 juta penutur per-tahun 2008,[1] dengan penuturnya sebagian besar terpusat di Pulau Madura dan kawasan Tapal Kuda di Jawa Timur yang membentang dari Pasuruan hingga Banyuwangi, serta di Kepulauan Masalembo dan Bawean.

Fakta Singkat BPS: 0091 4 Bhâsa Madhurâ ٻاْسا ماڊوراْ ꦧꦱꦩꦢꦸꦫ, Pengucapan ...

Penutur bahasa Madura yang merupakan transmigran, juga dapat ditemui di pulau Kalimantan, masyarakat etnis Madura terutama mendiami wilayah Sambas, Kubu Raya, Pontianak, Bengkayang, dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka terkonsentrasi di wilayah Kotawaringin Timur, Palangkaraya, dan Kapuas.

Remove ads

Sistem penulisan

Ringkasan
Perspektif

Huruf abjad

Huruf abjad Latin yang digunakan dalam ejaan bahasa Madura sebagai berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.[6]

Informasi lebih lanjut Huruf, Nama ...

Huruf vokal

Informasi lebih lanjut Huruf Vokal, Contoh di Awal Kata ...

Catatan:
1. Vokal /a/ mempunyai dua variasi bunyi, yakni [a] dan [â]; vokal /a/ akan berbunyi [a] apabila konsonan yang dilekatinya berupa konsonan takbersuara dan konsonan nasal, akan berbunyi [â] apabila konsonan yang dilekatinya berupa konsonan bersuara. Untuk keperluan praktis, kedua simbol bunyi /a/ tersebut sama-sama digunakan.
2. Tanda diakritik (') pada huruf vokal /è/ tetap digunakan karena /è/ dan /e/ dalam bahasa Madura merupakan fonem yang berbeda, seperti pada kata seksek (sesak) dan sèksèk (iris), tèmbhâng (timbang) dan tembhâng (Iagu).

Huruf konsonan

Informasi lebih lanjut Huruf Konsonan, Contoh di Awal Kata ...

Catatan:
1. Konsonan /f/, /q/, /v/, /x/, dan /z/ dipakai dalam bahasa Madura untuk penulisan kata yang merupakan unsur serapan.
2. Untuk kepentingan praktis, bunyi hamzah atau glotal stop ([?]) dilambangkan dengan tanda apostrof (..'..). Digunakannya lambang tersebut karena /k/ velar ([k]) dan /k/ glotal ([?]) dalam bahasa Madura merupakan fonem yang berbeda. Di samping itu, bunyi glotal stop dalam bahasa Madura banyak yang berposisi di tengah kata, Contoh: paka’ [paka?] (rasa sepat), cèlo’ (rasa masam), dan pa’a’ [pa?a?] (tatah [alat untuk melubangi kayu]).

Gabungan huruf konsonan

Dalam bahasa Madura terdapat lima gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu: kh, ng, ny, sy, dan th, serta lima konsonan beraspirasi. Dalam bahasa Madura, konsonan beraspirasi dan konsonan tidak beraspirasi merupakan fonem yang berbeda sehingga perlu diberi simbol yang berbeda juga. Misalnya, bârâ (bengkak) dan bhârâ (paru-paru); ḍâḍâ (dada) dan ḍhâḍhâ (cepat letih); bâjâ (saat, waktu) dan bâjhâ (baja [sejenis logam]) serta bâgi (bagi) dan bâghi (berikan).

Informasi lebih lanjut Huruf Konsonan, Contoh di Awal Kata ...

Huruf diftong

Di dalam bahasa Madura terdapat tiga buah diftong yang dilam­bangkan dengan ay, oy, dan uy.

Informasi lebih lanjut Huruf Konsonan, Contoh di Awal Kata ...
Remove ads

Tata bahasa

Ringkasan
Perspektif

Pronomina persona

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang; yang dibagi menjadi pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Pronomina persona yang digunakan dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:

Informasi lebih lanjut Persona, Tingkat tutur ...

Bahasa Madura juga memiliki pronomina tak tentu antara lain sabbhân orèng 'masing-masing', dhibi' 'sendiri', bi'-dhibi' 'masing-masing', sapa orèng 'barang siapa', sapa bhâi 'siapa saja', ano 'anu' dan sebagainya.

Demonstrativa

Informasi lebih lanjut dekat, jauh ...

Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk benda dan kejadian adalah: arèya 'ini', jârèya 'itu', dan arowa 'itu'. Dalam penggunaan, a pada kata arèya dan arowa sering dilesapkan; sehingga kata-kata tersebut sering dituturkan rèya, jârèya, dan rowa.

Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk tempat adalah: diyâ 'sini', dinna' 'sini', jâdiyâ 'situ', dan dissa' 'sana'. Dalam penggunaan, antara diyâ dan dinna' sering tumpang tindih atau saling berganti, dan yang paling sering digunakan adalah diyâ. Akan tetapi, antara jâdiyâ dan dissa' tidak pernah tejadi penggunaan yang tumpang tindih; karena keduanya tidak dapat saling menggantikan kata yang lain. Sebagai penunjuk tempat kata-kata tersebut biasanya dirangkaikan dengan preposisi pengacu arah: è 'di', dâri 'dari', dan

' atau ka 'ke'. Demonstrativa yang digunakan untuk penunjuk ihwal ialah bâriyâ 'begini', cara jârèya 'begitu', dan iyâ arèya 'yaitu'.

Nomina

Nomina dalam bahasa Madura berdasarkan bentuk dapat dikategorikan menjadi dua antara lain nomina dasar dan turunan.

Nomina dasar

Nomina dasar adalah nomina yang berupa bentuk dasar, tidak dirangkai dengan satuan lain.

tasè' laut, pantai
angèn angin, udara
ombâ' ombak
pancèng pancing
jhuko' ikan
tarètan saudara
tegghâl ladang
bengko rumah
ana' anak
binè istri
lakè suami
soso payudara
soko kaki
kopèng telinga

Nomina turunan

Nomina turunan adalah nomina yang berupa bentuk kompleks. Nomina turunan dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi (a) nomina berafiks, (b) nomina reduplikasi, (c) nomina gabungan proses, dan (d) nomina komposisi.

Nomina berafiks
kapèssèan keuangan
pabengkon tempat tinggal
pasampanan tukang sampan
kaparloan keperluan
pamandiân pemandian
Nomina reduplikasi
nè-binè bibit
bâbinè perempuan
tatello' tiga buah
lân-jhâlân tempat berjalan
ghu'-tegghu' pegangan
Nomina gabungan proses
tètèngghun tontonan
bâbellin pembelian
bâbâlân nasehat
ko-bengkoan rumah-rumahan
rân-jhârânan kuda-kudaan
Nomina komposisi
para' sèyang dini hari
ghumo' dâdâ bukit dada
pè-sapèyan pappa penurut
bhârâng panas barang haram
kaca kebbhâng cermin, contoh

Numeralia

Informasi lebih lanjut Angka, Bentuk dasar ...

Bilangan gugus atau bentuk klitika dalam numeralia dimulai dengan sa 'satu'. Bilangan gugus yang penyebutannya khusus adalah saghâmè 'dua puluh lima', saèket/sèket 'lima puluh', dan sabidhâk 'enam puluh'. Komponen yang digunakan untuk menyebut bilangan gugus adalah polo 'puluh', ratos 'ratus', èbu 'ribu', dan juta 'juta'. Contoh penggunaannya yaitu:

10 sapolo 100 saratos
20 dupolo 200 duratos
30 tello polo 600 nemmatos
40 pa' polo 700 pèttong atos
50 saèket 8000 bâllung èbu
60 sabidhâk 9000 sangang èbu
70 pèttong polo 60000 sabidhâk èbu
80 bâllung polo 1000000 sajuta
90 sangang polo 4000000 pa'juta
Remove ads

Kosakata

Ringkasan
Perspektif

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura juga memiliki serapan dari bahasa Melayu sebagai sesama bangsa Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura juga memiliki keterkaitan erat dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali mengingat masih merupakan satu komunitas budaya. Sebagian kata-kata dalam bahasa Madura mirip bahasa Melayu, bahkan ada beberapa kata yang mirip dengan yang ada pada dengan Bahasa Banjar, bahasa Minangkabau maupun bahasa bahasa di Pulau Sumatera & Kalimantan lainya, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda. Minangkabau mengucapkan "a" sebagai "o" pada posisi akhir, sedangkan pada bahasa Madura, diucapkan "ə" ("e" pepet) atau "a".

Contoh:

  • bilâ (huruf "â" dibaca [ə] ) sama dengan bahasa Melayu, bila = kapan
  • orèng = orang
  • tadâ' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
  • dimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
  • tanya = tanya
  • cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis: cakalang tetapi tidak sengau)
  • ongghu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
  • kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau) = ke mana?
  • pasir (baca: beddhi mirip dengan kata wedhi di Jawa)

Sistem pengucapan

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd, dan bb. Namun penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].

Remove ads

Tingkatan bahasa

Ringkasan
Perspektif

Bahasa Madura sebagaimana bahasa Sasak dan bahasa Bali juga mengenal tingkatan-tingkatan, tetapi agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:

  • Bentuk Kalimat Paling Sopan, Paling Formal (Èngghi-Bhunten)

Èngghi-Bhunten adalah bentuk kalimat yang paling sopan dan paling halus yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara ataupun yang sedang dibicarakan. Seperti berbicara kepada orang tua, orang yang lebih tua, guru, orang yang lebih tinggi jabatannya, tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh yang dihormati oleh masyarakat umum.

  • Bentuk Kalimat Sopan, Alami, Formal (Engghi-Enten)
  • Bentuk Kalimat Santai, Informal, Akrab (Enjâ'-Iyâ)

Enjâ'-Iyâ adalah bentuk kalimat yang digunakan dalam situasi keakraban di antara teman sebaya atau orang-orang yang lebih muda. Enjâ'-Iyâ biasanya sering dipakai dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Enjâ'-Iyâ tidak umum digunakan ketika dalam pertemuan pertama, biasanya penutur meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-Iyâ setelah mengenal satu sama lain. Terhadap penutur yang lebih muda atau anak-anak, Enjâ'-Iyâ umum dan dapat diterima untuk digunakan tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Penggunaan Enjâ'-Iyâ terhadap senior atau orang yang lebih tua atau tinggi jabatannya tanpa izin, dianggap tidak sopan. Enjâ'-Iyâ hanya digunakan dengan orang yang sebaya usianya, dengan orang yang lebih muda, atau (jika dengan orang yang lebih tua) harus seizin orang tersebut.

Jika tidak diketahui usia atau status orang yang diajak bicara, lebih baik tidak menggunakan Enjâ'-Iyâ. Namun jika tahu orang tersebut usianya lebih muda, boleh menggunakan Enjâ'-Iyâ, tapi untuk kenyamanan lebih baik minta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-Iyâ.

Contoh:

  • "¿Saponapa arghâèpon pao panèka?" : Berapa harga mangganya? (Èngghi-Bhunten)
  • "¿Sanapè arghâna paona?" : Berapa harga mangganya? (Engghi-Enten)
  • "¿Bârâmpa arghâna paona?" : Berapa harga mangganya? (Enjâ'-Iyâ)
Remove ads

Dialek

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Peta persebaran dialek-dialek bahasa Madura.

Bahasa Madura juga memiliki dialek yang tersebar di seluruh wilayah penuturnya. Terdapat beberapa dialek yang umum digunakan, seperti:[7]

  1. Dialek Bangkalan (di Bangkalan)
  2. Dialek Bawean (di Bawean)
  3. Dialek Giliraja–Raas (di Giliraja dan Raas)
  4. Dialek Pamekasan (di Pamekasan)
  5. Dialek Pendalungan (di Tapal Kuda)
    1. Dialek Banyuwangi
    2. Dialek Bondowoso
    3. Dialek Jember
    4. Dialek Lumajang
    5. Dialek Pasuruan
    6. Dialek Probolinggo
    7. Dialek Situbondo
  6. Dialek Sampang (di Sampang)
  7. Dialek Sapudi (di Pulau Sapudi)
  8. Dialek Sumenep (di Sumenep)

Dialek yang dijadikan acuan standar bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep pada masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Sementara itu, di ujung timur Jawa, dialek-dialek ini sering bercampur dengan bahasa Jawa, dialek ini sendiri disebut sebagai dialek Pendalungan. Masyarakat Tapal Kuda di luar Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai bahasa Jawa, selain bahasa Madura.

Contoh pada kasus kata ganti 'kamu':

  • kata bâ'en untuk 'kamu' umum digunakan di Madura. Namun kata bâ'na dipakai di Sumenep dan Bawean.
  • sedangkan kata kakè untuk 'kamu' lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
  • hèdâ dan sèdâ untuk 'kamu' dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.
Remove ads

Perbandingan bahasa

Ringkasan
Perspektif

Perbandingan dengan bahasa Melayu

Persamaan suara, contohnya:

  • Dâpor = dapur
  • Kangan = kanan
  • Bânnya' = banyak
  • Maso' = masuk
  • Soro = suruh

Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:

  • Ngakan = makan
  • Ngènom = minum
  • Arangka' = merangkak
  • Ju'-toju' = duduk-duduk
  • Asapoan = menyapu
  • Acaca = bicara

Konsonan [j] biasanya ditukar ke [ɟ], seperti:

  • Bâjâr = bayar
  • Lajân = layan
  • Abhâjâng = sembahyang

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

  • Bhâbâng = bawang
  • Jhâbâ = Jawa

Perbandingan dengan bahasa Jawa

Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:

Bahasa Jawa = bahasa Bawean

  • Kadhung = kadung (bahasa Melayu = telanjur)
  • adung (bahasa Melayu = telanjur)
  • Petteng = peteng (bahasa Melayu = gelap)

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

Bahasa Jawa ~ bahasa Bawean

  • Lawang = labâng (dibaca /labɤŋ/) (bahasa Melayu = pintu)

Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [ɟ], seperti:

Bahasa Jawa ~ bahasa Bawean

  • Payu = paju (bahasa Melayu = laku)

Perbandingan dengan bahasa Banjar

Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:

Bahasa Banjar = bahasa Bawean

  • Mukena = mukena (bahasa Melayu = telekung sembahyang)
  • Bibini' = bibini (bahasa Melayu = perempuan)
  • Bukah = Berka' (bahasa Melayu = lari)
  • Aing = aèng (bahasa Melayu = air)

Perbandingan dengan bahasa Tagalog

Bahasa Bawean = bahasa Tagalog

  • Apoy = Apoy (bahasa Melayu = Api)
  • Èlong = elong; penggunaan [e] (bahasa Melayu = Hidung)
  • Matay = mamatay (bahasa Melayu = Mati)

Dialek Bawean

Contoh:

  • Èson terro ka bâ'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Èhon, Èson tidak dikenal di bahasa Madura)
  • Bhuk, bâdâ berrus? = Bu, ada sikat? (berrus dari kata brush)
  • Èkala'aken = ambilkan (di Madura èkala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken dalam dialek bawean).
  • Silling = langit-langit (dari kata ceiling)
Remove ads

Lihat juga

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads