Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Kerajaan Lore
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Kerajaan Lore adalah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Awalanya para penguasa di kerajaan ini menganut kepercayaan tradisional, namun kemudian secara bertahap beralih ke Kekristenan pada abad ke-19 hingga abad ke-20, dimana masuknya pemerintahan Hindia Belanda dan misionaris Eropa memainkan peran yang penting di wilayah tersebut.[2]
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Sebelum berdirinya Kerajaan Lore di wilayah Kabupaten Poso saat ini, dipercayai telah berdiri terlebih dulu Kerajaan Raba. Nama Raba diartikan sebagai 'tanah yang turun ke bawah' atau secara harfiah dapat diartikan sebagai 'wilayah yang membentuk suatu lembah yang terdapat di wilayah Pekurehua'. Menurut cerita rakyat, pusat kerajaan Raba berada di Lamba. Raja pertama dari Kerajaan Raba bernama Raba dengan istrinya yang bernama Waba.
Kerajaan Raba berganti nama menjadi Kerajaan Pekurehua, hingga kemudian menjadi Kerajaan Lore. Pasca Raja Raba yang berkedudukan di Lamba, tidak diketahui bagaimana struktur kerajaan tersebut pada saat itu. Namun, menurut masyarakat Lore, pada akhir abad ke-19, terdapat beberapa bangsawan berpengaruh yang tersebar di beberapa desa, diantaranya Ngkai Abu (Umana Aso) di desa Habingka, Ngkai Sumpi di desa Watutau, dan Ngkai Rabeta (Umana Tosende). Cerita mengenai Raja Lore dimulai ketika putra Ngkai Abu yang bernama Pantula menikah dengan putri Ngkai Rabeta yang bernama Poindo, kemudian dari pasangan tersebut melahirkan lima orang anak, yakni:
- Tado (Umana Lolo), ditawan Belanda dan diasingkan ke Manado (laki-laki)
- Inana Ngela (perempuan)
- Inana Do'u (perempuan)
- Polite (perempuan)
- Makada, gugur dalam Perang Peore pada Juli 1907 (laki-laki)
Ketika Umana Lolo ditawan Belanda dan belum diketahui keberadaannya pada saat itu, dan ketika Makada, putra terakhir meninggal dalam Perang Peore, maka hanya terdapat tiga anak perempuan, salah satunya adalah Polite yang kemudian dikenal sebagai ibu dari Ngkai S. Kabo yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Raja Lore.[3]
Tempat berdirinya Kerajaan Lore berada di daratan dengan ketinggian antara 700–1.700 mdpl, wilayahnya terbagi menjadi Lembah Napu, Lembah Behoa, dan Lembah Bada. Ketiga wilayah tersebut dikenal dengan nama kolektif sebagai "Tanah Lore". Di wilayah tersebut banyak terdapat situs megalit yang merupakan peninggalan purbakala bernilai sejarah. Penduduk wilayah tersebut dikenal dengan sebutan To Lore 'orang Lore', terkadang disebut juga sebagai Pekurehua di wilayah utara (Teluk Palu). Dari ketiga wilayah tersebut, terdapat empat kelompok etnis yang berbeda secara linguistik, diantaranya suku Tawailia di Sedoa (Lore Utara), suku Napu di Lembah Napu (Lore Utara), suku Behoa (Lore Tengah), dan suku Bada (Lore Selatan).
Setelah beberapa abad lamanya Tanah Lore berada di bawah pemerintahan Kerajaan Sigi yang berpusat di wilayah Teluk Palu. Namun sejak masa masuknya pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1903, untuk mempersatukan ketiga wilayah lembah yang sudah memiliki pemerintahan masing-masing tersebut, pemerintah Hindia Belanda mengangkat seorang raja di bawah pengaruh Belanda.[1] Pada saat itu, ketiga wilayah lembah mulai memisahkan diri dengan membentuk Kerajaan Lore yang berpusat di Wanga, dipimpin oleh raja pertamanya, Ngkai S. Kabo, beserta istrinya yang bernama Mpolite. Sejak itu, secara adminstrasif, wilayah Kerajaan Lore dimasukkan dalam Onderafdeling Poso.[4]
Remove ads
Daftar penguasa

Berikut ini adalah daftar penguasa Kerajaan Lore yang bergelar sebagai Raja atau Magau.
- Ngkai S. Kabo (1903–tidak diketahui; diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Raja Lore)[1]
- Don Radius Gerald Kabo (tidak diketahui)
Lihat juga
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads