Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Pertempuran Hunain
artikel daftar Wikimedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Pertempuran Hunain adalah pertempuran antara Nabi Islam Muhammad dan pengikutnya melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H, di sebuah pada salah satu jalan dari Mekkah ke Thaif. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak. Pertempuran Hunain merupakan salah satu pertempuran yang disebutkan dalam Al-Qur'an.[3][4]
Remove ads
Latar belakang
Ringkasan
Perspektif
Suku Hawazin dan para sekutunya dari suku Tsaqif mulai menyiapkan pasukan mereka ketika mengetahui bahwa Muhammad dan tentaranya berangkat dari Madinah menuju Mekah, yang ketika itu masih dikuasai kaum kafir Quraisy. Persekutuan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif berniat akan menyerang pasukan Muhammad ketika sedang mengepung Mekkah. Namun, penaklukan Mekkah berjalan cepat dan damai. Muhammad mengetahui maksud suku Hawazin dan Tsaqif, dan memerintahkan pasukan dia bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan 12.000 orang, terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam penaklukan Mekkah, ditambah 2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam.[4] Hal ini terjadi sekitar dua minggu setelah penaklukan Mekkah,[5] atau empat minggu setelah Muhammad meninggalkan Madinah.[6] Pasukan kaum Badui terdiri dari suku Hawazin, Tsaqif, Bani Hilal, Bani Nashr, dan Bani Jusyam.[1]
Masing-masing pihak mengirimkan mata-mata ke arah lawan. Muhammad mengirimkan Abu Hadrad al-Islami, menyusup ke tengah-tengah kubu Malik lalu kembali ke pasukan muslimin. Muhammad meminjam 100 baju besi pada Shafwan bin Umayyah[7]. Untuk penjaga pasukan malam hari ia menugaskan Anas bin Abu Martsad al-Ghanawi.[8] Pasukan muslim bergerak pada 6 Syawal 8 H. Karena banyaknya pasukan muslimin sehingga banyak dari mereka merasa tidak mungkin kalah sehingga meremehkan musuh. Muhammad menugaskan Attab bin Asid bin Abu Al Aish bin Umayyah bin Abdu Syams sebagai wakil Mekah.[7]
Malik datang dengan membawa pasukan bersama keluarga dan hewan ternah yang banyak, sementara Duraid bin ash-Shimmah dari suku Bani Jusyam,[7] veteran perang yang sudah tua dan buta/kusta, memberi saran taktik pertempuran agar tidak membawa keluarga dan hewan ternaknya, namun ditolak oleh Malik.[8]
Remove ads
Jalannya pertempuran
Ringkasan
Perspektif
Saat pasukan muslim bergerak tiba di daerah Hawazin pada 8 Syawal 8 H[8], pemimpin kaum Badui Malik bin Auf an-Nashri yang sebelumnya
telah tiba di lokasi dan menyiapkan pasukan di sela-sela bukit, menyergap mereka di lembah sempit yang bernama Hunain. Kaum Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah, mengejutkan kaum Muslimin di pagi hari dan menyulitkan organisasi serangan kaum Muslimin. Pasukan Muslim mulai mundur dalam kekacauan, dan tampaknya akan menderita kekalahan. Pemimpin Quraisy Abu Sufyan yang ketika itu baru masuk Islam, mengejek dan berkata "Kaum Muslimin akan lari hingga ke pantai".[8] Muhammad berupaya memanggil pasukan yang kocar kacir untuk bertahan. Abu Sufyan bin Al-Harits segera memegang tali kekang kendaraan Nabi dan Al-Abbas memegang pelananya, berusaha untuk menahannya agar baghal / kuda Muhammad tidak lari. Nabi turun dari punggung baghal lalu berdoa, "Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu."[8] Beberapa sahabat yang bertahan lainnya yaitu Abu Bakar, Umar bin Khathab, Rabiah bin Harits, Aiman bin Ubaid dan Usamah bin Zaid.[7]

Pada saat kritis ini, sepupu Muhammad, Ali bin Abi Thalib dibantu pamannya Abbas mengumpulkan kembali pasukan yang melarikan diri, dan organisasi kaum Muslimin mulai terbentuk kembali.[1] Hal ini juga dibantu dengan sempitnya medan pertempuran, yang menguntungkan kaum Muslimin sebagai pihak bertahan. Pada saat ini, seorang pembawa bendera dari kaum Badui menantang pertarungan satu-lawan-satu. Ali menerima tantangan ini dan berhasil mengalahkannya.[1] Abu Thalhah maju mengalahkan 20 orang Hawazin[7]. Muhammad memerintahkan serangan umum, dan kaum Badui mulai melarikan diri dalam dua kelompok. Kelompok pertama nantinya akan kembali berperang melawan kaum Muslim dalam Pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif, dan nantinya akan dikepung oleh kaum Muslim. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 25-26.[8]
Pasukan Malik yang lari ke Autas dikejar oleh Abu Amir Al-Asy'ari hingga mengalahkannya dan ia sendiri, Abu Amir terbunuh, terkena panah di lututnya yang menyebabkan pendarahan. Sisa pasukan Malik lainnya lari ke Nakhlah dimana Duraid bin Ash-Shimah dapat ditangkap dan dibunuh di sana oleh Rabi' ah bin Rufai'.[8] Beberapa pasukan muslimin yang terbunuh lainnya yaitu Suraqah bin Malik dan Ayman bin Ummu Aiman (budak Muhammad).[9]
Remove ads
Kelanjutan
Ringkasan
Perspektif
Muhammad mengutus Khalid bin Walid bersama 1.000 pasukan mendahului menuju Thaif, kemudian disusul Muhammad bersama ribuan pasukan lainnya melakukan pengepungan lebih dari 10 hari. Karena dihujani panah dari posisi Malik yang lebih tinggi sehingga terbunuh 12 orang pasukan muslim (7 orang dari Quraisy, 4 dari Anshar dan 1 dari Bani Laits)[9], Muhammad lalu memindahkan pasukan ke tempat yang lebih tinggi lalu menggunakan manjanik (pelontar batu) sehingga menekan pasukan musuh.[8]
Pasukan muslim berhasil menangkap keluarga dan harta benda dari suku Hawazin di Thaif, yang dibawa oleh Malik bin Auf ke medan pertempuran. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000 kambing, serta 4.000 waqih/uqiyah perak (1 waqih = 213 gram perak).[1] Hasil rampasan perang dikumpulkan dan disimpan di Ji'ronah, tempat yang kemudian dijadikan Muhammad untuk melaksanakan Umroh setelah peristiwa Hunain. Muhammad menunjuk Mas'ud bin Amr al-Ghifari sebagai penjaga rampasan perang.[8] Masing-masing pasukan muslimin mendapatkan 4 unta dan 40 domba. Ali bin Abi Thalib mendapatkan budak wanita bernama Raithah binti Hilal, Utsman bin Affan mendapatkan Zainab binti Hayyan, dan Umar bin Khathab juga mendapatkan lalu ia berikan pada anaknya lalu diserahkan untuk bibinya.[9]
Di antara para tawanan itu terdapat Asy-Syaima' binti Al-Harits As-Sa'diyah, saudari sesusuan Muhammad. Ketika wanita itu dibawa ke hadapan Nabi, dia memperkenalkan dirinya dengan menunjukkan tanda tertentu. Karena itu Nabi menghormati wanita itu, menghamparkan kainnya dan menyuruhnya duduk di atasnya. Selanjutnya Nabi membebaskannya dan mengembalikan ke tengah kaumnya.[8]
Pertempuran ini mendemonstrasikan keahlian Ali bin Abi Thalib dalam mengorganisir pasukan dalam keadaan terjepit. Pertempuran ini juga menunjukkan kemurahan hati kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan baik dan membebaskan 600 diantaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif.[1] Abdullah bin Abu Bakar terluka karena tombak pasukan Thaif dan wafat setelah kematian Muhammad.[9]
Saat pembagian harta rampasan perang, Muhammad hanya membagikan kepada kaum muhajirin dan para mualaf dari penaklukkan Mekah, hal ini menimbulkan protes dari kalangan Anshar yang diwakili Sa'ad bin Ubadah yang kemudian ditenangkan oleh Muhammad. Beberapa tokoh mualaf Quraisy yang mendapatkan 100 unta masing-masing seperti Abu Sufyan bin Harb, Muawiyah, Hakam bin Hizam, Suhail bin Amr, Shafwan bin Umayyah dan lain-lain. Malik bin Auf di kemudian hari masuk Islam dan menjadi sahabat Nabi.[8]
Remove ads
Referensi
Pranala luar
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads