Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Feisal Tanjung
tokoh militer Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Jenderal TNI (Purn.) Feisal Edno Tanjung (17 Juni 1939 – 18 Februari 2013 ), adalah seorang tokoh militer Indonesia. Feisal adalah alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1961. Seorang perwira yang memiliki pengalaman di bidang tempur, teritorial dan pendidikan. Awal kariernya banyak dihabiskan di pasukan khusus; Grup Sandhi Yudha RPKAD (sekarang Kopassus) dan kemudian di Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad.
Artikel ini kekurangan informasi dan perlu dikembangkan agar memenuhi standar Wikipedia. (Desember 2024) |
Remove ads
Latar belakang
Ringkasan
Perspektif
Putra ke-5 dari 10 bersaudara dari pasangan Amin Husin Abdul Mun’im Tanjung, seorang tokoh Muhammadiyah di Tapanuli Utara[2] dan Siti Rawani Hutagalung. Nama tengah "Edno" pada namanya disesuaikan dengan urutan kelahirannya (E adalah huruf ke-5 alfabet). Nama keluarga "Tanjung" bukan nama yang dibawa dari lahir. Tapi baru diadopsi ketika saudara tertua Feisal, Fahmi Ahda Tanjung, mulai memasuki bangku perkuliahan.[3]
Feisal merupakan seorang muslim yang taat, menghabiskan masa kecil di daerah pesisir pantai menimbulkan minat yang besar pada diri Feisal untuk menjadi seorang perwira Angkatan Laut. Dua kali Feisal mencoba mendaftar seleksi Akademi Angkatan Laut, dan dua kali ia tidak berhasil. Pertama, setelah lulus SMP, ia mencoba mendaftar menjadi aspiran kadet Akademi Angkatan Laut tetapi gagal karena tidak cukup umur. Kemudian setelah lulus SMA, Feisal mencoba kembali mendaftar untuk mengikuti seleksi kadet Akademi Angkatan Laut. Selain mendaftar ke AAL kali ini Feisal juga mendaftar untuk seleksi taruna Akademi Militer Nasional. Surat panggilan dari AMN datang terlebih dahulu, sehingga Feisal terpaksa membatalkan niatnya untuk menjadi perwira Angkatan Laut.[4]
Farouk Freddy Tanjung, adik kandung Feisal, kemudian mengikuti cita-cita awal abangnya untuk mendaftar ke Akademi Angkatan Laut. Farouk berhasil mencapai pangkat Brigjen Marinir, dengan jabatan terakhir Kastaf Korps Marinir TNI AL, sebelum kemudian ia meninggal dunia karena sakit.[5]
Remove ads
Karier
Ringkasan
Perspektif
Riwayat Pendidikan
- Akademi Militer Nasional 1961
- Kursus Dasar Para 1962
- Kursus Komando 1965
- Kursus Sandhi Yudha 1967
- Kursus Perwira Lanjutan Satu Infanteri 1967
- Kursus Perwira Lanjutan Dua Infanteri 1968
- Fuhrungsakademie (Seskoad), Hamburg, Jerman 1971
- Sekolah Staf dan Komando Gabungan 1977
- International Defence Management Course, Monterey, Amerika Serikat 1981
- Lemhanas 1982
Riwayat Operasi
- Operasi Masohi / RMS tahun 1963
- Operasi Trikora tahun 1963
- Operasi Dwikora tahun 1965
- Operasi G30S/PKI tahun 1965
- Operasi Wibawa OPM tahun 1967
- Penentuan Pendapat Rakyat tahun 1969
- Operasi Bhakti Kodam XVII/Tjenderawasih (Ekspedisi Lembah X) tahun 1969
- Pasukan Garuda ICCS IV Vietnam tahun 1973
- Operasi Seroja Timor Timur tahun 1976
Riwayat Jabatan
Di bawah ini adalah karier Feisal Tanjung sejak di militer hingga memiliki jabatan di Kabinet Pembangunan VII:[6][7][8]
- Komandan Peleton 1 Kompi 2 Yonif 152 Kodam XV/Pattimura
- Komandan Kompi 2 Yonif 152 Kodam XV/Pattimura
- Komandan Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD
- Komandan Detasemen 41 Grup 4 RPKAD
- Komandan Karsa Yudha 1 Grup 4 RPKAD
- Komandan Tim Ekspedisi Lembah X
- Wakil Komandan Grup 1 RPKAD (Grup 1/Para Komando)
- Dosen Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1972)
- Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
- Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad (1976)
- Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad
- Kepala Staf Komando Tempur Lintas Udara Kostrad
- Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad (Divisi Infanteri 1/Kostrad) (1981–1983)
- Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (1983–1985)
- Panglima Kodam VI/Tanjungpura (1985–1988)
- Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1988–1992)
- Kepala Staf Umum ABRI (1992–1993)
- Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (1993–1998)
- Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan VII masa kerja (14 Maret 1998 – 21 Mei 1998)
- Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam Kabinet Reformasi Pembangunan masa kerja (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Ekspedisi Lembah X

Pada tahun 1969 Pierre Dominique Gaisseau, menemui Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo, dengan maksud meminta izin untuk melakukan film dokumenter di sebuah lembah terasing di Irian Jaya.
Sarwo Edhie kemudian mengeluarkan perintah Operasi Bhakti Kodam XVII/Cenderawasih atau lebih dikenal dengan sebutan Ekspedisi Lembah X.
Untuk mendampingi Gaisseau dan kru televisi NBC Amerika serikat, dibentuklah tim gabungan personil RPKAD, Kodam XVII/Cenderawasih, dan TVRI[9][10] yang terdiri dari:
- Kapten Inf Feisal Edno Tanjung (RPKAD), komandan tim
- Kapten Azhim Zahif (Kodam XVII/Cenderawasih), wakil komandan tim
- Kapten Cdm dr. Bondan Haryono (RPKAD), perwira kesehatan
- Kapten Drs. Hadiritma (RPKAD), perwira sosial budaya
- Lettu Inf Sintong Panjaitan (RPKAD) perwira operasi
- Lettu Czi Agung Harmono (Zidam XVII/Cenderawasih), perwira zeni
- Capa Marwoto (RPKAD), perwira perhubungan
- Sersan Mayor Suparmin (RPKAD), bintara logistik
- Koptu Solichin (RPKAD), tamtama penghubung
- Prada Mami (Kodam XVII/Cenderawasih), putra daerah
- Prada Derek Vugu (Kodam XVII/Cenderawasih), putra daerah
- Hendro Subroto (TVRI), wartawan perang
Ekspedisi ini sukses melakukan kontak dengan suku terasing yang belum tersentuh peradaban luar. Namun disayangkan hasil film dokumenter Gaisseau dan kru NBC hilang terbawa arus sungai Meitanyeh.[11] Sehingga Gaisseau kemudian melakukan ekspedisi kedua dengan tim yang berbeda yang diberi nama Ekspedisi Nusantara Jaya.[10]
Pangdam VI/Tanjungpura
Karier militer Feisal Tanjung dari sejak lulus dari Akademi Militer Nasional sampai menjadi Panglima Kodam termasuk gemilang. Perwira dengan sembilan penugasan operasi militer ini mencapai pangkat Brigjen pada usia 43 tahun dan pangkat Mayjen pada usia 46 tahun.[8]
Pada pangkat Mayjen inilah, Feisal Tanjung mendapat kepercayaan menjabat Panglima Kodam VI/Tanjungpura. Proses penggabungan TNI AD pada tahun 1984-1985 menjadikan wilayah Kodam VI/Tanjungpura sangat luas, yaitu meliputi seluruh pulau Kalimantan. Sebelum penggabungan, pada pulau Kalimantan terdapat empat kodam; Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung Mangkurat, Kodam XI/Tambun Bungai, dan Kodam XII/Tanjungpura. Feisal adalah panglima pertama di Kodam VI/Tanjungpura.[12]
Dewan Kehormatan Militer
Nama Komandan Seskoad Mayjen TNI Feisal Tanjung mulai menjadi pembicaraan hangat setelah memimpin DKM (Dewan Kehormatan Militer) untuk tragedi Santa Cruz di Timor Timur tahun 1991. Penunjukan Feisal Tanjung oleh Presiden Soeharto saat itu membuat heran banyak orang karena saat itu KSAD Edi Sudrajat tidak menyodorkan namanya sebagai calon ketua DKM. Hasil rekomendasi DKM yang paling nyata adalah pencopotan Mayjen TNI Sintong Panjaitan - salah satu perwira yang bersinar saat itu - dari jabatan Pangdam Udayana. Selain itu juga diberhentikannya Brigjen Rudolf Warouw dari Panglima Komando Pelaksana Operasi Timor Timur serta Kapten Choki Aritonang dan beberapa bawahannya sebagai perwira pelaksana di lapangan. Semuanya dicopot sebagai reaksi pemerintah memenuhi tuntutan internasional akan penanggung jawab terjadinya kerusuhan di Santa Cruz Timor Timur yang mencoreng citra NKRI di masa itu.[13]
Remove ads
Menjadi Panglima ABRI
Ringkasan
Perspektif
Feisal Tanjung yang saat itu menjadi Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI sebelumnya tidak masuk prediksi sebagai bursa calon Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia mengingat saat itu ada calon kuat lain, yakni Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar yang saat itu memegang jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Feisal Tanjung merupakan salah seorang perwira ABRI yang memegang jabatan tertinggi tanpa melalui jenjang KASAD. Sebelumnya, Jenderal TNI LB Moerdani juga melaju ke jabatan Panglima ABRI tanpa melalui jabatan KASAD, tetapi dari jabatan Asisten Intelijen Hankam/ABRI/Kopkamtib merangkap Wakil Kepala BAKIN.[13]
Pada awal 1990-an diisukan terdapat friksi pada internal ABRI hingga terdapat penggolongan ABRI Merah Putih dan ABRI Hijau. Menurut Kivlan Zein, ABRI Merah Putih diistilahkan kepada tentara yang dianggap nasionalis dan tidak membawa embel-embel agama seperti Jenderal L. B. Moerdani. Sementara ABRI Hijau adalah tentara yang berasal dari subkultur Islam dan dekat dengan kalangan Islam seperti Jenderal Feisal Tanjung dan Jenderal TNI R. Hartono (KSAD).[14][15] Selanjutnya pada masa Feisal Tanjung menjabat sebagai Panglima ABRI, terjadi friksi dengan R. Hartono yang dilabeli sebagai ABRI Kuning karena membawa ABRI untuk mendukung Golkar.[16]
Pernikahan
Jenderal TNI Feisal Tanjung memiliki seorang istri bernama dr. Masrowida Lubis dan dikaruniai 3 orang anak, yakni Astrid Tanjung, Yasser Tanjung, Yusuf Tanjung.
Kematian

Jenderal TNI Feisal Tanjung meninggal pada Hari Senin tanggal 18 Februari 2013 di Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata.[17][18]
Penghargaan
Ringkasan
Perspektif
Tanda Jasa dan Brevet
Di bawah ini adalah tanda jasa Feisal Tanjung dari dalam dan luar negeri:[19]
Remove ads
Referensi
Pranala luar
Catatan
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads