Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Medang Kamulan
kerajaan kuno Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Medang Kamulan adalah peradaban kuno melegenda,[1] yang dicatat dalam sejumlah literatur. Di antaranya Naskah Bujangga Manik, Naskah Arya Gajah Para, hingga Naskah Pangiwo Panengen. Kerajaan Medang Kamulan pernah berdiri di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tepatnya di daerah Grobogan dan Blora (Jawa Tengah) hingga Bojonegoro (Jawa Timur). Literatur tertua tentang Medang Kamulan, dicatat pada catatan perjalanan (naskah) Bujangga Manik yang ditulis pada akhir abad 15 M.
Baris ke-782 dan 783 dari naskah kedua Perjalanan Bujangga Manik dari abad ke-15 menyebutkan bahwa setelah Bujangga Manik meninggalkan Pulutan (sekarang adalah desa di sebelah barat Purwodadi, Jawa Tengah) ia tiba di "Medang Kamulan". Selanjutnya, dikatakan pula bahwa setelah menyeberangi Sungai Wuluyu (kawasan sungai Blora dan Bojonegoro), tibalah ia di Gegelang yang terletak di sebelah selatan Medang Kamulan.[2] Naskah inilah yang pertama kali menyebutkan tempat bernama Medang Kamulan, meskipun tidak disebutkan sebagai nama kerajaan.
Fakta tentang Medang Kamulan cukup kuat karena sampai saat ini pun, nama Medang dan Kamulan masih menjadi nama titik-titik penting di wilayah Blora dan Bojonegoro. Terlebih, catatan dari para pelancong Belanda pada abad 19 M, serta teks-teks prasasti sezaman, jadi pijakan ilmiah yang kian memperkuat keberadaan Medang Kamulan sebagai sebuah wilayah peradaban.
Dalam Nederlanche Oost-Indie (1857 M), seorang pelancong Belanda, Abraham Jacob, mencatat sebuah pasar perahu bernama Kamulan. Lokasinya berada di sisi barat Kota Bojonegoro dan di sisi timur Kecamatan Padangan. Kawasan sungai yang dicatat dengan nama Kamulan itu, saat ini masuk di wilayah Desa Telang, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro.
Prasasti Telang (903 M) dan Prasasti Sangsang (907 M) yang dikeluarkan Penguasa Medang, Raja Dyah Baletung (898 - 910 M), tak hanya membahas produksi lengo (minyak tanah), tapi juga menyebut sejumlah titik seperti Sotasrungga, Pagerwesi, dan Sima Pungpunana, yang merupakan kawasan penting zaman Medang. Sampai saat ini pun, kawasan itu masih ada, sebagai wilayah kebudayaan Bojonegoro.
Fakta keberadaan Medang Kamulan semakin kuat dengan adanya sejumlah artefak dan benda purbakala abad 10 Masehi yang ditemukan di wilayah Blora dan Bojonegoro. Terlebih, Prasasti Telang (903 M) dan Prasasti Sangsang (907 M), membahas sejumlah titik penghasil minyak bumi yang berada di kawasan sungai Bengawan, membentang dari Blora dan Bojonegoro. Prasasti ini dirilis Maharaja Dyah Balitung (898 - 910 M).
Remove ads
Historis
Ringkasan
Perspektif
Tempat ini dikatakan sebagai kerajaan, bersumber dari Naskah Arya Gajah Para.serat pranitidya ,Sementara literatur tertua tentang Medang Kamulan, yaitu Naskah Bujangga Manik, menyebutnya sebagai pusat peradaban. Wilayah ini berada di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lebih tepatnya Purwodadi, Blora, dan Bojonegoro.
Sebab, sungai Wulayu di utara Gegelang yang diceritakan Bujangga Manik, secara geografis, memang berada di wilayah Bojonegoro dan Blora. Nama-nama kawasan seperti Sotasrungga, Pagerwesi, dan Sima Pungpunana yang disebut dalam Prasasti Sangsang (907 M) yang dikeluarkan penguasa Medang, Raja Dyah Balitung (898 -910 M), sampai saat ini juga masih ada.
Dalam konteks cerita, Medang Kamulan adalah tempat betelah rtahtanya Batara Guru.[3] Dalam legenda Aji Saka, Medang Kamulan adalah negeri berkuasanya Sri Ajiwo Pamungkas yang adil. Cerita rakyat lain yang menyebut Medang Kamulan, di antaranya, legenda Rara Jonggrang dan berdirinya Madura.[4]
Legenda Sunda
Dalam legenda Sunda, kerajaan ini merupakan pendahulu Kerajaan Galuh.
Legenda Aji Saka
Legenda Aji Saka sendiri menyebutkan bahwa Bledug Kuwu di Kabupaten Grobogan adalah tempat munculnya Jaka Linglung setelah menaklukkan Dewata Cengkar.[5]
Perjalanan Bujangga Manik
Baris ke-782 dan 783 dari naskah kedua Perjalanan Bujangga Manik dari abad ke-15 menyebutkan bahwa setelah Bujangga Manik meninggalkan Pulutan (sekarang adalah desa di sebelah barat Purwodadi, Jawa Tengah) ia tiba di "Medang Kamulan". Selanjutnya, dikatakan pula bahwa setelah menyeberangi Sungai Wuluyu (Bengawan Solo), tibalah ia di Gegelang (Madiun) yang terletak di sebelah selatan Medang Kamulan.[6] Naskah inilah yang pertama kali menyebutkan tempat bernama Medang Kamulan, meskipun tidak disebutkan sebagai nama kerajaan.
Serat Centhini
Naskah dongeng Serat Centhini menyebutkan bahwa istana Medang Kamulan terletak di barat laut daerah Kasanga, yaitu tempat meninggalnya Jaka Linglung. Jayengresmi tidak dapat lagi menemukan sisa-sisa istana karena semuanya telah berubah menjadi tanah dan ditutupi hutan lebat.[7]
Remove ads
Kemungkinan kerajaan sejarah
Van der Meulen mengemukakan, walaupun tidak terlalu yakin, bahwa Medang Kamulan mengacu pada “ Hasin-Medang-Kuwu-lang-pi-ya ” yang dikemukakan oleh Van Orsoy[8] dalam artikelnya tentang kerajaan Ho-Ling (Kalingga) yang disebutkan dalam catatan Tiongkok.
Kemungkinan penyebutan Kerajaan Medang Kamulan dalam beberapa legenda dan mitos Jawa merupakan sisa ingatan kolektif masyarakat Jawa setempat tentang keberadaan sebuah kerajaan kuno bernama "Medang" yang sebenarnya berkaitan dengan Kerajaan Medang yang berdiri pada abad ke-8 hingga ke-11 Masehi.
Remove ads
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads