Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Bhumibol Adulyadej
Mantan Raja Thailand, Pemimpin monarki terlama di dunia setelah Ratu Elizabeth II Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Paduka Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej (aksara Thai: ภูมิพลอดุลยเดช; IPA: Pengucapan Thai: [pʰu:mipʰon adunjadeːt]; ⓘ) (5 Desember 1927 – 13 Oktober 2016 ) atau dikenal sebagai Raja Rama IX adalah Raja Thailand sejak 9 Juni 1946. Naik takhta sejak usia 18 tahun, ia menggantikan kakaknya, Raja Rama VIII (Ananda Mahidol). Ia merupakan anggota Dinasti Chakri yang bersekolah di Sekolah Mater Dei (Bangkok). Putra Pangeran Mahidol Adulyadej ini melanjutkan sekolah dasarnya ke Lausanne ketika sebagian keluarganya pindah ke Swiss. Ia menjadi sangat terkenal di dunia berkaitan jabatannya sebagai Kepala Negara.
Ia menghabiskan pendidikan SLTA di Lausanne dan mendapat nilai tinggi pada Sastra Prancis, Latin, dan Yunani. Ia kemudian belajar Ilmu Pengetahuan di Universitas Lausanne ketika kakaknya (Ananda Mahidol) menjadi raja tahun 1935. Tetapi, kematian misterius kakaknya di bulan Juni 1946 menjadikannya raja pada 9 Juni 1946.
Saat itu, ia tidak langsung naik takhta karena diminta menyelesaikan studinya di Swiss. Ia diminta belajar hukum dan ilmu politik yang berguna sebagai raja. Saat akhir studi, ia sering melihat pabrik otomotif di Prancis dan bertemu dengan sepupu jauhnya (Mom Rajawongse Sirikit Kitiyakara) yang juga seorang putri Duta Besar Thailand di Paris.
Cinta pun bersemi. Sirikit diminta meneruskan sekolah di Lausanne. Pada Juli 1949, keduanya bertunangan dan menikah pada Mei 1950. Pernikahan keduanya membuahkan empat anak, yaitu seorang putra dan tiga putri. Putra-putri raja terlibat penuh dalam proyek-proyek raja.
Bhumibol memerintah dengan seorang wakil raja hingga tahun 1950 dan naik takhta sebagai Raja Rama IX. Kepemimpinannya mendapat tempat di hati rakyat karena sentuhan-sentuhan pribadinya. Penggemar musik jazz dan lagu kontemporer, ia memperoleh anggota kehormatan dari Institut Musik dan Seni Wina (Austria). Ia selalu memberi waktu untuk menyerahkan diploma pada setiap lulusan universitas negeri di Thailand. Tugasnya itu kemudian diambil alih oleh putra-putri raja.
Raja yang gemar fotografi dan mengarang atau menerjemahkan ini dikenal seorang atlet berlayar dan memperoleh medali emas dalam SEAP ke-4 pada tahun 1967 di Bangkok. Ia juga selalu kontak dengan atlet-atlet negaranya yang meraih medali emas. Pada awal Juni 2006, raja merayakan peringatan ke-60 tahun kenaikan takhta. Para raja atau keluarga kerajaan dari 25 negara menghadiri acara peringatan tersebut.
Ketika berolahraga jalan kaki di sekitar istana pada 24 Juni 2006, raja terjatuh. Akibatnya terjadi keretakan di tulang iga, memar-memar pada punggung dan pundak. Kejadian ini turut menurunkan kesehatan raja yang juga telah menderita sumsum tulang belakang pada 1995. Kondisi itu didiagnosis sebagai penyakit tulang belakang yang terjepit pada 2003 dan raja telah mendapatkan terapi fisik penyembuhan sejak tahun 2005. Pada 20 Juni 2006, Raja masuk Rumah Sakit Siraraj di Bangkok untuk menjalani operasi tulang belakang dan ia datang bersama permaisuri Ratu Sirikit, empat anaknya, dan para cucu.
Remove ads
Dunia politik
Ringkasan
Perspektif
Sebenarnya, raja enggan memasuki koridor politik. Tetapi, ketika menyangkut kehidupan rakyat banyak, ia tak bisa tinggal diam. Tahun 1973, secara jelas, ia menghendaki Marsekal Thanom Kittikachorn mundur dari rezim militer dan membentuk pemerintahan demokrasi. Menyusul kudeta tahun 1991, raja kemudian mendesak rezim militer pimpinan Jenderal Suchinda Kraprayoon mengadakan pemilu. Rakyat marah karena partai pemenang pemilu tahun 1992 menempatkan Jenderal Suchinda sebagai perdana menteri.
Raja memanggil Jenderal Suchinda dan Mayjen Chamlong Srimuang yang pro-demokrasi. Kedua jenderal menghadap raja sambil berlutut. Raja hanya minta agar demokrasi ditegakkan. Sejak itu, kudeta militer menjadi tabu. Pada ulang tahunnya yang ke-78 pada tahun 2005, raja mengkritik Perdana Menteri Thaksin Shinawatra agar bersedia menerima kritik karena itu adalah konsekuensi sebagai pemimpin.
"Jika Anda berpikir dia bertakhta untuk kekuasaan, Anda salah," demikian komentar umum tentang Raja Bumibol di Thailand dalam rangka Peringatan 50 Tahun Raja Bhumibol bertakhta pada tahun 1996 lalu.[1] [2]
Bhumibol sendiri pada pidato ulang tahunnya pada tahun 2005 menyatakan bahwa ia tidak melarang dirinya dikritik. "Saya juga mesti dikritik. Saya tidak takut jika kritikan tersebut terkait dengan kesalahan yang saya lakukan karena dengan begitulah saya sadar telah melakukan kesalahan. Jika raja dikatakan tidak bisa dikritik, itu artinya raja bukan manusia," kata sang raja. "Anggapan bahwa raja tidak mungkin berbuat salah adalah penghinaan karena itu artinya raja bukan manusia. Saya bisa berbuat salah dan saya tidak takut dikritik langsung," kata sang raja.[3]
"Saya ingin menyatakan kalau saya bisa dikritik. Mungkin saya kadang-kadang membuat kesalahan. Kasih tahu saya saja kalau memang saya salah. Dan kalau seseorang mengkritik Raja, saya ingin tahu mengapa? Saya salahnya di mana?" kata sang raja.[4]
Kepemimpinannya yang telah 60 tahun di Thailand menjadikan raja sebagai kepala negara terlama di dunia. Keteladanan serta integritas Raja Bhumibol dirasa pantas diambil contoh. Hak dan kesejahteraan petani pun diambil seperti terlihat dengan kebijakan impor beras. Baginya, petani adalah segalanya. Raja juga mengharapkan kepada para politikus, aparat negara, dan segenap lapisan masyarakat untuk tidak selalu melibatkan raja agar terjadi proses pembelajaran politik di negaranya.
Remove ads
Wafat
Sejak Agustus 2015, Paduka Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej masuk ke Rumah Sakit Siriraj, Bangkok untuk mendapatkan perawatan hidrosefalus dan infeksi paru-paru. Sejak itu, kondisinya tidak banyak membaik.
Beberapa hari sebelum mangkat, ia diumumkan dalam kondisi yang tidak stabil dan pada tanggal 13 Oktober 2016, pihak kerajaan Thailand mengumumkan wafatnya Sang Raja pada pukul 15.52 waktu setempat (sama dengan WIB).[5][6]
Remove ads
Penghargaan[7]
- Monogram kerajaan Raja Bhumibol Adulyadej
Dalam Negeri
Thailand :
Sovereign Grand Master of the Most Auspicious Order of the Rajamitrabhorn (22 November 1962-13 October 2016)
Sovereign Grand Master of the Most Illustrious Order of the Royal House of Chakri (9 June 1946-13 October 2016)
Knight of the Most Illustrious Order of the Royal House of Chakri (14 November 1938-9 June 1946)
Sovereign Grand Master of the Most Illustrious Order of Chula Chom Klao (9 June 1946-13 October 2016)
Knight Grand Cross (First Class) of the Most Illustrious Order of Chula Chom Klao (20 September 1935-9 June 1946)
Sovereign Grand Master of the Most Honourable Order of Rama (9 June 1946-13 October 2016)
Sovereign Grand Master of the Most Exalted Order of the White Elephant (9 June 1946-13 October 2016)
Sovereign Grand Master of the Most Noble Order of the Crown of Thailand (9 June 1946-13 October 2016)
Sovereign Grand Master of the Most Admirable Order of the Direkgunabhorn (22 July 1991-13 October 2016)
Sovereign Grand Master of the Order of Symbolic Propitiousness Ramkeerati (26 November 1987-13 October 2016)
Grand Master of Bravery Medal (9 June 1946-13 October 2016)
Grand Master of Freeman Safeguarding Medal (21 February 1969-13 October 2016)
Dushdi Mala Medal - Military (9 June 1946-13 October 2016)
Border Service Medal (22 September 1954-13 October 2016)
Chakra Mala Medal (9 June 1946-13 October 2016)
Royal Cypher Medal of Rama VIII (First Class) (14 November 1939-13 October 2016)
Commemorative Medal on the Occasion of the 150th Years of Rattanakosin Celebration (1932-13 October 2016)
Luar Negeri
Afrika Selatan :
Grand Cross of the Order of Good Hope (1995)
Amerika Serikat :
Chief Commander of the Legion of Merit (1960)[8]
Argentina :
Collar of The Order of the Liberator General San Martín (1960)
Austria :
Grand Star of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria (1964)[9]
Belanda :
Knight Grand Cross of the Order of the Netherlands Lion (1960)
Belgia :
Grand Cordon of the Order of Leopold (1960)[10]
Brazil :
Collar of the Order of the Southern Cross
Britania Raya :
Royal Victorian Chain (1960)[11]
Brunei :
Burma :
Grand Commander of the Order of Truth (1960)
Chile :
Grand Collar of the Order of Merit (1981)
Ceko :
Grand Collar of the Order of the White Lion (1994)[12]
Denmark :
Knight of the Order of the Elephant (RE) (1960)[13]
Ethiopia :
Grand Cordon with Collar of the Order of the Queen of Sheba (1968)
Filipina :
Grand Collar of the Order of Sikatuna, Rank of Raja (GCS) (1963)[14]
Chief Commander of the Philippine Legion of Honor (CCLH) (1968)[15]
Finlandia :
Commander Grand Cross of the Order of the White Rose of Finland (1996)
Indonesia :
Iran :
1st Class of the Order of Pahlavi (1967)[18]
Italia :
Knight Grand Cross with Collar of the Order of Merit of the Italian Republic (OMRI) (1960)[19][20]
Jepang :
Grand Cordon with Collar of the Supreme Order of the Chrysanthemum (1963)[21][22]
Jerman :
Grand Cross Special Class of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany (1960)[23]
Kamboja :
Grand Cross of the Royal Order of Cambodia (1954)
Laos :
Order of Phoxay Lane Xang (1992)
Kerajaan Laos :
Grand Cordon of the Order of the Million Elephants and the White Parasol (1963)
Grand Cross of the Order of The Crown of Laos (1963)
Kerajaan Nepal :
Nepal Pratap Bhaskara (1986)
Kerajaan Yunani :
Grand Cross of the Order of the Redeemer (1963)
Korea Selatan :
Grand Order of Mugunghwa (1966)[24]
Republic of Korea Medal or 1st Class of the Order of Merit for National Foundation (1981)
Luksemburg :
Knight of the Order of the Gold Lion of the House of Nassau
Grand Cross of the Order of the Oak Crown (1960)[25]
Malaysia :
Darjah Utama Seri Mahkota Negara (DMN) (1962)[26]
Selangor :
Terengganu :
Mexico :
Collar of the Order of the Aztec Eagle (1971)
Norwegia :
Grand Cross with Collar of the Royal Norwegian Order of St. Olav (1960)[27]
Pakistan :
Nishan-e-Pakistan (NPk)
Perancis :
Grand Cross of the National Order of the Legion of Honour (1960)[28]
Peru :
Grand Cross with Diamonds of the Order of the Sun of Peru (1996)[29]
Portugal :
Grand Cross of the Sash of the Three Military Orders (Order Of Christ, Order of Saint Benedict of Aviz, and Order of St. James of the Sword) (1960)
Grand Collar of the Order of Prince Henry (GColIH) (1999)
Romania :
Collar of the Order of the Star of Romania (2000)[30]
Spanyol :
Knight of the Distinguished Order of the Golden Fleece (2006)
Knight Grand Cross with Collar of the Royal and Distinguished Spanish Order of Charles III (1987)[31]
Knight Grand Cross with Collar of the Order of Isabella the Catholic (CoYC) (1960)[32]
Collar of the Order of Civil Merit (1960)[33]
Swedia :
Knight of the Royal Order of the Seraphim (RSerafO)[34]
Taiwan :
Grand Cordon of the Order of Brilliant Jade (1963)[35]
Vatikan :
Knight with Collar of the Order of Pope Pius IX (GCPO) (1960)
Vietnam Selatan :
Kim Khanh Decoration, 1st Class (1959)
Yugoslavia :
Great Star of the Order of the Yugoslav Star (1979)
Remove ads
Referensi
Lihat pula
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads