Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Karl V, Kaisar Romawi Suci
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Karl V (bahasa Spanyol: Carlos; bahasa Prancis: Charles; bahasa Jerman: Karl; Dutch: Karel; bahasa Italia: Carlo[a]; 24 Februari 1500 – 21 September 1558 ) adalah Kaisar Romawi Suci, Raja Spanyol, Naples, dan Sisilia, dan penguasa wilayah Burgundi. Di Spanyol, secara resmi ia mendapat nama Carlos I. Orang Spanyol kadang menjulukinya sebagai "El Dorado".
Ia terpilih sebagai Kaisar Romawi Suci pada usia 19 tahun dan menduduki jabatan tersebut hingga ia turun takhta pada 1558. Masa kepemimpinannya bersamaan dengan era Renaisans akhir, Reformasi Protestan, dan awal reformasi Katolik.[3] Wilayah kekuasaan Karl V sering disebut dengan "el imperio en el que nunca se pone el sol" (kemaharajaan tanpa matahari terbenam) karena mencakup daerah yang sangat luas. Wilayahnya mencakup Austria, Spanyol, Belanda, Italia, hingga benua Amerika. Hal ini juga menyebabkan banyaknya peperangan yang timbul, antara lain dengan Kerajaan Prancis, Kesultanan Utsmaniyah, hingga pangeran-pangeran Protestan Jerman.[3]
Remove ads
Kehidupan awal
Ringkasan
Perspektif
Karl lahir di Prinsenhof, sebuah istana di Gent, Flandria Timur, Belgia pada 24 Februari 1500 dari pasangan Philipp I dari Kastilia dari Wangsa Habsburg (putra Maximilian I, Kaisar Romawi Suci, dan Maria dari Burgundy) dan Juana dari Wangsa Spanyol Trastámara (putri Isabel I dari Kastila dan Ferdinand II dari Aragon).[4][5] Pewaris utama dari empat kakek-neneknya, ia mewarisi semua kekuasaan keluarganya di usia muda. Meski demikian, ia mendapat sedikit perhatian sewaktu kecil.[5]
Kedua orang tuanya lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri untuk mengamankan takhta Spanyol. Pada 1503, Ferdinand, anak kedua Philipp dan Juana serta adik Karl lahir dan dibesarkan di Spanyol. Pada 1506, sesaat setelah Isabel I meninggal dunia, Philipp dan Juana mewarisi takhta Spanyol. Namun, tak lama kemudian Philipp meninggal dunia sehingga Juana sangat berduka dan mengasingkan diri ke Kastil Tordesillas di Kastila. Setelah kematian Philipp, Karl mewarisi Burgundia Belanda, yang untuk sementara berada dalam perwalian bibinya, Margaret.[5]
Karl mendapat pendidikan formal dan politik di Istana Mechelen. Salah satu tutornya adalah Adriaan Florenz Dedel, yang di kemudian hari menjadi Paus Adrianus VI. Ia dikenal menyukai pertarungan dan perburuan.[5]
Di sisi lain, Karl adalah sosok pemalu dan penyendiri. Ia selalu makan sendirian, bahkan hingga masa tuanya. Ia juga penganut Katolik yang taat; rutin mengikuti misa dan melakukan pengakuan dosa. Meski ia pandai berkuda dan bertarung, fisiknya terlihat lemah. Wajahnya pucat, matanya belo, dan dagunya tampak abnormal.[6]
Remove ads
Masa pemerintahan
Ringkasan
Perspektif
Pada tahun 1516, ia menjadi raja bersama Kastilia dengan ibunya Juana, dan karena itu ia adalah raja Spanyol pertama yang mewarisi negara tersebut secara dinasti disatukan oleh Raja Katolik, kakek nenek dari pihak ibu. Harta milik Spanyol pada aksesinya juga mencakup Hindia Barat yang dikuasai Kastilia dan Kerajaan Napoli, Sisilia, dan Sardinia yang dikuasai Aragon. Saat kematian kakek dari pihak ayah, Maximilian I, pada tahun 1519, ia mewarisi Austria dan menggantikannya sebagai Kaisar Romawi Suci. Dia mengadopsi nama kekaisaran Karl V sebagai gelar utamanya, dan menyebut dirinya sebagai Charlemagne baru. Saat ia bertakhta, Spanyol telah memulai kolonialisme dan imperialisme di Dunia Baru. Sumber daya Spanyol mengalir ke tiga arah, yakni jalur perdagangan di Laut Tengah, Trans-Atlantik, dan Laut Utara.[7]
Karl V merevitalisasi konsep monarki universal dari Abad Pertengahan dan menghabiskan sebagian besar hidupnya mempertahankan kedaulatan Kekaisaran Romawi Suci dari Reformasi Protestan, perluasan Kekaisaran Ottoman, dan serangkaian perang dengan Prancis. Tanpa ibu kota tetap, ia melakukan 40 perjalanan selama hidupnya atau sekitar seperempat masa pemerintahannya, bepergian dari satu negara ke negara lain. Kekaisarannya berperang dengan pasukan Landsknechte Jerman, Tercio Spanyol, Ksatria Burgundia, dan Condottieri Italia.
Karl V dikenal dengan strategi besarnya untuk mempertahankan kedaulatan dan memperluas wilayah kekaisaran. Strategi berawal dari keputusannya pada tahun 1530 untuk mempertahankan kekaisarannya dari beragam musuh, termasuk Turki Ottoman, Prancis, dan kaum Protestan. Hal ini dilakukan dengan menggelar operasi militer di berbagai wilayah: Laut Tengah, Afrika Utara, Italia, Belanda, Laut Atlantik, Amerika, dan Jerman. Namun, keputusannya ini malah menjadi malapetaka karena pada 1540-an kekaisarannya terlalu besar dan pada akhirnya berkontribusi pada kejatuhan Spanyol dan dinasti Habsburg. Menurut Aurelio Espinosa, profesor sejarah di Universitas Negeri Arizona, keputusan Karl ini berkaitan erat dengan kepercayaannya tentang konsep monarki universal dan penyatuan agama di bawah kekaisaran.[7]
Keputusan Karl V ini sempat dikritik Tavera dari Dewan Kastilia yang berargumen bahwa mereka harusnya menarik mundur pasukan, berperang dengan mode bertahan memanfaatkan benteng-benteng di Afrika Utara, pemisahan kekaisaran di Austria dan Spanyol, dan perjanjian agama dengan pangeran-pangeran Protestan. Tavera juga mengkritik perang total melawan kaum Muslim, Protestan, dan Prancis karena adanya perang justru mempersulit posisi Spanyol untuk mempertahankan hegemoni Spanyol atas jalur perdagangan di Laut Tengah dan jejaring ekonomi Trans-Atlantik.[7]
Pada awal pemerintahannya, Karl V dihadapkan pada kondisi keuangan kerajaan yang kurang baik sehingga ia harus meminjam uang dari bankir Jerman dan Italia. Untuk membayar kembali pinjaman tersebut, ia mengandalkan ekonomi proto-kapitalis dari Negara-Negara Rendah dan dari aliran emas dan perak dari Benua Amerika ke Spanyol, yang menyebabkan inflasi yang meluas. Dia meratifikasi penaklukan Spanyol atas kerajaan Aztek dan Inka oleh Hernán Cortés dan Francisco Pizarro, serta pendirian Klein-Venedig oleh keluarga Welser untuk mencari El Dorado yang legendaris. Untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di awal pemerintahannya, Karl V menekan dua pemberontakan Spanyol (Pemberontakan Comuneros dan Pemberontakan Persaudaraan) dan dua pemberontakan Jerman (Pemberontakan Ksatria dan Pemberontakan Petani Besar).
Dimahkotai Raja di Jerman, Karl memihak Paus Leo X dan menyatakan Martin Luther sebagai penjahat di Diet of Worms (1521). Pada tahun yang sama Francis I dari Prancis, dikelilingi oleh takhta Habsburg, memulai konflik di Lombardy yang berlangsung hingga Pertempuran Pavia (1525), yang menyebabkan ia dipenjara. Permasalahan Reformasi Protestan muncul kembali pada tahun 1527 ketika Roma dihancurkan oleh pasukan tentara pemberontak Karl, yang sebagian besar menganut aliran Lutheran.
Setelah pasukannya meninggalkan Negara Kepausan, Karl V mempertahankan Austria dari Turki Ottoman dan memperoleh penobatan sebagai Raja Italia oleh Paus Klemens VII. Pada 1535, ia mencaplok Kadipaten Milan yang kosong dan merebut Tunis. Namun demikian, hilangnya Buda selama perjuangan untuk Hungaria dan ekspedisi Aljazair di awal 1540-an membuat frustrasi kebijakan anti-Utsmaniyah. Sementara itu, Karl V mencapai kesepakatan dengan Paus Paulus III untuk menggelar Konsili Trento (1545). Penolakan Liga Schmalkaldic Lutheran untuk mengakui keabsahan dewan menyebabkan perang, dimenangkan oleh Charles V dengan pemenjaraan para pangeran Protestan. Namun, Henri II dari Prancis menawarkan dukungan baru untuk gerakan Lutheran dan memperkuat aliansi erat dengan sultan Suleiman Yang Agung, penguasa Ottoman sejak 1520.
Pada akhirnya, Karl V mengakui Perdamaian Augsburg dan meninggalkan proyek multi-nasionalnya dengan serangkaian turun tahta pada tahun 1556 yang membagi wilayah warisan dan kekaisarannya antara Habsburg Spanyol yang dipimpin oleh putranya Philip II dari Spanyol dan Habsburg Austria yang dipimpin oleh adiknya, Ferdinand, yang merupakan Adipati Agung Austria mewakili Charles sejak 1521. Kadipaten Milan dan Habsburg Belanda ditinggalkan dalam persatuan pribadi dengan Raja Spanyol, tetapi tetap menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci. Kedua dinasti Habsburg tetap bersekutu sampai kepunahan garis Spanyol pada tahun 1700. Pada tahun 1557, Charles pensiun ke Biara Yuste di Extremadura dan meninggal di sana setahun kemudian.
Remove ads
Keluarga
Karl V hanya menikahi seorang istri sepanjang hidupnya, Isabella dari Portugal, pada 1526 saat dia berumur 26 tahun. Pernikahan ini disambut baik oleh penduduk Spanyol. Mereka memiliki tujuh orang anak; tetapi hanya tiga yang bertahan hidup hingga dewasa, yakni Felipe (1527), Maria (1528), dan Juana (1535). Di masa akhir pemerintahannya, Karl V berjuang mencari cara untuk memastikan kepentingan anak-anaknya dan kepentingan adik (Ferdinand) dan keponakannya (Maximilian) terpenuhi dan mempertahankan Dinasti Habsburg.[8]
Kesehatan
Karl V didiagnosis menderita hiperurisemia atau penyakit asam urat sejak berumur 28 tahun. Dalam beberapa suratnya ke saudaranya dan anak-anaknya, Karl V mengeluh tidak bisa menulis karena penyakitnya membuat persendiannya nyeri dan membengkak sehingga ia memakai bantuan juru tulis. Dokternya telah menyarankan diet ketat, tetapi ia tak mengindahkan saran itu dan menikmati daging dan minuman beralkohol semasa hidupnya.[9]
Penyakit asam urat diduga menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusannya yang menyangkut banyak negara. Pada 1552, ia menunda serangan untuk mengambil alih Metz karena serangan asam urat, dan sebagai hasilnya kota itu berhasil menahan serangan pasukan kekaisaran. Menurut beberapa penstudi, kegagalan di Metz karena penyakitnya menjadi salah satu alasan ia turun takhta pada 1556 dan pensiun di biara hingga akhir hayatnya. Ia meninggal pada usia 58, diduga karena malaria.[9]
Remove ads
Catatan kaki
Daftar Pustaka
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads