Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif
Gelar wicara
jenis acara siaran yang berpusat di sekitar percakapan Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Remove ads
Gelar wicara atau tayang bincang (bahasa Inggris: talk show; chat show) adalah jenis program televisi, program radio, dan podcast yang berfokus pada percakapan spontan.[1][2][3] Gelar wicara dibedakan dari program televisi lainnya melalui sejumlah ciri umum;[4] dalam acara semacam ini, satu orang (atau sekelompok orang maupun tamu) mendiskusikan berbagai topik yang diajukan oleh pemandu acara.[5] Percakapan ini dapat berbentuk wawancara atau diskusi santai mengenai isu dan peristiwa sosial, politik, maupun keagamaan yang penting.[6] Kepribadian sang pemandu turut menentukan nada dan gaya dari acara tersebut.[1][7] Salah satu ciri khas atau aturan tidak tertulis dari gelar wicara adalah berlandaskan pada “pembicaraan segar”, yaitu percakapan yang bersifat spontan atau tampak spontan.[1][3][7]

Gelar wicara pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal tahun 1950-an.[8] Format ini kemudian berkembang menjadi berbagai subgenre dengan materi yang berbeda-beda dan dapat ditayangkan pada waktu yang beragam melalui berbagai saluran penyiaran.[9]
Remove ads
Subgenre
Ringkasan
Perspektif

Terdapat beberapa format utama dari acara bincang-bincang. Secara umum, setiap subgenre mendominasi pada waktu tayang tertentu dalam satu hari siaran.
- Acara pagi atau santap pagi yang biasanya menampilkan rangkuman berita, liputan politik, cerita feature, wawancara selebritas, serta pertunjukan musik.
- Bincang-bincang siang yang dipandu oleh dua atau lebih pembawa acara atau panel selebritas dan berfokus pada hiburan serta gaya hidup.
- Gelar wicara tabloid di siang hari yang menampilkan pembawa acara, tamu atau panel tamu, serta penonton langsung yang aktif berinteraksi. Program ini dapat menghadirkan selebritas, komentator politik, atau “orang biasa” yang membahas topik unik maupun kontroversial.
- Program “gaya hidup” atau pengembangan diri yang dipandu oleh dokter, terapis, atau konselor bersama tamu yang mencari solusi, membahas masalah medis atau psikologis, serta memberikan saran. Salah satu contoh subgenre ini adalah The Oprah Winfrey Show, meskipun acara tersebut juga dapat masuk ke kategori lainnya.[6]
- Diskusi panel malam yang menyoroti berita, politik, atau budaya populer (seperti Indonesia Lawyers Club yang disiarkan pada malam hari).
- Gelar wicara tengah malam yang berfokus pada komedi bertema aktual dan acara varietas. Biasanya dibuka dengan monolog sang pembawa acara berisi lelucon seputar peristiwa terkini, diikuti oleh segmen wawancara selebritas, sketsa komedi, serta penampilan musisi atau komika.
- Gelar wicara minggu pagi yang menjadi program tetap stasiun televisi berita Indonesia seperi TVOne dan MetroTV, dan menitikberatkan pada berita politik serta wawancara dengan tokoh politik, calon pejabat, komentator, dan jurnalis.
Format-format ini tidak bersifat mutlak; beberapa program sore memiliki struktur yang mirip dengan gelar wicara malam hari. Variasi format ini juga berbeda antarnegara. Acara larut malam sangat populer di Amerika Serikat, sedangkan acara pagi hari merupakan bagian penting dari televisi Inggris. Format gelar wicara siang hari juga berkembang pesat di Amerika Latin maupun Amerika Serikat.
Subgenre di atas bukanlah klasifikasi “generik”. Genre “generik” dikategorikan berdasarkan pandangan sosial penonton terhadap acara bincang-bincang yang terbentuk dari identitas budaya, preferensi, dan penilaian mereka terhadap karakter acara tersebut.[6] Subgenre yang disebutkan di atas didasarkan pada penjadwalan televisi dan diklasifikasikan secara umum sesuai panduan acara, bukan berdasarkan kategori khusus dari persepsi penontonnya. Namun, penelitian mengenai genre “generik” masih terbatas, sehingga sulit untuk mencantumkannya di sini. Menurut Mittell, genre “generik” penting untuk mengenali lebih dalam jenis acara bincang-bincang, karena dengan beragamnya preferensi budaya dalam tiap subgenre, pembagian yang lebih spesifik akan lebih merepresentasikan serta menyasar audiens secara tepat.[6]
Pemandu acara radio Amerika Howard Stern juga memandu sebuah gelar wicara yang disiarkan secara nasional di Amerika Serikat sebelum pindah ke radio satelit Sirius. Genre "gelar wicara tabloid" yang dipelopori oleh Phil Donahue[10] pada tahun 1967[4] dan dipopulerkan oleh Oprah Winfrey,[11] menjadi sangat populer pada dua dekade terakhir abad ke-20.[12]
Di Indonesia, gelar wicara memiliki fungsi ganda sebagai sarana komunikasi publik, hiburan, dan edukasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa talk show politik seperti Mata Najwa berperan dalam meningkatkan kesadaran politik pemirsa dan partisipasi publik.[13]
Remove ads
Sejarah
Ringkasan
Perspektif
Gelar wicara telah disiarkan di televisi sejak masa-masa awal perkembangan media tersebut. Joe Franklin dari Amerika Serikat menjadi pembawa acara gelar wicara televisi pertama. Programnya dimulai pada tahun 1951 di stasiun WJZ-TV (yang kemudian menjadi WABC-TV) dan pindah ke WOR-TV (kemudian WWOR-TV) dari tahun 1962 hingga 1993.[8]
The Tonight Show milik NBC di Amerika Serikat merupakan gelar wicara dengan masa tayang terpanjang di dunia. Program ini pertama kali ditayangkan pada tahun 1954 dan masih berlangsung hingga kini. Acara tersebut sempat mengalami beberapa perubahan nama sebelum menetapkan judul resminya pada tahun 1962, dan meskipun sempat bereksperimen dengan format bergaya berita pada tahun 1957 (yang kemudian dibatalkan pada tahun yang sama), program ini tetap mempertahankan bentuknya sebagai gelar wicara.
Di Eropa, The Late Late Show dari Irlandia menjadi gelar wicara dengan masa tayang terpanjang di benua tersebut sekaligus urutan kedua terlama di dunia, setelah memulai debutnya pada tahun 1962.
Rekor dunia saat ini untuk gelar wicara dengan durasi terlama dipegang oleh Rabi Lamichhane dari Nepal, yang tetap siaran selama 62 jam berturut-turut dari 11 hingga 13 April 2013, memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh dua warga Ukraina dengan durasi siaran 52 jam pada tahun 2011.[14]
1950–1960-an: Awal kemunculan di radio dan televisi nasional
Format gelar wicara pertama kali muncul di Indonesia melalui RRI pada awal 1950-an. Sebagai satu-satunya lembaga penyiaran kala itu, RRI menggunakan format bincang-bincang untuk mengedukasi masyarakat dan menyampaikan pesan pembangunan pasca-kemerdekaan.[15] Ketika TVRI resmi mengudara pada 24 Agustus 1962, format ini mulai diadaptasi ke televisi.[16] Tema gelar wicara pada masa itu umumnya bersifat edukatif, seperti pertanian, keluarga berencana, dan pembangunan ekonomi.
1970–1980-an: Masa konsolidasi dan edukasi publik
Pada dekade 1970–1980-an, TVRI memperkuat perannya sebagai media penyiaran nasional tunggal di bawah kebijakan Orde Baru. Gelar wicara menjadi sarana efektif untuk menyampaikan program pemerintah.[17] Meski sebagian besar program diarahkan untuk mendukung kebijakan pemerintah, gelar wicara pada masa itu juga menampilkan tema kebudayaan dan pendidikan.
1990-an: Era televisi swasta dan lahirnya gelar wicara modern
Masuknya stasiun televisi swasta di Indonesia pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an menandai perubahan besar dalam dunia gelar wicara. Kehadiran RCTI, SCTV, Indosiar, dan TPI membuka ruang kreativitas baru bagi format bincang-bincang di televisi.[18] Tokoh-tokoh seperti Wimar Witoelar (Selayang Pandang), Ronny Waluya (Saksi) dan Ricky Jo (Jendela Informasi Wanita) dikenal luas sebagai pembawa acara gelar wicara yang menghadirkan informasi dan interaksi spontan.
2000-an: Kebangkitan talk show jurnalistik
Dekade 2000-an sering disebut sebagai masa keemasan talk show di televisi Indonesia. MetroTV meluncurkan Kick Andy (dipandu oleh Andy F. Noya) pada tahun 2006, yang menonjolkan narasi inspiratif dan kisah kemanusiaan. Sementara itu, Mata Najwa (dipandu oleh Najwa Shihab) mulai tayang di MetroTV tahun 2009 dan kemudian pindah ke Trans7, menghadirkan diskusi tajam seputar isu politik dan sosial.[19] Selain dua program tersebut, acara seperti Empat Mata (Trans7), Just Alvin (MetroTV), dan Sarah Sechan (NET.) memperkaya genre dengan sentuhan hiburan, psikologi, dan gaya hidup.
2010-an: Era hiburan dan digitalisasi

Memasuki 2010-an, gelar wicara semakin beragam dengan munculnya televisi gaya baru seperti NET. yang mengedepankan konsep kreatif dan visual modern. Program Ini Talkshow yang dibawakan oleh Sule dan Andre Taulany menjadi salah satu contoh sukses perpaduan antara komedi dan talk show.[20] Pada saat bersamaan, gelar wicara di radio dan media daring juga berkembang pesat. Banyak lembaga pendidikan, komunitas, dan lembaga sosial mengadakan talk show tematik yang disiarkan lewat radio maupun media sosial.[21]
2020-an: Gelar wicara digital dan lintas platform
Seiring pergeseran perilaku penonton ke media daring, talk show Indonesia memasuki fase baru: era web talk show dan podcast. Program seperti Close The Door Podcast oleh Deddy Corbuzier, Podcast Raditya Dika, dan Makna Talks menghadirkan perbincangan tanpa sensor dengan format santai dan durasi bebas.[22]
Banyak stasiun televisi kini juga menayangkan ulang program gelar wicara mereka melalui YouTube dan layanan streaming, memungkinkan audiens berinteraksi langsung melalui komentar dan media sosial. Transformasi ini menunjukkan bahwa meski medium berubah, esensi gelar wicara sebagai ruang dialog publik tetap bertahan. Gelar wicara kini berperan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga wadah ekspresi, kritik sosial, dan pendidikan publik di era digital.
Remove ads
Lihat pula
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Remove ads
