Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Liga Super (Indonesia)

Liga sepak bola di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Liga Super (Indonesia)
Remove ads

Liga Super atau yang secara resmi dikenal sebagai BRI Super League karena alasan sponsor,[1] adalah liga profesional tingkat pertama dalam sistem liga sepak bola Indonesia. Liga Super diikuti oleh 18 klub dan menggunakan sistem promosi dan degradasi, dengan I-League sebagai operator resmi liga ini.

Fakta Singkat Badan yang mengatur, Negara ...

Kasta teratas liga sepak bola profesional di Indonesia dimulai sejak musim 2008–09, dengan nama asli Indonesia Super League (Liga Super Indonesia) hingga tahun 2015. Sebelum PSSI membentuk dan menyelenggarakan Liga Super Indonesia sebagai liga sepak bola profesional pertama di Indonesia, nama kompetisi tingkat atas sebelumnya di Indonesia adalah Divisi Utama Liga Indonesia dari musim 1994–95 hingga 2007–08.[2] Sebelum reformasi pada tahun 2008, kompetisi nasional menggunakan format turnamen.[3] Liga ini telah melalui beberapa perubahan nama: Liga 1 yang dimulai pada tahun 2017,[4] dan Liga Super yang akan dimulai pada tahun 2025.[5]

Sebanyak empat puluh dua klub telah berkompetisi di kasta teratas sepak bola Indonesia sejak dimulainya Indonesia Super League pada tahun 2008. Delapan klub telah mendapat gelar juara: Persipura Jayapura (2008–09, 2010–11, 2013), Persib Bandung (2014, 2023–24, 2024–25), Bali United (2019, 2021–22), Arema (2009–10), Sriwijaya (2011–12), Bhayangkara Presisi (2017), Persija Jakarta (2018), dan PSM Makassar (2022–23).[6] Hanya empat klub yang telah bermain di setiap musim hingga saat ini: Arema, Madura United, Persib Bandung, dan Persija Jakarta.[7] Semen Padang juga mendapat gelar juara di Liga Prima Indonesia 2011–12 selama era dualisme di sepak bola Indonesia.[8]

Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Awal Mula

Pada tahun 1994, PSSI menggabungkan tim-tim dari Perserikatan, sebuah liga populer bagi klub amatir yang mewakili asosiasi sepakbola regional, dan Galatama, sebuah liga yang kurang populer yang terdiri dari tim semi-profesional, untuk membentuk Liga Indonesia. Upaya ini memadukan fanatisme di Perserikatan dan profesionalisme di Galatama dengan tujuan meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia. Langkah ini menandai sistem berjenjang dalam kompetisi sepakbola Indonesia.[9] Babak grup seperti di Perserikatan digabungkan dengan sistem kompetisi penuh yang diikuti dengan babak semifinal dan final seperti di Galatama.[10]

Pembentukan

Era kompetisi modern dimulai pada tahun 2008 dengan Indonesia Super League (ISL). Musim pertama dimulai dengan 18 klub. Gol pertama Indonesia Super League dicetak oleh Ernest Jeremiah dari Persipura Jayapura dalam hasil imbang 2–2 melawan Sriwijaya FC. 18 anggota pertama dari kompetisi yang baru Indonesia Super League mengikuti hasil akhir klasemen musim 2008–2009 adalah Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persib Bandung, Persik Kediri, Sriwijaya FC, Persela Lamongan, Persija Jakarta, PSM Makassar, Pelita Jaya, Arema Malang, Persijap Jepara, Persiba Balikpapan, PKT Bontang, Persitara Jakarta Utara, PSMS Medan, Deltras Sidoarjo, Persita Tangerang, dan PSIS Semarang. Awalnya, Persiter Ternate dan Persmin Minahasa memenuhi syarat untuk mendaftar tetapi mereka gagal memenuhi persyaratan verifikasi untuk menjadi anggota pendiri Indonesia Super League.[11]

Dualisme

Karena sepak bola di Indonesia sangat dipolitisasi dengan faksi-faksi saingan yang saling menggulingkan, konflik menjadi hal yang biasa sebelum tahun 2017. Konflik terburuk terjadi pada tahun 2011. Setelah dilantiknya dewan PSSI baru pada tahun 2011, seorang anggota Komite Eksekutif PSSI dan ketua Komite Kompetisi, Sihar Sitorus, menunjuk PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) sebagai operator liga baru yang menggantikan PT Liga Indonesia (LI) karena LI gagal menyediakan laporan pertanggungjawaban kepada PSSI.[12] Sitorus, salah satu politisi di PSSI, mengumumkan Liga Premier Indonesia sebagai kompetisi tingkat atas baru di Indonesia.[13] Setelah munculnya Liga Primer Indonesia (LPI), PSSI tidak mengakui keabsahan ISL. Tim-tim ISL seperti PSM Makassar, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro, yang telah memboikot operator ISL karena keputusan wasit dan manajemen, dengan senang hati beralih ke LPI bersama-sama dengan pecahan dari tim ISL yang ada.[14] Namun, musim LPI tahun 2011 dihentikan di tengah musim, karena terus terjadi perpecahan di dalam PSSI; liga baru, Liga Prima Indonesia (Indonesian Premier League; IPL) menggantikannya pada akhir tahun 2011 untuk musim 2011–2012.[15]

Sebelum terjadinya perpecahan di PSSI, Sitorus memicu kontroversi lebih lanjut ketika ia mengatakan bahwa kompetisi baru akan dibagi menjadi dua wilayah dan akan ada penambahan enam klub di divisi teratas, yang membuat banyak anggota asosiasi marah.[16] Sebanyak 14 tim yang seharusnya menjadi peserta Indonesia Premier League memilih untuk mendukung Liga Super Indonesia yang terus berjalan di bawah dukungan faksi pro-IPL, meskipun dianggap sebagai kompetisi ilegal.[17] PSSI resmi, yang didukung oleh FIFA dan AFC, tidak mengakui ISL selama dua musim. Sementara itu, Liga Premier Indonesia menjadi liga kasta teratas dari tahun 2011 hingga 2013 dengan hanya 11 tim.[18][19]

Dalam sebuah kongres luar biasa PSSI pada tanggal 17 Maret 2013, anggota asosiasi mengecam Sitorus dan memutuskan bahwa Liga Super Indonesia akan kembali menjadi kompetisi tingkat atas, menyusul dibubarnya Liga Primer Indonesia.[20] Sitorus dan lima anggota dewan PSSI lainnya diberhentikan dari dunia sepak bola karena peran mereka dalam perpecahan (dikenal secara lokal sebagai dualisme) yang mengganggu sepak bola Indonesia.[21]

Dewan PSSI yang baru juga memutuskan bahwa tujuh tim terbaik dari Liga Primer Indonesia 2013 akan bergabung dengan liga yang bersatu setelah dilakukan verifikasi. Semen Padang, Persiba Bantul, Persijap Jepara, dan PSM Makassar lolos verifikasi, sedangkan Perseman Manokwari, Persepar Palangkaraya, dan Pro Duta tidak lolos, sehingga musim 2014 diikuti oleh 22 tim.[22][23]

Intervensi Pemerintah dan Suspensi FIFA

Dampak dari perpecahan tersebut menghantui sepak bola Indonesia selama bertahun-tahun setelah digabungkannya kembali. Pada tanggal 18 April 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi secara resmi melarang kegiatan PSSI setelah PSSI menolak untuk mengakui rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), sebuah lembaga di bawah kementerian, bahwa Arema Cronus dan Persebaya ISL tidak boleh lolos verifikasi ISL karena masih ada klub lain yang menggunakan nama yang sama.[24][25] Sebelumnya, Nachrawi telah mengirimkan tiga surat peringatan. Namun, PSSI menolak untuk menjawab panggilannya hingga batas waktu yang ditentukan. Akibatnya, PSSI secara resmi menghentikan semua kompetisi di musim 2015 setelah rapat Komite Eksekutif PSSI pada tanggal 2 Mei 2015 menyebut intervensi pemerintah sebagai keadaan memaksa.[26]

Intervensi pemerintah juga membuat FIFA menghukum Indonesia dengan suspensi satu tahun dari semua aktivitas sepak bola karena badan dunia tersebut menganggap campur tangan negara dalam masalah sepak bola sebagai pelanggaran terhadap anggotanya, PSSI.[27] Selama masa suspensi, beberapa turnamen digelar untuk mengisi kekosongan, dimulai dari Piala Presiden 2015, yang dijuarai Persib Bandung, hingga Piala Bhayangkara yang menutup serangkaian turnamen yang tidak diakui tersebut.[28]

Pada tanggal 13 Mei 2016, FIFA secara resmi mengakhiri suspensi, menyusul dicabutnya keputusan menteri Indonesia pada tanggal 10 Mei 2016.[29] Tak lama setelah itu, sebuah turnamen jangka panjang dengan format kompetisi penuh, Indonesia Soccer Championship (ISC), muncul.[30] Dimana pada musim itu Persipura Jayapura menjadi Kampiun ISC 2016.[31]

Perubahan Nama Pertama

Pada tahun 2017, kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia diubah namanya secara resmi menjadi Liga 1. Perubahan nama juga diberlakukan untuk Divisi Utama (menjadi Liga 2) dan Liga Nusantara (menjadi Liga 3).[4] Operator dari kompetisi ini juga berubah dari PT Liga Indonesia (LI) menjadi PT Liga Indonesia Baru (LIB).[32]

Bhayangkara adalah juara pertama dari kompetisi ini dengan nama kedua di musim 2017. Sesuai dengan sifat kontroversial sepak bola Indonesia, penobatan ini memicu kecaman dari para penggemar. Bhayangkara, sebuah tim yang dikelola oleh Kepolisian Indonesia yang tidak memiliki basis penggemar, menang karena unggul head-to-head melawan Bali United, sebuah tim dengan dukungan yang berkembang pesat karena manajemen profesional modernnya, setelah kedua tim memiliki poin yang sama di akhir musim.[33] Bali United akhirnya mendapat gelar juara pada 2019,[34][35] menyusul Persija Jakarta pada 2018.[36]

Pandemi COVID-19 menyebabkan musim 2020 dinyatakan batal.[37]

Khusus musim 2021–2022 mengingat kompetisi berjalan masih di tengah pandemi COVID-19, Kompetisi Liga 1 harus melakukan beberapa terobosan supaya berjalan dengan aman. Sistem kompetisi tersebut menggunakan sistem gelembung atau bubble to bubble menjadi pilihan, yaitu ketika setiap kontestan Liga 1 berkumpul terpusat di satu pulau dan semua tim Liga 1 tidak ada yang bermain di kandangnya sendiri, sistem kompetisi yang baru tersebut agar nantinya tidak menjadi klaster baru penyebaran virus COVID-19.[38]

Musim 2022–2023 diganggu oleh tragedi Stadion Kanjuruhan dan selesai tanpa degradasi.[39]

Musim 2023–2024 memperkenalkan play-off kejuaraan setelah musim reguler.[40]

Musim 2024–2025 berisi wakil dari setiap pulau untuk pertama kalinya.[41]

Perubahan Nama Kedua

Pada tahun 2025, kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia diubah namanya untuk kedua kalinya menjadi Liga Super. Perubahan nama juga diberlakukan untuk Liga 2 (menjadi Kejuaraan).[5] Operator dari kompetisi ini juga berubah dari PT Liga Indonesia Baru menjadi I-League.[42]

Remove ads

Format kompetisi

Format kompetisi menggunakan format satu wilayah dimana sebelumnya (terakhir 2007) menggunakan format dua wilayah.[43][44] Gelar juara akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34 pertandingan dan diikuti oleh kriteria head-to-head, jumlah selisih gol, jumlah gol yang dicetak, jumlah poin fair play, dan undian. Juara akan mewakili Indonesia di babak kualifikasi Liga Champions Dua Asia. Sedangkan peringkat ke-2 akan mewakili Indonesia di babak kualifikasi Liga Challenge Asia. Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi dan digantikan oleh tiga tim terbaik dari Kejuaraan yang promosi.

Remove ads

Klub

Ringkasan
Perspektif

Sebanyak 18 klub berkompetisi pada musim 2025–2026.

Regulasi pemain asing

Mulai musim 2025–2026 setiap klub Super League dapat memiliki hingga 11 pemain asing, dengan maksimal 8 pemain asing yang dapat didaftarkan dalam satu pertandingan.[45] Tetapi jumlah pemain asing yang dapat masuk ke daftar susunan pemain bertambah menjadi 9 pemain asing, dengan maksimal 7 pemain asing di lapangan.[46]

Riwayat kompetisi

Ringkasan
Perspektif

Hasil dari musim ke musim

Informasi lebih lanjut Musim, Nama turnamen ...

Catatan:

  1. Bukan kompetisi resmi yang berafiliasi dengan PSSI, AFC & FIFA.

Klub tersukses

Informasi lebih lanjut Klub, Juara ...
Remove ads

Penghargaan

Ringkasan
Perspektif

Pencetak gol terbanyak

Catatan:

  1. Pemain belum dinaturalisasi menjadi warga negara Indonesia pada saat kompetisi berlangsung.

Pemain terbaik

Penjaga gawang terbaik

Informasi lebih lanjut Musim, Pemain ...

Pemain muda terbaik

Pelatih terbaik

Penghargaan gol terbaik

Informasi lebih lanjut Musim, Pemain ...

Tim Fair Play

Remove ads

Bersponsor

Informasi lebih lanjut Periode, Sponsor ...

Referensi yang dibundel:

Remove ads

Hak siar

Sekarang

Informasi lebih lanjut Penyiar, Liputan ...

Sebelumnya

Informasi lebih lanjut Tahun, Penyiar ...
Remove ads

Hak komersial

Informasi lebih lanjut Periode, Mitra ...

Lihat juga

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads