Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Zhang He

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Zhang He
Remove ads

Zhang He (張郃) (dilahirkan tahun 167 – 231)[1] nama kehormatan Junyi adalah seorang jenderal militer terkenal yang bekerja di bawah panglima perang Cao Cao selama akhir dinasti Han Timur dan Zaman Tiga Kerajaan di Tiongkok kuno. Ia melanjutkan pengabdiannya dibawah Cao Pi dan Cao Rui setelah negara Cao Wei didirikan sampai ia meninggal dunia.

Fakta Singkat Biografi, Kelahiran ...

Ia memulai karir militernya pada masa Pemberontakan Serban Kuning dibawah Han Fu pada 180an. Ia kemudian menjadi bawahan Yuan Shao setelah ia merebut kekuasaan Provinsi Ji dari Han Fu. Selama 190an, Zhang He mengikuti kampanye militer Yuan Shao melawan Gongsun Zan. Pada Pertempuran Guandu, Zhang He awalnya berada di sisi Yuan Shao melawan Cao Cao namun kemudian membelot pada tahun yang sama.[a] Sejak kala itu, ia berjuang dibawah bendera Cao Cao, termasuk dalam kampanye melawan anak-anak Yuan Shao beserta sekutu mereka (201–207), ekspedisi di Tiongkok utara (211–214), dan kampanye militer Hanzhong melawan Liu Bei (215–219). Setelah Cao Cao meninggal, Zhang He mengabdi di negara Cao Wei melawan dua negara rivalnya, Shu Han dan Dong Wu. Kemenangannya yang paling dikenal adalah Pertempuran Jieting dimana ia mengalahkan jenderal Shu Ma Su dengan memutuskan persediaan air musuh dan kemudian menyerang mereka. Pada 231, Zhang He gugur akibat serangan panah dalam penyergapan pasukan Shu pimpinan Zhuge Liang pada Pertempuran Gunung Qi saat ia dengan enggan mengejar pasukan Zhuge Liang yang sedang mundur.

Chen Shou yang menulis naskah sejarah abad ke-3 Catatan Sejarah Tiga Negara menamai Zhang He sebagai salah satu Lima Jenderal Elit pada masanya, bersamaan dengan Yu Jin, Yue Jin, Zhang Liao dan Xu Huang.[2]

Remove ads

Pengabdian dibawah Han Fu dan Yuan Shao

Zhang He berasal dari Kecamatan Mao (鄚縣), negara Hejian (河閒國) yang sekarang merupakan Maozhou, Hebei. Pada masa Akhir Dinasti Han saat Pemberontakan Serban Kuning bergejolak, ia menjawab panggilan dari Dinasti Han untuk menumpas pemberontak dengan masuk ke dinas militer dan melawan dibawah komando Han Fu. Ia dikomisi sebagai seorang mayor (司馬) saat Han Fu dilantik sebagai Gubernur Provinsi Ji (sekarang Hebei bagian selatan).[3]

Pada 191, setelah Han Fu menyerahkan kekuasaan Provinsi Ji kepada Yuan Shao dan meninggal, Zhang He mengabdi kepada Yuan Shao dan dia dipromosi ke pangkat Kolonel (校尉). Antara 191 sampai 199, ia mengikuti Yuan Shao dalam kampanye melawan Gongsun Zan. Ia meraih banyak prestasi yang gemilang dalam penyerangan melawan Gongsun Zan dan kemudian dipromosi ke Jenderal Rumah Tangga yang Membawa Kedamaian bagi Negara (寧國中郎將).[4]

Remove ads

Pertempuran Guandu

Ringkasan
Perspektif

Pada 200,[5] Yuan Shao bertarung di Pertempuran Guandu melawan Cao Cao, seorang raja perang yang menguasai pemerintahan pusat Dinasti Han dan mengendalikan Kaisar Xian dari Han. Saat Yuan Shao memiliki keuntungan yang besar seperti jumlah pasukan yang besar pada awal pertempuran, Zhang He menyarankan kepada Yuan Shao untuk berhati-hati dan menghindari perlawanan langsung dengan Cao Cao sementara mengusulkan agar Yuan Shao mengirimkan sebuah detasemen kavaleri ringan untuk menyerang pasukan belakang Cao Cao. Namun, Yuan Shao tidak mendengarkannya dan menyerang benteng utama Cao Cao secara langsung. Pada beberapa pertempuran pertama di Guandu, Cao Cao meraih beberapa kemenangan, sementara dua perwira Yuan Shao yakni Yan Liang dan Wen Chou gugur sementara pasukannya tidak membuahkan hasil dalam menghancurkan pertahanan Cao Cao.[6]

Serangan di Wuchao

Yuan Shao mengirimkan jenderalnya Chunyu Qiong untuk menjaga persediaan pasukan di Wuchao (烏巢; Yanjin County, Henan bagian tenggara masa kini). Suatu malam, Cao Cao berencana untuk menjarah gudang persediaan pasukan Yuan Shao di Wuchao.[7]

Saat berita sampai ke benteng Yuan Shao bahwa Cao Cao berhendak menyerang Wuchao, Zhang He menyarankan kepada Yuan Shao: "Pasukan Cao Cao terlatih dengan baik. Jika Chunyu Qiong kalah, maka kita akan kalah. Kita harus memimpin pasukan untuk menyelamatkan mereka."[8] Namun, penasehat Yuan Shao Guo Tu tidak setuju dengan Zhang He, "Ide Zhang He tidak benar. Bagaimana kita menyerang benteng utama Cao Cao saja? Ia pasti akan kembali untuk mempertahankan bentengnya. Dengan ini, kita bisa menghentikan serangan di Wuchao tanpa mengirimkan bala bantuan."[9] Zhang He membantah: "Benteng Cao Cao dijaga dengan baik dan tidak bisa dikuasai dengan mudah. Jika Chunyu Qiong ditawan, kita semua akan ditawan".[10]

Yuan Shao pada akhirnya lebih memercayai Guo Tu dan menyerang benteng utama Cao Cao sementara ia mengirimkan sebuah detasemen kavaleri ringan untuk membantu Chunyu Qiong. Alhasil, Cao Cao berhasil menghancurkan gudang persediaan di Wuchao dan Yuan Shao gagal menghancurkan benteng utama Cao Cao.[11]

Membelot ke Cao Cao

Guo Tu merasa malu setelah sarannya kepada Yuan Shao menghasilkan kekalahan bagi pasukannya. Jadi untuk mencari muka dan menghindarkan pusat perhatian terhadapnya, Guo Tu menuduh Zhang He karena Zhang He berbicara kasar terhadap kekalahan Yuan Shao dan menunjukkan sikap schadenfreude setelah mendengar kekalahan Yuan Shao. Zhang He dan jenderal lainnya takut dimintai pertanggungjawaban, jadi mereka menyerah kepada Cao Cao.[12]

Cao Cao sangat gembira mendengarkan kabar bahwa Zhang He telah membelot kepadanya. Ia menyambutnya secara pribadi dan berkata kepadanya: "Pada masa lalu, Wu Zixu gagal memahami situasinya dan menemukan ajalnya.[b] Apa yang terjadi bila ia meninggalkan Yin seperti Weizi[c] dan membelot kepada Han seperti Han Xin?[d]"[13]

Sejarahwan abad ke-5 Pei Songzhi membeberkan ada sebuah kekeliruan terhadap biografi Zhang He dengan catatan biografi Cao Cao dan Yuan Shao mengenai kapan Zhang He membelot kepada Cao Cao. Menurut biografi Cao Cao dan Yuan Shao, Yuan Shao mengirimkan Zhang He dan Gao Lan (高覽) untuk menyerang benteng utama Cao Cao mengikuti saran Guo Tu. Mereka membelot kepada Cao Cao setelah mendengar bahwa Wuchao sudah diduduki musuh, dan pembelotan mereka menyebabkan kekalahan Yuan Shao. Menurut kedua catatan itu, Zhang He sudah membelot kepada Cao Cao sebelum Yuan Shao kalah di Pertempuran Guandu. Namun, catatan biografi Zhang He berkata lain. Menurut catatan biografinya, Zhang He membelot kepada Cao Cao setelah kekalahan Yuan Shao di Guandu dan setelah Guo Tu mencelanya.[14]

Remove ads

Mengabdi kepada Cao Cao

Ringkasan
Perspektif

Setelah membelot kepada Cao Cao, Zhang He dianugerahi gelar marquis desa (都亭侯) oleh pemerintahan pusat Dinasti Han dan ditunjuk sebagai Letnan Jenderal (偏將軍). Di antara tahun 200 sampai 207, Zhang He mengikuti Cao Cao dalam beberapa kampanye militer dimana ia menunjukkan kehebatan militernya. Mereka bertempur melawan anak-anak Yuan Shao beserta sekutunya di Ye (204), Bohai (205), dan Liucheng (207). Ia kemudian ditunjuk sebagai Jenderal Pengaman Di (平狄將軍) atas jasanya.[15] Pada 206, ia menjalankan kampanye militer melawan perompak dibawah pimpinan Guan Cheng (管承) di Donglai (東萊郡; sekarang Yantai dan Weihai, Shandong).[16][17]\

Setelah Pertempuran Chibi pada 209,[18] Chen Lan (陳蘭) dan Mei Cheng (梅成) memulai pemberontakan di Kabupaten Lu (六縣; sekarang Lu'an, Anhui). Cao Cao memerintahkan Zhang Liao untuk memimpin pasukan guna menekan pemberontakan tersebut. Zhang He dan Niu Gai (牛蓋) bertugas sebagai wakil Zhang Liao dan berhasil melenyapkan para pemberontak.[19][20]

Tiongkok barat-laut

Pada 211,[18] Zhang He berpartisipasi dalam Pertempuran Weinan melawan sebuah koalisi raja perang di barat Tiongkok pimpinan Ma Chao dan Han Sui. Koalisi tersebut bubar setelah Cao Cao mengalahkan para panglima perang dalam pertempuran tersebut. Cao Cao mengirim Zhang He untuk memimpin pasukan untuk menyerang salah satu raja perang, Yang Qiu, di Komando Anding (安定郡; meliputi sebagian wilayah Ningxia dan Gansu saat ini), dan Zhang berhasil memaksa Yang Qiu untuk menyerah.[21]

Pada 212,[18] Zhang He menemani Xiahou Yuan dalam kampanye militer menumpas raja perang Liang Xing (梁興) dan suku Di di Wudu (武都郡; Longnan, Gansu masa kini). Pada 214,[22] keduanya mengalahkan Ma Chao yang meminjam pasukan dari Zhang Lu di Hanzhong setelah Ma Chao diusir dari Guanzhong. Mereka juga membasmi pemberontakan yang dipimpin oleh Song Jian (宋建).[23][24]

Hanzhong

Pada 215,[22] Cao Cao menjalankan kampanye militer melawan Zhang Lu di Hanzhong. Ia pertama mengirim Zhang He untuk memimpin pasukan terlebih dahulu untuk menyerang Liang Xing (梁興) dan kepala suku Di Dou Mao (竇茂). Ia kemudian memerintah Zhang He untuk memimpin 5,000 pasukan untuk masuk ke Hanzhong melalui Lintasan San (散關; barat laut Baoji, Shaanxi masa kini) untuk membuka jalur samping ke Lintasan Yangping. Setelah menerima penyerahan Zhang Lu, Cao Cao kembali ke Xuchang dan meninggalkan Xiahou Yuan, Xu Huang dan Zhang He untuk menjaga Hanzhong dari ancaman serangan Liu Bei yang baru saja menaklukkan Provinsi Yi dari Liu Zhang.[25]

Pada tahun yang sama, Zhang He memimpin 5.000 prajurit infanteri untuk menyerang Kabupaten Baxi di selatan, dengan maksud untuk memindahkan penduduk setempat ke Hanzhong. Liu Bei mengirim Zhang Fei, yang bertugas menaklukkan musuh, untuk memimpin lebih dari 10.000 prajurit elit sebagai gubernur Kabupaten Baxi untuk melawan Zhang He. Pasukan Zhang He maju ke Yanqu dan melawan Zhang Fei selama lebih dari 50 hari. Zhang Fei memimpin lebih dari 10.000 prajurit elit untuk menyerang Zhang He dari jalan kecil. Karena jalan pegunungan itu sempit, barisan depan dan belakang tidak dapat saling menyelamatkan, dan pasukan Zhang He dikalahkan. Zhang He meninggalkan Gunung Mayuan dan mundur ke Nanzheng bersama lebih dari sepuluh anak buahnya. Ia kemudian diberikan gelar Jenderal Penindas Bandit (盪寇將軍).[26][27]

Pada 218, Liu Bei menyerang Hanzhong dalam upaya merebut Hanzhong dari Cao Cao.[28] Xiahou Yuan, Zhang He, Xu Huang dan yang lainnya memimpin pasukan mereka untuk menghadapi serangan itu, dan Zhang He bertanggung jawab untuk mempertahankan Guangshi. Liu Bei secara pribadi memimpin lebih dari 10.000 prajurit elit, dibagi menjadi sepuluh kelompok, dan menyerang Zhang He dengan ganas di malam hari. Zhang He memimpin prajurit pribadinya untuk berperang melawan pasukan Shu, dan Liu Bei tidak dapat mengalahkan Zhang He.

Kedua pasukan Cao dan Liu telah saling berhadapan untuk waktu yang lama. Pada 219, pasukan Liu Bei membakar kamp di Lembah Zouma. Zhang He menjaga pagar timur dan Xiahou Yuan menjaga pagar selatan. Pasukan Liu Bei menyerang pihak Zhang He. Zhang He berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Xiahou Yuan mengerahkan setengah dari pasukannya untuk memperkuat dan memadamkan api dan pasukan Xiahou Yuan bertemu dengan pasukan Liu Bei yang dipimpin oleh Huang Zhong di Pertempuran Gunung Dingjun, dimana Xiahou Yuan gugur dibunuh oleh Huang Zhong. Pasukan Cao dikalahkan, dan Zhang He mundur ke timur Lintasan Yangping bersama pasukan yang kalah.[29] Menurut Weilue, Liu Bei sangat takut bahwa Xiahou Yuan akan digantikan oleh Zhang He sebagai komandan pasukan Cao Cao di Hanzhong. Walaupun Liu Bei memberi selamat kepada Huang Zhong, ia juga merasa kesal bahwa Xiahou Yuan, bukan Zhang He, yang gugur dalam pertempuran.[30]

Pasukan Cao Cao di Hanzhong merasakan syok setelah mendengarkan kabar keguguran Xiahou Yuan dan menjadi khawatir bahwa Liu Bei akan memanfaatkan situasi tersebut untuk menyerang. Guo Huai, seorang mayor dibawah komando Xiahou Yuan, dan gubernur militer Du Xi berusaha menenangkan situasi pasukan. Setelah itu, Guo Huai buka suara mengenai siapa yang akan menggantikan Xiahou Yuan: "Jenderal Zhang adalah jenderal terkuat dalam negeri ini, dan Liu Bei takut terhadapnya. Saat ini, situasinya mendesak, dan hanya Jenderal Zhang yang dapat menstabilkan moral pasukan." Zhang He menerima pengangkatan sementara sebagai panglima perang dan memperstabil situasi moril pasukan dan perwira-perwira juga tunduk kepadanya.[31] Tidak lama kemudian, Zhang He menerima seorang utusan dari Cao Cao yang berada di Chang'an, memberi pesan bahwa Cao Cao menetapkan secara sah bahwa Zhang He menggantikan Xiahou Yuan.

Ada alasan kenapa Liu Bei tidak ingin melawan Zhang He. Menurut Chen Shou, "Liu Bei ditempatkan di Yangping, dan He ditempatkan di Guangshi. Bei memimpin lebih dari 10.000 prajurit elit, dibagi menjadi sepuluh kelompok, dan menyerang He di malam hari. Ia memimpin prajurit pribadinya untuk bertempur, dan Bei tidak dapat mengalahkannya." Chen kemudian berkomentar bahwa bahwa Zhang He dikenal karena penggunaan pasukannya yang cerdik, dan pertempuran ini menunjukkan ketegasan dan kekuatannya. Liu Bei datang dari Hebei dan telah mengikuti Yuan Shao di utara. Ia seharusnya tahu tentang Zhang He. Pertempuran Yangping Guangshi mungkin telah memberi Liu Bei pemahaman yang kuat tentang kemampuan Zhang He.

Tahun depannya, Cao Cao memimpin pasukan secara pribadi menuju ke Hanzhong untuk membantu Zhang He. Liu Bei ingin menyeberangi Sungai Han untuk menyerang, tetapi ia melihat pasukan Wei berbaris di sebelah utara Sungai Han untuk menemuinya. Liu Bei menyerah menyeberangi sungai dan bertahan di seberang sungai. Ia juga memerintah pasukannya untuk tetap berada di pegunungan dan tidak melawan Cao Cao secara langsung. Cao Cao secara pribadi menyerang Hanzhong, tetapi gagal menang, jadi ia menarik pasukan di Hanzhong dan memerintahkan Zhang He untuk menempatkan pasukan di Chencang.[32]

Remove ads

Pengabdian dibawah Cao Pi

Ringkasan
Perspektif

Cao Cao meninggal pada Maret 220[33] dan digantikan oleh Cao Pi sebagai Raja Wei (魏王). Ia mengangkat Zhang He sebagai Jenderal Kiri dan mengangkatnya ke gelar Marquis Duxiang. Setelah Cao Pi naik takhta menjadi kaisar, ia mengangkatnya menjadi Marquis Zhuo[34] dan memerintahkan Zhang He dan Cao Zhen untuk memimpin pasukan untuk menyerang orang-orang Lushui Hu dan orang-orang Qiang timur yang bercokol di Anding.[33][35]

Pertempuran Jiangling

Setelah pertempuran itu, Cao Pi memanggil Zhang He dan Cao Zhen ke Istana Luoyang lagi, dan mengirim Zhang He ke selatan untuk menyerang Kabupaten Jiangxia di rezim Wu Timur bersama dengan Xiahou Shang. Zhang He memimpin beberapa pasukan sendirian menyeberangi Sungai Yangtze dan merebut benteng tentara Wu di Bailizhou. Catatan dalam Biografi Penguasa Wu lebih rinci: "Pada bulan kesembilan musim gugur, Wei memerintahkan Cao Xiu, Zhang Liao, dan Zang Ba untuk berbaris keluar dari Dongkou, Cao Ren untuk berbaris keluar dari Ruxu, dan Cao Zhen, Xiahou Shang, Zhang He, dan Xu Huang untuk mengepung Nanjun. Sun Quan mengirim Lu Fan dan yang lainnya untuk memimpin lima pasukan, dan menggunakan pasukan perahu untuk melawan Xiu dan yang lainnya, sementara Zhuge Jin, Pan Zhang, dan Yang Can menyelamatkan Nanjun. Pada bulan pertama tahun kedua, Cao Zhen membagi pasukannya dan menduduki Zhongzhou di Jiangling."[36]

Remove ads

Pengabdian dibawah Cao Rui

Ringkasan
Perspektif

Cao Pi meninggal pada 226 dan digantikan oleh Cao Rui sebagai kaisar Wei.[37] Ia memerintah Zhang He untuk bersiaga di Provinsi Jing untuk menahan serangan Dong Wu di perbatasan. Kemudian, Zhang He bersama Sima Yi memimpin pasukan untuk menyerang pasukan Wu yang dipimpin oleh Liu E (劉阿) dan mengalahkannya di Qikou (祁口).[38]

Menahan invasi Shu

Pada 228,[39] wali penguasa dan kanselir agung Shu Han Zhuge Liang memimpin pasukan Shu dalam kampanye pertama dari serangkaian kampanye militernya untuk menyerang Cao Wei. Sebagai reaksi, Zhang He dipulangkan dari Provinsi Jing dan ditempatkan ke perbatasan barat Wei di daerah Guanzhong (meliputi Gansu dan Shaanxi). Ia bertemu dengan pasukan musuh yang dipimpin Ma Su di Pertempuran Jieting. Selama pertempuran tersebut, Cao Rui mempromosikan Zhang He ke pangkat khusus dan menjadikannya sebagai panglima tertinggi untuk menghalau Ma Su di Jieting. Ma Su meninggalkan lima pintu masuk utama dan hanya memberi Wang Ping 5.000 tentara dan kuda. Dia kemudian mendirikan kemah di dekat Gunung Nanshan yang berbahaya, tetapi tidak turun gunung untuk menduduki kota dan mempertahankannya. Zhang He mengepung Ma Su di gunung tinggi, memutus aksesnya terhadap air, lalu melancarkan serangan dan mengalahkan Ma Su. Setelah itu, Zhang He melihat Wang Ping memimpin seribu orang untuk mempertahankan daerah itu sambil menabuh genderang, jadi dia curiga ada penyergapan dan berhenti mengejarnya.[40] Pada awal tahun tersebut, tiga daerah Wei, yakni Tianshui, Nan'an (南安; Dingxi, Gansu masa kini) dan Anding (安定; meliputi daerah di Ningxia dan Gansu masa kini) menjawab panggilan Zhuge Liang untuk membelot ke Shu Han.[39] Zhang He kemudian memimpin pasukannya untuk merebut kembali tiga wilayah tersebut. Atas keberhasilannya, Cao Rui mengeluarkan dekrit untuk memuji Zhang He dan memberikannya imbalan yang berbunyi berikut.

Musuh Liang memimpin rakyat Bashu untuk melawan pasukan harimau yang ganas. Sang jenderal dipersenjatai dengan baju zirah dan senjata tajam, dan dia memenangkan setiap pertempuran. Saya sangat senang dengannya. Saya akan menambah jumlah rumah tangga sebanyak 1.000, sebagai tambahan dari 4.300 rumah tangga sebelumnya. - Cao Rui

Kampanye melawan Wu yang batal

Pada saat itu, wali penguasa Wei Sima Yi sedang berada di Provinsi Jing melatih pasukan laut untuk menyerang Dong Wu melalui Sungai Han, yang terhubung dengan Sungai Yangtze. Cao Rui memerintah Zhang He untuk memimpin pasukan dari wilayah Guanzhong menuju ke Provinsi Jing untuk membantu Sima Yi. Namun, ketika Zhang He dan pasukannya tiba di Provinsi Jing, waktunya sudah musim dingin dan sungai membeku, membuat kapal besar tidak cocok berlayar disana. Kampanye militer yang direncanakan untuk menyerang Wu terpaksa dibatalkan dan Zhang He berangkat kembali ke garnisunnya di Fangchen (方城縣; Kecamatan Gu'an, Hubei masa kini).[41]

Remove ads

Keluarga

Zhang He memiliki empat putra, yang semuanya dianugerahkan gelar bangsawan oleh Cao Rui sebagai pengakuan atas kontribusi ayah mereka kepada Wei. Putra tertua, Zhang Xiong (張雄), mewarisi gelar ayahnya dan menjadi Bangsawan Mao (鄚侯) berikutnya. Putra bungsu, yang namanya tidak diketahui, menerima gelar bangsawan Bangsawan Kedua (關內侯).[42]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. Dua catatan mengeklaim bahwa Zhang He membelot ke Cao Cao sebelum Yuan Shao kalah di Pertempuran Guandu
  2. Wu Zixu adalah seorang pejabat di negara Wu selama Periode Musim Semi dan Musim Gugur. Ia meramalkan bahwa Wu akan dikalahkan oleh negara Yue dan mencoba memperingatkan Raja Fuchai, tetapi diabaikan. Fuchai akhirnya memerintahkannya untuk bunuh diri. Yang dimaksud Cao Cao adalah: "Jika Wu Zixu menyadari bahwa ia tidak boleh lagi melayani Raja Fuchai, ia mungkin tidak akan menemui kejatuhannya."
  3. Weizi (微子) adalah kerabat dan penasehat Raja Zhou dari Shang, penguasa terakhir yang tiran dari Dinasti Shang. Ia meninggalkan Shang dan membelot ke faksi yang akhirnya menggulingkan Shang dan mendirikan Dinasti Zhou.
  4. Han Xin adalah seorang jenderal yang mengabdi di bawah Liu Bang, kaisar pendiri Dinasti Han. Ia awalnya mengabdi pada saingan Liu Bang, Xiang Yu, tetapi kemudian membelot ke pihak Liu Bang dan membantu Liu Bang mengalahkan Xiang Yu serta menyatukan Tiongkok di bawah kekuasaan Han.
Remove ads

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads