Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Blandongan, Banjarharjo, Brebes

desa di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Remove ads

Blandongan adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Banjarharjo, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia.

Fakta Singkat Negara, Provinsi ...

Desa Blandongan terletak sekitar 3 km ke arah timur dari desa Bandungsari dan berjarak sekitar 17 Km dari Banjarharjo, sekitar 47 km dari ibu kota kabupaten Brebes. Kepala desa Blandongan saat ini adalah Carpudin SE

Remove ads

Geografi

Desa Blandongan terletak di kaki Gunung Kumbang dan berada pada wilayah yang berbukit-bukit. Desa ini memiliki kontur tanah yang tidak rata dengan sebagian besar wilayahnya terdiri dari hutan, lahan pertanian, serta kebun masyarakat. Kondisi geografis ini menjadikan desa memiliki udara yang sejuk dan lingkungan yang masih alami.[butuh rujukan]

Batas Wilayah

Penggunaan Lahan

  • Sawah: umumnya digunakan untuk budidaya padi, namun kadang juga menyesuaikan musim—saat kemarau ditanami jagung.[butuh rujukan]
  • Tegalan: ditanami palawija dan tanaman musiman lainnya.[butuh rujukan]
  • Lahan kering dan Perbukitan: digunakan untuk tanaman buah-buahan, empon-empon, dan tanaman keras lainnya (ini hanya minoritas).[butuh rujukan]

Iklim

Iklim di desa ini tergolong sejuk dan bersih dari polusi udara. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya yang dikelilingi hutan dan minimnya aktivitas industri maupun transportasi padat.[butuh rujukan]

Remove ads

Demografi

Ringkasan
Perspektif

Desa Blandongan memiliki jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dan tersebar di tiga wilayah utama: Blandongan, Bulaklega, dan Caruy. Sebagian besar penduduk bermukim secara tersebar di kawasan perbukitan, lahan pertanian, serta area yang berdekatan dengan jalan desa dan pusat aktivitas sosial masyarakat.[butuh rujukan]

Komposisi Penduduk

Penduduk Desa Blandongan terdiri dari berbagai kelompok usia dan latar belakang sosial, dengan komposisi sebagai berikut:[butuh rujukan]

  • Mayoritas beragama Islam
  • Mata pencaharian utama adalah petani dan buruh tani
  • Tingkat pendidikan bervariasi dari lulusan sekolah dasar hingga perguruan tinggi[butuh rujukan]

Kepadatan dan Persebaran

Dengan luas wilayah sekitar 337,42 hektare, kepadatan penduduk di desa ini tergolong rendah hingga sedang. Wilayah yang paling padat umumnya berada di sekitar pusat desa dan area yang lebih datar seperti Dukuh Caruy.[butuh rujukan]

Mobilitas dan Migrasi

Sebagian warga, terutama usia produktif, bekerja di luar desa atau luar daerah, baik sebagai buruh, pekerja sektor informal, maupun tenaga kerja Indonesia (TKI). Hal ini turut memengaruhi pola demografi, terutama dalam hal pendapatan rumah tangga dan komposisi usia produktif di desa.[butuh rujukan]

Remove ads

Populasi (2024)

Riset: 18 Sept 2024[butuh rujukan]

  • 4.251 (Total Jiwa)
  • 1.513 (Kepala Keluarga)
  • 2.102 (Laki Laki)
  • 2.149 (Perempuan)
  • 477 (Remaja)

Potensi wisata

Di desa blandongan untuk saat ini ada suatu tempat yang lumayan sedikit jauh dari perkampungan yaitu dipesisir Gunung Kumbang yang sering di kunjungi oleh masyarakat sekitar orang-orang sering mengatakannya pemakaman Mbah Buyut Ditawangsa yaitu sebuah tempat untuk berjiaroh[butuh klarifikasi] tetapi banyak yang menyalahgunakannya untuk tempat pemujaan. Padahal, menurut sejarahnya awalnya tempat ini adalah sebuah padepokan pada masa Sunan Gunung Jati dalam proses penyebaran agama Islam ke wilayah Galuh. Gunung Kumbang merupakan batas antara wilayah Cirebon dan Galuh pada masanya.[butuh rujukan]

Remove ads

Mata pencaharian

Mata Pencaharian utama warga Blandongan adalah Petani dan Berkebun—bahkan sering disebut sebagai penjajah[butuh klarifikasi] karena lahan pertanian di sekitar desa tetangga seperti desa Bandungsari dan desa Sindangheula sebagaian besar digarap oleh warga desa Blandongan, baik melalui sistem beli ataupun gadai.[butuh rujukan]

Sebagai pekerjaan sampingan banyak warga yang memelihara sapi dan kambing, selain itu banyak warga yang merantau ke daerah Jakarta Raya dan luar Jawa untuk mencari pekerjaan, mereka akan kembali ke kampung halaman ketika hari raya, musim hajatan dan musim panen tiba.[butuh rujukan]

Remove ads

Mitos

Maling

Konon katanya Maling 90% tidak bisa lolos keluar dari Desa ini dengan mudah (tertangkap) karena cuman ada satu akses jalan ke Desa ini.[butuh rujukan]

Wayang Golek

di Desa ini melarang keras mengadakan hiburan Wayang Golek baik itu di acara hajatan atau pesta dadakan, konon katanya jika ada salah satu warga yang mengadakan hiburan wayang golek di Blandongan, akan terjadi hal yang tidak di inginkan terjadi baik itu menimpa tuan hajat atau warga Blandongan.[butuh rujukan]

Remove ads

Ekonomi

Sebagian besar penduduk Desa Blandongan bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian desa dengan pemanfaatan lahan sawah, tegalan, dan kawasan hutan produksi yang dikelola bersama pihak Perhutani.[butuh rujukan]

Komoditas utama

Komoditas pertanian utama di Desa Blandongan antara lain:[butuh rujukan]

  • Padi – dengan varietas populer seperti Cisadane, Pertiwi, dan Ketan.
  • Jagung – ditanam di lahan tegalan dan sebagian di lahan milik Perhutani.
  • Tanaman palawija – seperti kacang tanah dan ketela.
  • Tanaman empon-empon dan buah-buahan juga menjadi hasil pertanian tambahan.

Lahan perhutani

Masyarakat Desa Blandongan turut memanfaatkan lahan milik Perhutani seluas lebih dari 170 hektare untuk bercocok tanam secara tumpangsari. Pola kemitraan ini menjadi salah satu sumber penghasilan tambahan bagi warga desa.[butuh rujukan]

Potensi Pengembangan

Dengan kondisi tanah yang subur dan topografi yang mendukung, sektor pertanian di Desa Blandongan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terutama pada pengolahan hasil panen dan peningkatan produktivitas pertanian berkelanjutan.[butuh rujukan]

Remove ads

Budaya

Ringkasan
Perspektif

Desa Blandongan memiliki kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun dan masih dijaga oleh masyarakat hingga saat ini.[butuh rujukan]

Tradisi dan kegiatan adat

Beberapa tradisi adat yang masih dilestarikan antara lain:

  • Nyadran, tradisi ziarah ke makam Mbah Buyut, tokoh leluhur desa yang dihormati, biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan atau Setelah acara Ngepung Berkat dan disertai doa bersama.[butuh rujukan]
  • Ngepung Berkat, tradisi penyucian diri setelah Lebaran, mirip dengan tradisi lebaran ketupat, namun dilakukan beberapa jam setelah puncak acara Idulfitri. Setiap keluarga membawa hasil bumi atau sembako dalam wadah seperti ember ke masjid, lalu para kepala keluarga dan anak laki-laki berbondong-bondong mengepung berkat di masjid. Tradisi ini menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan berbagi rezeki.[butuh rujukan]

Kegiatan ini dilakukan bergiliran di tiga masjid utama:[butuh rujukan]

  • Masjid Jami Al-Muawanah (Desa Blandongan)
  • Masjid Baitul Muttaqin (Kampung Bulaklega)
  • Masjid Nurul Hidayah (Kampung Caruy)

Urutan pelaksanaan berubah setiap tahun, misalnya dari Blandongan ke Bulaklega lalu Caruy atau sebaliknya. Acara ini juga dilakukan di Idul Adha.[butuh rujukan]

Seni daerah

Kesenian khas Desa Blandongan adalah:[butuh rujukan]

  • Rudat – tarian bela diri tradisional yang dimainkan secara berkelompok (8-10 orang) dan diiringi alat musik rebana, dan dogdog. Pertunjukan Rudat sering ditampilkan pada peringatan hari besar Islam, HUT-RI dan acara lainnya.

Kearifan lokal

Nilai-nilai kearifan lokal seperti musyawarah, toleransi, dan solidaritas sosial menjadi landasan kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Blandongan.[butuh rujukan]

Remove ads

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads