Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Kereta api Kuda Putih
layanan kereta api di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
KRD seri 300, umumnya dijuluki sebagai Kuda Putih, adalah kereta rel diesel yang pernah beroperasi di beberapa lintas di Jawa, Indonesia. KRD ini merupakan pendahulu kereta api Prambanan Ekspres. Kereta yang berjuluk Turangga Seta ini merupakan KRD yang pertama kalinya dioperasikan di Indonesia dan dioperasikan oleh Perusahaan Negara Kereta Api Inspeksi VI Yogyakarta. Nama "Kuda Putih" berasal dari gambar dua ekor kuda yang terdapat pada tutup semboyan berbentuk kupu-kupu di atas kaca kabin masinisnya.
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Pengadaan
Kereta api ini diberi nomor seri 300 sebanyak sepuluh buah (dengan perincian 7 MBW 300 dan 3 MADW 300, kelak menjadi MCW 300 dan MCDW 300) dan diproduksi oleh pabrik di Jerman, yakni Glässing und Schollwer, yang merupakan subkontraktor dari Ferrostaal, pada tahun 1963. Setiap satu rangkaian hanya terdiri atas dua unit kereta yang semuanya berkabin masinis.[2]
KRD ini memiliki panjang 18.690 mm, berat 32 ton, daya mesin 215 hp, dan dapat melaju hingga 90 km/jam. KRD ini mempergunakan transmisi hidraulik Voith Diwabus U+S dan mesin GM 8V71.[3] Bodi kereta menggunakan bahan baja nirkarat. Bentuk KRD ini diyakini juga mirip dengan bus, oleh karena itu, KRD ini dapat disebut juga sebagai bus rel (rail bus). Motor diesel pada KRD ini terpasang di bawah lantai.[4]
Karier
Dalam buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia jilid 2, disebutkan bahwa "dengan datangnya KRD baru" maka dijalankan kereta api kilat dan jam perjalanan luar biasa pada rute Jakarta–Bandung mulai tanggal 12 Juni 1965, tanpa menjelaskan bagaimana wujud atau seri KRD tersebut.[5] Kemungkinan besar, KRD yang dimaksud dalam buku tersebut adalah KRD Kuda Putih. KRD ini ditengarai hanya sebentar menikmati rute tersebut, sebelum akhirnya berubah menjadi KRD Yogyakarta–Solo.[4]

Semenjak saat itu, Kuda Putih menjadi primadona bagi masyarakat yang bolak-balik di rute Yogyakarta–Solo.[4] Kuda Putih terus dikembangkan tak hanya melayani rute tersebut, bahkan operasi kereta api ini juga diperpanjang sampai Kutoarjo, bahkan Purwokerto. Rata-rata yang menggunakan KA Kuda Putih adalah para pelajar dan pedagang yang hendak melaju menuju Yogyakarta.[6]
Pada dekade 1970-an, sejumlah unit KRD ini mulai rusak karena tidak ada suku cadang. Bahkan, agar tetap bisa melayani penumpang komuter yang pada masa itu terus bertambah, KRD ini ditarik lokomotif diesel.[4] Di tahun 1980, Kuda Putih berjalan secara rutin di Kutoarjo–Yogyakarta–Solo Jebres.[7] Kemudian pada tahun 1982, Kuda Putih dijalankan di rute Semarang Tawang–Telawa pp.[8] Akhirnya, KRD MCDW 300 berhenti beroperasi sejak sekitar akhir 1980-an, dan perannya digantikan oleh KRD MCW 302. Sejak saat itu, KRD ini banyak yang dirucat dan disisakan satu unit di Depo Solo Balapan.[4]
Remove ads
Pelestarian
Pada tanggal 30 November 2011, Unit Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah PT Kereta Api Indonesia memindahkan satu unit KRD Kuda Putih yang tersisa ke Stasiun Lempuyangan untuk dijadikan sebagai monumen. Pada hari Kamis, 8 Desember 2011, KRD ini dipindahkan dari Depo Solo Balapan ke Stasiun Lempuyangan dengan menggunakan kereta api luar biasa (KLB). Untuk melaksanakan proses unspoor di Stasiun Lempuyangan, digunaka kereta derek Kirow. KRD ini dijadikan sebagai kereta pustaka sekaligus monumen.[9]
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads