Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

SCTV

Jaringan televisi di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

SCTV
Remove ads

PT Surya Citra Televisi (SCTV) adalah jaringan televisi swasta nasional Indonesia yang lahir pada 24 Agustus 1990. Awalnya SCTV hadir sebagai stasiun lokal di Surabaya dengan siaran terbatas. Perusahaan ini baru mendapatkan izin mengudara secara nasional pada Januari 1993.

Fakta Singkat Jenis, Negara ...
Remove ads

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Televisi lokal

PT Surya Citra Televisi berawal dari perusahaan bernama PT Foresta Maju yang berdiri pada 5 Mei 1987.[1] Perusahaan yang dimiliki oleh Henry Pribadi dan Sudwikatmono mengajukan izin pendirian stasiun televisi siaran saluran terbatas di Surabaya pada 28 April 1989. Pendiriannya pun didukung oleh mantan Gubernur Jawa Timur, Mohammad Noer karena menurutnya TVRI Surabaya tidak mendapatkan anggaran yang baik dan sudah saatnya memberikan alternatif sarana informasi ke masyarakat.[2] Persetujuan awal dari Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film No. 1415/RTF/K/IX/1989 didapatkan pada 27 September 1989 dengan nama perusahaan baru, PT Surabaya Central Televisi.[3][4][5] Izin siaran saluran terbatas pun didapatkan dari pemerintah melalui penandatangan kerja sama dengan TVRI pada 17 Januari 1990 bernomor 09/SPS/Dir/TV/1990 dan 01/SPS/SCTV/1/1990.[6][7][8]

Thumb
Kantor SCTV di Kota Surabaya, yang digunakannya sebagai pusat operasional sebelum bersiaran nasional. Kini, gedung tersebut menjadi kantor jaringan dan transmisi SCTV wilayah Surabaya.

Peletakan baru pertama kantor SCTV dilakukan pada 10 November 1989, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Selanjutnya pembangunan gedung yang berlokasi di Jalan Darmo Permai, Surabaya dimulai pada 1 Februari 1990 dihadiri oleh Menteri Penerangan Harmoko.[9] Modal awal dikeluarkan untuk membangun SCTV Rp150 miliar dengan dibantu oleh 200 karyawan. Sesuai dengan izin saluran terbatas, SCTV direncanakan memulai siaran terestrial, tetapi terbatas untuk pemirsa yang memiliki dekoder.[10] Siaran percobaannya direncanakan pada Juni 1990 selama sebulan, tanpa menggunakan dekoder dalam waktu 8 jam/hari sebagai perkenalan ke publik.[11]

Namun, pada Juli 1990 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan yang mengizinkan televisi swasta bersiaran secara free to-air. Pada 1 Agustus 1990, dikeluarkan izin prinsip Deppen Dirjen RTF No. 1271E/RTF/K/VIII/1990 yang mengizinkan SCTV dapat diterima secara bebas tanpa dekoder.[12][13][14] Akhirnya dengan izin baru berupa perjanjian bersama Direktur Yayasan TVRI bernomor No. 150/SP/Dir/TV/1990 dan 02/SPS/SCTV/VIII/1990, pada 24 Agustus 1990 Surabaya Central Televisi (SCTV) dapat memulai siarannya secara resmi dengan cakupan siaran beradius 80 km di Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan).[3] Siaran resmi ini dimulai pada pukul 19.30 WIB, dengan penyampaian ucapan HUT TVRI dan pembukaan oleh seorang penyiar wanita. Program pertama yang ditayangkan adalah The British Record Industrial Awards, sebuah siaran penghargaan musik dari Britania Raya.

Siaran perdana SCTV hanya berlangsung selama 1 jam 30 menit hingga pukul 21.00 WIB. Selanjutnya pada hari-hari berikutnya siaran SCTV, kemudian diperpanjang dari pukul 12.00 WIB-00.30 WIB pada akhir pekan atau dimulai dari 17.00 WIB pada hari kerja.[9]

Meski pada saat itu masih berstatus televisi lokal di Surabaya, banyak merek terkemuka sempat mengiklankan produknya di SCTV. Di saat itu pula, SCTV dikenal sebagai "Saudara Kembar" dari stasiun TV RCTI Jakarta, karena SCTV selalu menayangkan acara-acara serupa yang disiarkan RCTI Jakarta meskipun berbeda jam tayang. Hal ini bisa terjadi karena keduanya melakukan kerja sama programming yang didorong oleh pemerintah walaupun keduanya memiliki perbedaan struktur kepemilikan dan manajemen.[15][16] Alasan kerja sama ini adalah kemungkinan SCTV bisa mendapat program yang lebih murah karena membeli program yang sudah ditayangkan RCTI. (Bagaimanapun, SCTV pada 1991 justru sempat "tersandung" masalah karena programnya dituduh tidak mencerminkan masyarakat Surabaya dengan menyiarkan acara impor RCTI Jakarta, seperti Wok with Yan dan Basic Training).[17] Selain dalam pemograman, kerja sama dengan RCTI juga dilakukan dalam hal teknis dan dengan magang calon karyawan SCTV dari Februari 1990.[11] Upaya persiapan lain juga dilakukan dengan mengirim beberapa tenaga ahli ke luar negeri seperti Australia dan Amerika Serikat.[18]

Setelah direncanakan sejak awal bersiaran, pada 14 September 1991 pancaran siaran SCTV dapat diperluas, menjangkau Denpasar, Bali dengan mendirikan sebuah televisi jaringan bernama SCTV Denpasar.[19][2] Lalu, pada November 1991 siaran SCTV juga menjangkau Mataram, Nusa Tenggara Barat.[20] Sejak itulah kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi.[19] Nama baru tersebut sebenarnya tidak melupakan asalnya, karena kata "Surya" dapat dimaknai sebagai singkatan dari Surabaya Raya.[21] Ide perubahan nama ini sebenarnya sudah disampaikan Dirut SCTV saat itu, Henry Pribadi sehari sebelum siaran perdana SCTV mengingat jangkauan siarannya yang mencapai Gerbangkertosusila, tetapi tampaknya hingga 1991 masih belum terwujud. Melalui SK Dirjen RTF No. 1286/RTF/K/VI/1991 juga, pemerintah mengizinkan SCTV untuk bersiaran nasional lewat satelit, walaupun penerimanya terbatas pada pengguna parabola saja.[18][22]

Televisi nasional

Thumb
Studio Liputan 6 di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta
Thumb
Kantor Pusat SCTV saat ini - SCTV Tower, Senayan City, Jakarta (sejak 2007)

Pada tanggal 30 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 04A/1993 (18 Januari 1993), SCTV mendapatkan izin mengudara secara nasional (bernomor 206/RTF/K/I/1993).[23] Namun, siarannya secara nasional baru resmi dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1993 pukul 21.00 WIB, tepat saat SCTV berulang tahun yang ke-3. Terdapat 9 kota awal di Indonesia (selain Surabaya, Denpasar dan Mataram) di mana SCTV dapat dinikmati setelah bersiaran nasional, yaitu Banjarmasin, Ambon, Dili, Balikpapan, Jakarta, Bandung, Surakarta, Yogyakarta, dan Semarang, yang selanjutnya pada akhir 1993 diperluas ke beberapa kota lain seperti Medan, Manado, Malang, Pontianak, Ujung Pandang, Batam, dan Palembang. Sebelum siaran nasional itu dimulai, SCTV melakukan siaran percobaan dengan memperpanjang jam siarnya (dari 12.00-01.00 WIB) menjadi 06.00-01.30/02.30 WIB selama 3 hari, yaitu mulai 20-23 Agustus 1993 dan membangun sejumlah stasiun transmisi di berbagai kota.[24][25][26][27][28]

Diberikannya izin SCTV untuk bersiaran nasional, berarti juga mengakhiri kerja sama dengan RCTI yang sudah dijalin sejak 1990. Sejak saat itu, program SCTV (kecuali berita) selalu berbeda dengan RCTI.[26] Namun, pada akhirnya kerja sama kedua pihak dalam programming berita benar-benar berakhir setelah SCTV mulai menghentikan program berita RCTI dan menyiarkan acara beritanya sendiri bernama Liputan 6 sejak 20 Mei 1996 pukul 18.00. Kerja sama yang pada saat ini tersisa antara RCTI-SCTV (dan kemudian ditambah Indosiar), hanyalah dalam pengelolaan stasiun relay (di beberapa daerah, termasuk di Jakarta yang kini juga disewa oleh berbagai stasiun televisi lain) di mana masing-masing akan menanggung 50% biaya dari operasional stasiun relai tersebut sejak 1993.[29]

Setelah itu, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Mulanya, hanya kantor pusat yang berpindah (ke Wisma AKR, Kebon Jeruk, Jakarta Barat) ketika SCTV mulai bersiaran nasional, sedangkan operasional (seperti studio dan produksi program) masih berada di Surabaya (Jalan Darmo Permai) dengan alasan telah menanamkan investasi yang tidak kecil.[30][31] Seiring biaya yang makin besar, khususnya di bidang transportasi dan untuk memudahkan komunikasi, dicanangkan pada akhir 1997, SCTV sudah memusatkan seluruh operasionalnya di Jakarta.[32] Namun, baru pada tahun 1998 kegiatan ini bisa dilaksanakan, dan sejak 1999 seluruh operasional SCTV sudah dipusatkan di Jakarta.[33][34] Perpindahan operasional SCTV ke Jakarta ini juga diiringi dengan relokasi kantor pusat ke Wisma Indovision (sekarang MNC Vision Tower).

Dalam periode yang sama, tepatnya di tanggal 1 Juni 1997, juga dilakukan rebranding dengan penggunaan slogan "SCTV NgeTop!" yang dimaknai sebagai upaya SCTV dan karyawannya untuk melakukan dan memberikan yang terbaik kepada pemirsanya serta keinginan menuju puncak.[35] Selain itu, station ID baru juga muncul, menonjolkan warna orange yang diharapkan menggugah semangat. Dalam perubahan ini juga, diperkenalkan maskot bernama "Tevi" (singkatan dari televisi) dan adanya repositioning target pasar dari wanita ke keluarga.[36] Tercatat di tahun ini, SCTV telah dapat dinikmati di 33 kota di Indonesia.[21]

Pada tahun 2002, SCTV (dengan induknya yang bernama Surya Citra Media), mulai mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Jakarta. Tahun 2004, kanal SCTV di Surabaya pindah ke 34 UHF hingga 20 Desember 2022. Sejak tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua", sebagai harapan agar terus menjadi pilihan pemirsa dan berkarakter variatif-informatif.[21]

Remove ads

Kepemilikan

Berikut ini adalah daftar kepemilikan perusahaan berdasarkan laporan keuangan Surya Citra Media per 31 Maret 2025.[37]

Informasi lebih lanjut Nama Pemegang Saham, Persentase Kepemilikan (%) ...

Identitas

Ringkasan
Perspektif

Logo SCTV awalnya terdiri dari setengah sabit warna biru dan setengah lingkaran warna merah di atas serta persegi panjang berwarna abu-abu di bawah. Di tengah-tengah kedua bentuk tersebut, ada tulisan SCTV dengan jenis huruf Helvetica Black. Logo ini digunakan dari 24 Agustus 1990 hingga 29 Januari 2005. Pertama kali dimunculkan pada siaran pertama SCTV, logo tersebut merupakan hasil sayembara ke publik. Dari 100 kandidat, kemudian terpilih 1 logo yang dirasa mampu merepresentasikan SCTV.[18]

Sabit berwarna biru melambangkan langit dan setengah lingkaran merah melambangkan matahari, yang bermakna agar SCTV dapat memberikan pencerahan kepada pemirsa melalui tayangannya. Sabit tersebut membesar dari kanan ke kiri, yang merupakan simbol dari siaran SCTV yang menyebar ke berbagai tempat dan menasional.[35][38] Tercatat sempat terjadi beberapa perubahan minor pada logo ini, seperti pada 1997, di station identification-nya digunakan logo yang menggunakan warna-warna lebih cerah (seperti matahari yang berubah dari merah menjadi kuning keemasan) sebagai cerminan semangat dan harapan;[32] serta pada tahun 2003 dengan menghapuskan bayangan yang ada (sehingga warnanya solid) dengan tujuan agar lebih mudah diaplikasikan di layar televisi atau media promosi lainnya.[35] Pada tanggal 29 Januari 2005, dalam rangka penyegaran identitas, pada acara berjudul Satu Untuk Semua,[39] SCTV mengubah logo barunya menjadi tulisan SCTV warna biru dengan jenis huruf Myriad Pro Black yang dimodifikasi dan lingkaran besar gradien warna jingga dan kuning yang melambangkan simbol surya atau sinar matahari di pojok kiri atas pada tulisan. Lambang matahari yang berubah dari setengah lingkaran menjadi lingkaran penuh berwarna jingga melambangkan kedewasaan dan kematangan, simbol dari wajah penerang yang melingkupi dan memberikan kehidupan demi menjaga harapan bangsa tetap hidup maupun masa depan yang lebih baik dan bersinar,[21] sedangkan warna biru pada tulisan "SCTV" melambangkan wawasan ke depan. Bulatan matahari yang ada di atas tulisan "SCTV" biru dapat dibaca seperti posisi matahari yang ada di langit biru, yang membuat suasana cerah, cemerlang, berwawasan, variatif, inovatif dan menghibur dalam programnya serta segmentasi milenial.

Tulisan "SCTV" juga dibuat bergaya dinamis-modern (sebagai tanda selalu berkembang mengikuti waktu) dan bersambung (tanda ikatan kuat di internal perusahaan atau antara SCTV dan pemirsanya). Logo tersebut diluncurkan setelah dirancang selama empat bulan.[40][41] Selain logo baru, pada waktu yang sama, juga diluncurkan station ID dan slogan baru, yaitu "Satu Untuk Semua".[35] Baik logo baru dan station ID baru SCTV didesain oleh agensi penjenamaan Playgroup Asia yang baru didirikan beberapa bulan sebelumnya, dan berkantor di Jakarta.[42]

Slogan

Informasi lebih lanjut Judul Slogan, Digunakan Tanggal ...

Slogan spesial HUT

Informasi lebih lanjut Nama, Digunakan Tanggal ...
Remove ads

Acara

Pada awal bersiaran, program SCTV tidak jauh berbeda dengan program RCTI sebagai hasil kerja sama mereka, namun jam penayangan acara-acaranya tidak sama. Setelah berpisah, SCTV kemudian memfokuskan siarannya pada acara-acara impor, terutama telenovela dan serial Mandarin.[43] Berbagai sinetron juga mulai diperkenalkan, walaupun kurang populer dan lebih menargetkan pasar perempuan. Setelah perubahan pada 1997, program sinetron ini kemudian mulai dijadikan acara utama, dengan nama "Sinetron Prima". Berbagai acara ini, seperti Deru Debu, Kisah Cinta Ratu Pantai Selatan, Tersayang, Wah Cantiknya, Si Cecep, dan Dewi Fortuna cukup dikenal oleh penonton.[44][45]

Remove ads

Jaringan siaran

Ringkasan
Perspektif

Menurut data Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) Kementerian Komunikasi dan Digital RI (Kemenkomdigi), SCTV saat ini disiarkan melalui 30 stasiun televisi (tidak termasuk stasiun relai) yang dimiliki oleh 17 perusahaan (termasuk stasiun dan perusahaan induknya).[46] Hingga tahun 2020, SCTV didukung oleh 47 stasiun pemancar.[47] Sebagian besar stasiun tersebut dimiliki oleh SCTV, kecuali beberapa stasiun pemancar yang dioperasikan bersama dengan RCTI karena alasan historis. SCTV menjangkau 31 dari 38 provinsi di Indonesia.

Berikut ini adalah transmisi SCTV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data IPP Kemenkominfo dan laporan keuangan SCM.[46][48][49]

Keterangan: stasiun yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relai dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.

Informasi lebih lanjut Nama Perusahaan, Nama Stasiun ...

Saat Timor Timur masih menjadi bagian Indonesia, SCTV tercatat sempat mengudara di kota Dili menggunakan kanal 11 VHF hingga 1999.[53][54][55]

Beberapa kota lain di Indonesia juga sempat menerima siaran SCTV dalam kanal VHF sebelum berpindah ke UHF, seperti Mataram, Banjarmasin, Balikpapan dan Ambon.[56]

Remove ads

Manajemen

Daftar direktur utama

Informasi lebih lanjut No., Nama ...

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

Informasi lebih lanjut No., Nama ...

Komisaris saat ini

Struktur dewan komisaris SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

Informasi lebih lanjut No., Nama ...
Remove ads

Kontroversi

Penayangan "Esmeralda"

Pada tanggal 4 Mei 2001, massa dari Front Pembela Islam mendatangi studio SCTV yang pada saat itu masih di Wisma Indovision Jl. Gatot Subroto, Jakarta. 

Aksi tersebut dilakukan untuk memprotes penayangan ulang kedua telenovela berjudul Esmeralda. Dalam telenovela tersebut, terdapat tokoh antagonis bernama Fatimah (Fátima, diperankan oleh Laura Zapata), yang dikhawatirkan oleh FPI dapat mencitrakan hal buruk pada Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW. 

Sebagai respons atas protes tersebut, SCTV akhirnya menghentikan penayangan telenovela Esmeralda.

Pelanggaran iklan

SCTV, tvOne, dan Trans TV mendapatkan teguran karena menyelipkan iklan niaga dalam siaran azan maghrib pada 2011 hingga dikenakan sanksi dan peringatan pada tanggal 4 Agustus 2011, dan dikenakan surat no.538/K/KPI/08/11 terkait pelanggaran iklan.[57] SCTV juga merupakan salah satu dari 11 jaringan televisi yang diberi sanksi oleh KPI karena melanggar aturan iklan kampanye Pilpres 2014.[58]

Remove ads

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads